Hai! Season 2 dimulai dari bab ini ya ^_^ Jangan lupa tinggalin komen biar author tahu pandangan kalian ^_^ Enjoy!
“Me–mereka sem–semua?!” pekik Alexa.Gadis muda yang masih berusia 19 tahun itu belum bisa membayangkan bagaimana sang kakak melakukan itu dengan semua wanita. Manda yang merasa kecolongan dengan jawaban Bintang langsung memarahinya. “Bintang! Kamu biarkan Alexa mendengar semua kelakuan burukmu itu!”“Oh, my! Kelakuanku nggak buruk, Ma. Aku cuma menopang mereka saat mabuk. Lagian aku cuma jawab pertanyaan Mama lho.” Bintang meringis serba salah. Sebenarnya, Bintang mengatakan dengan jujur sesuai dengan maksud dari kalimat itu, tetapi karena Manda sudah tidak percaya ia jadi mengartikan semua kalimat putranya sebagai sesuatu yang buruk. Tidak hanya satu dua kali, atau hanya belasan kali Bintang membuat gosip miring. Berita yang sekarang adalah skandal kesekian yang tak lagi bisa ia hitung. Manda menghela napas berat. Tangannya memijat-mijat pangkal hidung yang terasa berdenyut.“Mama nggak nyangka jawabannya bakal se-ekstrim itu,” keluh Manda. “Jadi, kamu tidur dengan semua artis-
“Pak Bintang, malam ini ada jadwal—”Tok! Tok! Tok!Ucapan Tiara terhenti karena ketukan di pintu ruang kerja CEO. Ia dan atasannya sama-sama menoleh ke arah pintu.Tiara menghela napas sambil melangkah menuju pintu. “Ya?”Salah satu staf sekretaris terlihat panik di depan pintu. “Bu, maaf, ada tamu yang memaksa bertemu Pak Bintang.”“Pak Bintang tidak ada janji bertemu siapapun hari ini, Kania.” Suara Tiara terdengar dingin. “Kamu sudah baca jadwal juga kan?”Sekretaris muda bernama Kania itu buru-buru mengangguk. “Saya sudah meminta beliau untuk membuat janji terlebih dulu, tetapi dia bilang dia perlu ketemu sekarang.”“Apa dia wanita yang digosipkan denganku kemarin?” tanya Bintang yang sudah berdiri di belakang Tiara. Wajah Kania terlihat panik. Ia tidak mungkin mengiyakan pertanyaan tersebut. Itu berarti ia mengakui skandal yang menimpa atasannya. Melihat Kania ketakutan, Tiara mewakili menjawab. “Kemungkinan iya, Pak Bintang.”“Suruh masuk saja.” Bintang memutuskan. “Tidak bai
“Hm?”Bintang bergumam pelan ketika mendengar suara bel pintu kamar hotelnya. Belum sampai 10 menit ia masuk, seseorang sudah meminta perhatiannya lagi.‘Apa Fleur mengikutiku?’ batin Bintang sambil mencoba melihat dari lubang kecil di tengah pintu.Sayangnya, entah kenapa tidak terlihat siapapun berdiri di depan pintunya.‘Prank kah?’ ujarnya tanpa suara. Tangannya menekan turun gagang pintu untuk melihat kemungkinan ada yang berjongkok di depan kamarnya.“Ah ….”Benar saja. Seorang perempuan dengan gaun yang cukup menantang, berjo
“Ah … ya. Sebelah situ.”Suara desahan Bintang membuat wajah Adelia memerah. Ia tak percaya CEO RAFT Entertainment itu membuatnya melakukan hal seperti ini. Sia-sia sudah gaun cantiknya basah dengan air. “Mmh … tekan agak keras, Lia.” Lagi, ia memberi instruksi sementara netranya terpejam menikmati setiap sentuhan Adelia. “Pak Bintang, apa benar ini maksudnya menemani Anda?” protes Adelia. “Untuk apa saya pakai baju begini dan ketakutan?”Bintang terkekeh sambil membuka matanya. Penasaran seperti apa wajah perempuan yang tadi ketakutan. “Siapa yang suruh kamu pakai baju kurang bahan begitu? Tidak ada juga yang menakutimu.”Adelia tertunduk. Tubuhnya lemas karena lega ternyata Bintang tidak membuatnya kehilangan kesucian. “Tutup mata lagi, Pak. Saya siram busa samponya.”Bintang kembali menutup mata sambil bergumam pelan. Selesai keramas, Bintang meminta Adelia menunggu di kamarnya sementara ia menyelesaikan mandi.Adelia menunggu 10 menit sebelum akhirnya Bintang keluar dengan pe
“Ha?!”Napas yang tersentak, terkesiap menjadi suara pertama yang membangunkan Bintang pagi ini. Ia tersenyum karena Adelia masih berada di sampingnya. “Bajuku ganti?!” Bintang mendengar suara tertahan dari si gadis manis yang sedang panik. “Apa yang terjadi semalam?”Adelia menutupi wajahnya dengan telapak tangan sambil berteriak pelan. “Apa aku beneran tidur sama Pak Bintang? Tapi aku nggak ingat apa-apa.”Melihat bagaimana Adelia bertingkah saat ini sangat berbeda dengan pertemuan pertama mereka di depan pintu, Bintang pun menebak dalam pikirannya. ‘Ternyata kemarin malu-malu dan takut itu kemungkinan hanya akting agar dikasihani olehku. Malamnya, walau mungkin dibawah pengaruh alkohol, dia bisa seberani itu menaiki pangkuanku.’Tak tahan melihat wajah Adelia yang berubah-ubah raut dari kaget kemudian senang lalu panik, kekehan Bintang pun lepas dari tahanan bibirnya. “Pak Bintang?!” seru Adelia panik. “Su–sudah bangun?!”Wajahnya memerah seperti tomat matang. Tangannya menyilan
