Home / Romansa / Terjebak Obsesi Sang CEO / 108. Kebenaran yang Terungkap

Share

108. Kebenaran yang Terungkap

Author: feynaa
last update Huling Na-update: 2025-07-06 21:26:19

Ella meronta-ronta, tubuhnya menggeliat berusaha melepaskan diri dari tali yang mengikat kedua pergelangan tangan dan kakinya. Ikatan itu begitu kencang hingga kulitnya mulai lecet dan terasa perih.

Kegelapan total menyelimuti penglihatannya karena kain hitam tebal menutupi matanya, sementara mulutnya dibungkam dengan lakban hitam.

Udara di ruangan itu pengap dan lembap, membawa aroma apek yang menyesakkan. Ella bisa merasakan dinginnya lantai semen yang kasar di bawahnya. Jantungnya berdetak begitu kencang hingga terasa akan meledak.

Napasnya tersengal-sengal, air mata mulai turun ke pipinya membasahi kain hitam itu. Langkah kaki berat terdengar mendekat, membuat tubuh Ella menegang waspada. Ia mencium bau rokok menyeruak ke hidungnya

Tiba-tiba, kain penutup mata itu ditarik kasar. Cahaya lampu kekuningan yang menyilaukan menyerang retinanya, membuat matanya menyipit. Tatapannya langsung otomotis terfokus pada sosok di hadapannya.

James berlutut di depannya dengan senyum mi
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   111. Pengkhianatan Thomas

    Kemarahan yang tak terkendali mulai membakar dada Thomas. “James, sialan kau!” bentak Thomas murka. “Teganya kau melakukan ini pada Ella, dia putrimu sendiri, James!” Amarahnya meledak. Urat-urat di lehernya mencuat, wajahnya memerah padam hingga ke telinga. Tangannya mengepal begitu kencang sampai buku-buku jarinya memutih, kukunya menancap ke telapak tangannya sendiri. James benar-benar iblis, dia sangat sadis, rela mengorbankan putrinya sendiri demi tujuannya tercapai. Bahkan hewan saja masih memiiki rasa kasih sayang kepada anak-anak mereka. Ella mengangkat kepalanya dengan susah payah, menatap Thomas dengan penuh ketakutan. Bibirnya yang pecah-pecah bergetar, ingin mengatakan sesuatu, tetapi suaranya seperti tercekat di tenggorokan. Namun, James dengan wajah tidak bersalahnya, terkekeh kecil. Matanya yang memancarkan kemenangan yang mutlak. "Selamat berkumpul kembali dengan putrimu," ejek James sembari mengusap lembut kepala Ella. “Selamat tinggal, Ella.” Setelah

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   110. Negosiasi Nyawa

    Hening. Tidak ada yang menjawab teriakannya. Jantung Thomas berdegup kencang, kekhawatiran akan informasi palsu menyerangnya. Thomas bisa merasakan keringat dingin mengalir di punggungnya. Namun, tidak lama kemudian, bunyi langkah kaki terdengar dari salah satu ruangan gedung. James keluar dari sebuah ruangan gelap dengan pintu kayu yang sudah setengah hancur karena lapuk. James berjalan santai dengan senyum puas yang menyambut Thomas. Gerakannya terlalu tenang untuk seseorang yang sedang melakukan kejahatan. Ia berhenti dengan jarak yang sangat jauh di depan Thomas, berjaga-jaga jika ada serangan mendadat dari pria itu. Namun cukup dekat untuk berbicara tanpa berteriak. "Di mana Ella?" tanya Thomas dengan suara bergetar. Matanya menyapu seluruh ruangan, mencari tanda-tanda keberadaan putrinya. James datang sendirian, dan tidak ada tanda-tanda Ella di mana pun. "Berikan dulu uangnya, baru setelah itu aku serahkan Ella padamu," kata James dengan nada santai yang membuat Thomas m

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   109. Penyelamatan dan Balas Dendam

