Home / Romansa / Terjebak Obsesi Sang CEO / 82. Aku Mencintaimu

Share

82. Aku Mencintaimu

Author: feynaa
last update Last Updated: 2025-06-15 16:16:48

Lorenzo menipiskan bibirnya, ekspresinya yang lembut jadi keras mendengar tuduhan Ella yang tidak berdasar.

“Bukan,” jawab Lorenzo dengan tegas, tanpa ragu.

Ella terkejut, matanya membola. Ia mencoba mencari-cari kebohongan atau keraguan dalam tatapan mata Lorenzo.

Namun, tatapan tegas Lorenzo yang menatapnya tepat di matanya, tanpa berkedip, penuh keseriusan, berhasil mematahkan praduganya sendiri.

“Justru karena aku tidak ingin kau memakai parfum dengan aroma yang sama dengannya. Seline juga menyukai parfum dengan aroma fruity dan floral karena itu aku ingin kau memakai parfum dengan aroma yang berbeda—aroma yang hanya akan kuingat sebagai aromamu.”

Ella merasakan tenggorokannya tercekat. Jawaban itu tidak pernah ia duga. Selama ini ia pikir Lorenzo memaksanya memakai parfum itu karena menginginkannya menjadi seperti Seline, namun ternyata alasannya adalah kebalikannya.

“Aku memperhatikanmu, Ella, setiap detail tentang dirimu bahkan latar belakang dirimu, aku tahu semua
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   153. Cincin Berlian

    Satu tahun. Tepat satu tahun sudah berlalu sejak Lorenzo terakhir kali merasakan kehangatan tubuh Ella dalam pelukannya. Satu tahun berlalu sejak gadis itu memutuskan untuk pergi ke Oklahoma, menciptakan jarak ribuan kilometer di antara mereka. Namun, perpisahan itu bukan berarti ketiadaan kontak sama sekali. Sesekali, pesan singkat masih terkirim di antara mereka. Walau hanya kalimat-kalimat pendek yang terasa dingin, sekadar basa-basi. Sesekali telepon masih tersambung, walau hanya sepatah dua patah kata yang terlontar. Lorenzo telah berjanji untuk memberikan kebebasan kepada Ella, memberikan waktu dan ruang untuk menyembuhkan lukanya dan membangun kembali kepercayaannya pada cinta.Walau di sini Lorenzo yang menanggung sakit karena menahan rindu yang menggerogoti jiwanya. Janji itu adalah bentuk penebusan atas kesalahan besar yang ia lakukan yang bahkan sampai sekarang masih menjadi rahasia antara dirinya dan Lessa. Namun, nyatanya janji itu membuatnya gelisah hingga su

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   152. Rumah

    Senja di Oklahoma menyambut kepulangan Ella. Gadis itu melangkah turun dari mobil dengan gerakan yang kaku, setiap sendi tubuhnya seolah menahan beban yang tak terlihat. Ia berjalan menuju pintu masuk dengan langkah gontai karena kelelahan emosional. Wajahnya pucat, matanya sembab. Lorenzo berdiri di sampingnya dengan postur tubuh yang tegap. Matanya yang gelap memindai setiap sudut rumah dengan kewaspadaan. Tangannya bertumpu lembut di punggung Ella, memberikan dukungan tanpa kata. Suara langkah kaki terdengar samar-samar. Thomas muncul menuruni tangga dengan langkah terburu-buru. Wajah pria baya itu langsung tegang ketika melihat Lorenzo. Dahinya berkerut, rahangnya mengetat, tatapannya dingin. Lorenzo tentu menyadari pandangan menusuk dari Thomas. Ia bisa merasakan bahwa pria itu sedang menimbang-nimbang apakah ia layak untuk berdiri di rumahnya. Di belakang Thomas, Karen muncul dengan wajah yang dipenuhi kekhawatiran dan kebingungan mendalam. "Ella?" Karen memangg

