Home / Romansa / Terjebak Obsesi Sang CEO / 99. Mencuri Ciuman

Share

99. Mencuri Ciuman

Author: feynaa
last update Last Updated: 2025-07-01 21:05:20

"Tunggu, apa yang—"

Sebelum Ella sempat menyelesaikan kalimat protes yang akan dilontarkannya, Lorenzo sudah melesat ke arahnya sembari melayangnya kepalan tangannya.

Mata Ella membulat terkejut, refleks kakinya mundur dengan panik, tapi malah tersandung matras yang tidak rata di lantai. Ella jatuh telentang dengan keras.

Sebelum ia sempat bangkit, Lorenzo sudah berada di atasnya—lutut pria itu mengapit pinggul Ella, kedua tangan gadis itu dikunci kuat di atas kepalanya.

Napas Ella tercekat. Posisi mereka sangat intim dan berbahaya. Wajah mereka hanya berjarak beberapa inci sehingga mereka bisa merasakan embusan napas satu sama lain. Udara di sekitar mereka tiba-tiba terasa panas.

"Ini... ini tidak adil," desis Ella dengan gugup.

Lorenzo menatap mata Ella yang terbuka lebar karena terkejut. Kemudian matanya turun ke bibir Ella yang sedikit terbuka, merah dan basah, seolah-olah mengundangnya untuk melakukan sesuatu yang tidak seharusnya.

Dia bisa merasakan detak jantung
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   138. Jaga Jarak

    Sinar keemasan fajar merayap lembut melalui celah-celah tirai. Pagi ini, suasana terasa berbeda dengan pagi sebelumnya. Hangat, tapi masih menyimpan ketegangan yang tidak terucap. Sejak terbangun dari tidurnya, Daren selalu ingin menempel dengan Ella. Benar-benar tidak melepaskan Ella dari genggamannya. Tangan kekarnya selalu curi-curi kesempatan untuk menyentuh Ella. Entah itu menelusuri punggung mungil gadis, sesekali memeluknya dengan mesra, dan memberikan kecupan singkat di wajahnya. Bahkan saat sarapan, kakinya beberapa kali bersentuhan dengan kaki Ella. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan, tapi Daren enggan pergi kerja, enggan meninggalkan Ellla. Ia mengamati lekat-lekat gadis itu yang sedang mengikat dasinya. Bibir Daren melengkung membentuk senyuman tipis. Dengan gerakan kilat, Daren menangkup wajah Ella dan mencuri ciuman singkat di bibir ranum gadis itu. Ella membeku, terkejut dengan sentuhan tiba-tiba itu. "Aku tidak ingin meninggalkanmu hari ini," bisik Dare

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   137. Hati yang Mendua

    Langit biru cerah perlahan memudah menjadi senja kemerahan ketika Ella melangkah memasuki pelataran rumah yang sunyi setelah suara mesin mobil Lorenzo telah menjauh. Paper bag belanjaan di tangan kirinya, sementara tangan kanannya memeluk kotak mika berisi sebuah mangkuk tanah liat yang masih kasar, belum sempurna, bahkan belum diberi warna apa pun. Begitu ia berada di dalam rumah, matanya langsung tertuju pada sosok yang berdiri tegak di tengah ruang tamu, menghadap ke arahnya seolah tengah menunggunya. Ella dapat merasakan aura Daren yang berbeda dari biasanya. Rambutnya berantakan, seolah berkali-kali dia mengusapnya dalam frustasi. Keningnya berkerut dalam. Mata birunya yang biasanya hangat kini dingin. Tatapannya tajam, tepat di mata Ella. Ruang tamu yang luas itu tiba-tiba terasa sesak, seolah dinding-dindingnya menyempit dan menekan mereka berdua dalam ketegangan yang menyesakkan. "Apa yang kau lakukan dengannya?" Suara Daren merobek keheningan. Nada yang bias