    Penthouse Lorenzo kini menjadi markas mendadak untuk misi mendesak bersama Thomas dan Lessa. Penthouse yang selalu tenang dan damai itu kini dilingkupi dengan ketegangan. Lessa duduk di sofa kulit, tangannya berhati-hati memasukkan bom waktu ke dalam tas jinjing cokelat berukuran besar. Setelah benda mematikan itu sudah berada di bagian yang aman, ia mulai menimbun benda itu dengan tumpukan uang kertas seratus dolar hingga memenuhi tas tersebut. Ia mengernyit ketika jari-jarinya meraba tekstur kertas yang terasa berbeda, terlalu halus dan tebal dibanding uang asli. Ia mengangkat lembar itu ke arah lampu di langit-langit, menerawang uang itu, dan kecurigaan terkonfirmasi. Seharusnya ada watermark yang biasanya nampak pada setiap uang kertas, tapi ia tidak melihat tanda itu dalam uang yang ia pegang. "Lorenzo," panggilnya dengan suara rendah sembari menatap pria itu yang sedang memeriksa peluru senjatanya. “Kau yakin akan memberikan uang palsu? Maksudku, apa ini tidak akan m

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   108. Kebenaran yang Terungkap

    Ella meronta-ronta, tubuhnya menggeliat berusaha melepaskan diri dari tali yang mengikat kedua pergelangan tangan dan kakinya. Ikatan itu begitu kencang hingga kulitnya mulai lecet dan terasa perih. Kegelapan total menyelimuti penglihatannya karena kain hitam tebal menutupi matanya, sementara mulutnya dibungkam dengan lakban hitam. Udara di ruangan itu pengap dan lembap, membawa aroma apek yang menyesakkan. Ella bisa merasakan dinginnya lantai semen yang kasar di bawahnya. Jantungnya berdetak begitu kencang hingga terasa akan meledak. Napasnya tersengal-sengal, air mata mulai turun ke pipinya membasahi kain hitam itu. Langkah kaki berat terdengar mendekat, membuat tubuh Ella menegang waspada. Ia mencium bau rokok menyeruak ke hidungnya Tiba-tiba, kain penutup mata itu ditarik kasar. Cahaya lampu kekuningan yang menyilaukan menyerang retinanya, membuat matanya menyipit. Tatapannya langsung otomotis terfokus pada sosok di hadapannya. James berlutut di depannya dengan senyum mi

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   107. Ella Menghilang

    Senja mulai merayap di langit kota ketika Thomas memasuki rumah sakit. Garis-garis wajahnya terlihat lelah bahkan langkahnya lunglai. Keningnya berkerut dalam ketika melihat ponselnya, pesan yang ia kirim pada Karen mengenai keadaan Ella masih belum dijawab. Walaupun seharian ia sibuk bekerja, pikirannya masih tertuju pada putrinya. Langkah kakinya bergema di koridor rumah sakit yang mulai sepi. Ketika Thomas mendorong pintu kamar inap Ella, pemandangan yang menyambutnya membuat jantungnya seakan berhenti berdetak. Karen tergeletak tidak sadarkan diri di lantai dingin. Dan yang lebih mengerikan lagi, ranjang rumah sakit di sudut ruangan kosong melompong. Selimut putih berantakan dan ada bercak darah di lantai. "Karen!" Thomas berteriak. Ia berlutut di samping tubuh Karen, dengan susah payah mengangkat tubuh Karen ke sofa di sudut ruangan. Ia menepuk-nepuk pipi Karen dengan lembut. Jantungnya berdetak cepat, kilatan panik terlihat di matanya. "Karen, bangun! Kumohon, bangun!" de

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   106. Lama Tidak bertemu?

    Karen memasuki ruangan dengan langkah ringan, membawa nampan berisi sup hangat dan roti panggang. Aroma makanan yang harum seketika memenuhi ruang rawat inap. Ella tersenyum tipis menyapa wanita itu. Wajah Karen sedikit lebih hangat pagi ini dibandingkan kemarin, walau masih ada kilatan kekhawatiran di matanya karena Ella yang masih dalam keadaan lemah. "Lorenzo, kau sudah di sini sejak semalam, sebaiknya kau istirahat, biar aku yang menjaga Ella," ujar Karen dengan suara tenang menatap pria yang duduk di kursi samping ranjang sembari meletakan nampan makanan itu di atas nakas. Ella pun mengangguk setuju dengan Karen. "Kau pasti lelah, istirahatlah sejenak," ucap Ella lembut sembari mengusap lengan pria itu. Mata Lorenzo yang berkantung menoleh ke arah Karen dan Ella secara bergantian dengan tatapan yang redup dan sayu. Rambutnya acak-acakan, kemeja putihnya kusut dengan kancing teratas terbuka. Ia telah menjaga Ella semalam, tidak bisa tidur sama sekali. "Aku baik-baik saj

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status