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   151. Korban dan Pelaku

    Pertanyaan itu bagaikan belati tajam yang menusuk tepat ke jantung Lorenzo. Namun, Lorenzo tidak menunjukkan keputusasaan dan rasa sakitnya di depan Ella. Lorenzo mengangkat dagu Ella dengan lembut. Ia mengecup singkat kening Ella. "Aku akan membuat kenangan baru bersamamu yang lebih indah. Aku akan membuatmu mencintaiku lagi dengan setiap detik kebersamaan yang kita ciptakan. Jika masa lalu tidak bisa kembali, kita akan menciptakan masa depan yang jauh lebih indah dan penuh warna.” Keteguhan dalam suara Lorenzo membuat hati Ella berdebar tidak stabil. Ada sesuatu dalam tatapan mata pria itu yang membuatnya merasa aman meskipun dunianya sedang hancur. Namun, ketukan keras di pintu memecahkan momen haru merema. Sebelum Lorenzo sempat mengeluarkan sepatah kata, pintu sudah terbuka. Alessio menerobos masuk dengan wajah tegang. "Maaf mengganggu," kata Alessio tegas. "Daren menerobos masuk. Menuntut untuk bertemu Ella. Keamanan hampir tidak bisa menahannya." Nama itu menghan

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   150. Galeri Foto

    "Ella, aku paham kau mungkin telah kehilangan kepercayaan padaku, apalagi di keadaanmu sekarang, di mana aku tidak ada di dalam ingatanmu," ucap Lorenzo, lembut meski suaranya bergetar halus. "Aku tahu kau tidak akan percaya saat aku hanya mengatakan bahwa aku tidak akan pernah melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Daren padamu, bahwa aku berbeda darinya." Lorenzo melanjutkan, sembari membelai rambut Ella. "Tapi izinkan aku membuktikan bahwa tidak semua pria seperti Daren. Izinkan aku menunjukkan padamu bagaimana seharusnya seorang wanita dicintai dan dihargai." Lorenzo perlahan melepaskan pelukan mereka, kemudia menangkup pipi Ella tang pucat agar menatapnya. Matanya yang kelam menatap lekat-lekat mata cokelat Ella yang masih bergelimang air mata. Ada sesuatu dalam tatapan Lorenzo yang membuat dada Ella terasa hangat. "Berikan aku waktu. Biarkan aku membuktikan dengan tindakan, bukan hanya dengan kata-kata," ucap Lorenzo penuh keyakinan. Jemarinya bergerak m

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   148. Melepaskan Luka

    "Aku tidak tahu lagi bagaimana caranya mempercayai seseorang lagi, bagaimana caranya membuka hati." Kata-kata itu keluar dengan susah payah, setiap hurufnya terasa seperti bongkahan batu di tenggorokannya. Ella menatap wajah Lorenzo dengan pandangan yang kosong.Namun di dalamnya tersimpan rasa takut yang mendalam. Takut untuk membuka hati lagi, takut untuk mempercayai lagi, takut untuk mencintai lagi.Mata cokelatnya yang sembab bertemu dengan mata Lorenzo yang penuh dengan kekhawatiran menyadari tindakannya lebih parah dari yang ia duga. Betapa hancurnya kepercayaan diri gadis itu, betapa dalam luka yang mengoyak jiwanya. Lorenzo merasa tercekat, merasa seperti sedang menggali kuburannya sendiri sekarang. Ia menahan diri untuk tidak berteriak mengatakan bahwa ia bukan Daren. Ia ingin mengatakan bahwa ia bisa menjadi tempat yang aman untuk Ella, bahwa pelukannya bisa menjadi rumah yang paling nyaman di dunia. Ia ingin berteriak, ingin mengatakan bahwa ia bisa menjadi obat unt

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   147. Kehancuran Ella

    Sinar matahari pagi menembus celah-celah tirai tebal membelah kegelapan kamar. Mata Daren terbuka perlahan, kelopaknya mata terasa berat. Kesadarannya kembali secara bertahap, kepalanya terasa berdenyut. Pandangannya kabur sejenak sebelum akhirnya terfokus. Matanya membelalak terkejut mendapati suasana kamar yang berantakan. Pakaiannya berserakan, kemeja putihnya tergeletak tidak di lantai, jasnya ada di tepi meja nakas. Sepatu kulit terlempar begitu saja di sudut ruangan. Aroma parfum manis namun asing itu menusuk hidungnya. Detik pertama, kebingungan melanda pikirannya. Lalu ingatan-ingatan semalam mulai bermunculan yang membuat dadanya berdegup cepat. Kesadarannya mulai utuh, kepanikan melandanya. Daren bangkit terduduk dengan gerakan tergesa-gesa, tubuhnya hanya terbalut celana boxer. Dadanya yang telanjang naik turun dengan napas tidak teratur. Ia ingat wajah wanita dengan rambut bergelombang—Anne, yang mengantarnya pulang, yang menawarkan bantuan ketika langkah kakinya go

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status