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   136. Pottery Date

    Kata hati Ella menang. Setelah berperang sengit dengan logikanya, akhirnya Ella memilih ikut dengan Lorenzo yang membawanya ke sebuah studio keramik di bagian kota yang belum pernah Ella kunjungi—area yang masih mempertahankan arsitektur lama kuno yang telah direnovasi menjadi ruang seni dan kafe-kafe kecil yang nyaman. Di dalam, aroma tanah liat basah yang bercampur dengan wangi kayu menciptakan atmosfer yang hangat dan menenangkan. Dinding-dinding studio dihiasi dengan hasil karya para pengunjung lain seperti, mangkuk, gelas, vas bunga, dan patung-patung kecil yang masing-masing memiliki ciri khas unik. Instruktur studio—seorang wanita paruh baya dengan rambut abu-abu yang dikepang longgar dan mata yang hangat—menyambut mereka dengan senyuman ramah. Kemudian memberikan mereka masing-masing sepotong tanah liat dingin, serta menjelaskan teknik dasar pembuatan keramik dengan suara yang lembut. "Tanah liat ini akan merespons sentuhan kalian, emosi kalian, bahkan napas kalia

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   135. Kesalahan Manis

    Pagi itu suasana di ruang makan terasa lebih dingin dari biasanya. Cahaya hangar matahari yang menembus jendela tidak mampu menghangatkan suasana di antara Ella dan Daren yang duduk berhadapan di meja makan. Ella duduk dengan gusar, tangannya mengaduk-aduk sereal dalam mangkuk keramik dengan gerakan berputar. Mata cokelatnya yang peka menangkap setiap detail perubahan pada pria yang telah berbagi hidup bersamanya selama bertahun-tahun. Daren duduk dengan punggung tegak, rahangnya mengetat. Mata birunya yang biasanya hangat kini kosong. Pria yang biasanya selalu mengisi keheningan pagi dengan percakapan ringan yang selalu berhasil membuatnya tersenyum kini terlihat sedang dalam suasana hatinya yang buruk.Sejak semalam setelah ia selesai berbincang dengan Lorenzo di teras, pria itu terlihat murung.Lorenzo bukan hanya telah berhasil merusak momen kencan romantisnya dengan kedatangannya yang tidak diundang, tapi juga berhasil mengganggu ketenangan Daren karena ancaman kematian itu.

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   134. Dia Memilihku

    Tetesan hujan pertama jatuh tepat ketika mereka turun dari wahana roller coaster. Langit yang tadi biru cerah kini berubah menjadi kelabu. Daren tanpa berpikir panjang menarik Ella merapat pada tubuhnya, membentangkan jaket kulitnya di atas kepala gadis itu sebagai pengganti payung. Ella tersenyum tipis merasakan kehangatan tubuh Daren yang melindunginya dari dinginnya hujan. Hujan semakin deras, memaksa mereka berlari lebih cepat mencari tempat berteduh. Daren menarik Ella menuju deretan toko dan restoran yang berjejer tidak jauh dari wahana permainan. Namun, senyuman Ella langsung pudar ketika ia menyadari Lorenzo juga ikut menyusul mereka, ekspresi wajahnya gelapnya tajam, penuh dengan emosi yang menunjukan kejengkelan. Ia lengah sehingga membuat Daren punya kesempatan menyentuh Ella. Mereka memasuki sebuah restoran kecil yang hangat. Bau masakan yang lezat langsung menyambut mereka, memberikan kontras suasana yang nyaman dari dinginnya hujan di luar. Daren, dengan penuh per

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   133. Kencan Bertiga

    Sore itu, langit Chicago menampilkan gradasi jingga yang memukau. Taman hiburan dipenuhi tawa anak-anak dan aroma manis permen kapas yang menguar di udara. Ella berjalan di samping Daren, tangan mereka saling bertaut. Senyum hangat menghiasi wajah mereka kontras dengan angin dingin yang beriup menerbangkan helai-helai rambut cokelat dan dress putih berbunga-bunga kecil yang dikenakannya. Mata Ella berbinar-binar penuh perhatian. Di sebelahnya, pria berambut pirang itu selalu berusaha membuat Ella nyaman, selalu sabar menghadapi segala tingkah lakunya yang terkadang sulit ditebak. "Daren, aku mau ice cream," pinta Ella dengan suara sedikit manja. Daren tertawa kecil mendengar jawaban itu. "Baiklah, tunggu di sini, Tuan Putri, aku akan membelikannya untukmu." Ella mengangguk dengan senyum geli. Ia duduk di kursi besi yang berada di bawah pohon maple. Mata memperhatikan sekitarnya, lalu tatapannya terhenti pada sosok pria betubuh tegak dan besar yang menghampirinya dengan tatapan in

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status