“Lihat itu! Dia bawaan orang dalam katanya!” Dengkusan mengejek dan merendahkan pun terdengar samar di sekitar lokasi syuting. “Ha! Cantik sih! Cuma berasa banget kampungannya nggak sih?”“Kudengar dia memang butuh duit.” Sebuah kontradiksi pun terpampang di hadapan mereka, melahirkan sebuah kesimpulan negatif. “Tapi gaunnya bagus banget nggak sih?”“Gaun yang kemarin ada di manekin Madam Vega.”“Sudah pasti! Sugar Daddy!”Adelia yang sudah tidak tahan mendengar semua itu pun segera beranjak menuju kamar mandi untuk menyendiri. Ia tahu dunia yang dipilihnya bukanlah tempat indah yang menyenangkan. Tetap saja, rasanya menyakitkan mendengar semua omongan orang. ‘Memangnya salah kalau aku jadi artis buat cari uang? Apa salah orang miskin sepertiku punya kesempatan seperti ini?’Air mata mulai membasahi wajahnya. ‘Aduh! Wajahku sudah di make-up!’Panik, ia berusaha membersihkan wajahnya dengan saputangan. Namun, yang dilakukan malah membuat riasannya tersapu hilang. ‘Ah! Matilah aku!’
“Eh, bukannya itu mobil CEO kita?!” seru salah satu artis dengan wajah berbinar. Suasana syuting di sebuah area perumahan yang awalnya kondusif berubah ricuh karena kedatangan Bintang ke lokasi. CEO kesayangan para artis wanita itu memamerkan senyum menawannya ketika turun dari mobil. “Kyaaa! Pak Bintang!”Produser pun segera mendatangi Bintang dengan wajah sumringah. “Selamat siang, Pak Bintang! Bagaimana, Pak?”Sangat jarang bagi CEO itu untuk berkunjung ke lokasi syuting di awal-awal episode. Biasanya, bahkan ia tak pernah datang dan mengutus salah satu sekretarisnya saja. Jadi, produser sedikit takut kalau-kalau kedatangannya karena ketidakpuasan.“Ah … aku hanya mampir saja, Pak. Silakan syuting seperti biasa.”Wajah produser pun berubah cerah. Ia segera kembali ke posisinya dan melanjutkan syuting. Tak melihat Adelia di tempat syuting, Bintang cukup terkejut karena merasa kecewa. “Rara, apa jadwal mereka hari ini?”Tiara segera membuka email untuk mencari laporan soal variet
Ruang tamu sudah ramai dengan celotehan para anggota variety show karena kedatangan Bintang yang terasa mewarnai rumah syuting itu. Pembawa acara pun mulai memanggil mereka yang sudah siap menyajikan makanannya. “Nona Fleur! Makanan anda terlihat enak! Warna nasinya tidak terlihat mengkilat! Tidak seperti nasi goreng kebanyakan. Bagaimana bisa?” tanya pria berambut ikal yang ditunjuk menjadi host acara. Dengan wajah bangganya Fleur menyibakkan rambut dan berkata, “Saya mencampur nasinya dulu dengan telur! Itu akan melapisi nasinya sehingga tidak terlihat mengkilap. Dan juga, nasi jadi tidak saling menempel!”Semua bertepuk tangan. Walau banyak orang sudah tahu, tapi karena Fleur terlihat bangga, tidak ada yang berani mencelanya. “Kalau begitu langsung saja kita minta tamu spesial kita yang mencicipi masakan hari ini! CEO RAFTEN! Bintang Adinata!”Begitu Bintang masuk ke dalam area kamera, semua komentar yang masuk melalui pesan dimunculkan di bagian bawah tayangan. Kebanyakan tid
Hai! Romero Un menyapa!Novel ini akhirnya tamat ya ^_^Terima kasih buat para pembaca yang mendukung novel ini sampai selesai. Terima kasih juga untuk pembaca yang sudah memberikan komentar dan hadiah. Sampai ketemu di novel selanjutnya ya!Sayonara!
“Bos, sudah keluar hasilnya.”Bintang mengangguk. Ia segera mengecek hasilnya dan menemukan komposisi larutan yang tertulis dapat menyebabkan kerusakan pada pita suara. Ia pun langsung memberitahu Dennis. “Segera suruh Luna menemui dokter Gilian. Kuharap belum terlambat memperbaiki pita suaranya.”“Black, tangkap Kanya dan 2 temannya. Bawa mereka ke kapten. Aku sudah malas mengurusi mereka.”“Baik, Bos!”Sepeninggalan Black, Bintang langsung menyandarkan kepala, sambil memijat-mijat dahinya yang mulai pusing. Dengan posisi tak berubah, ia mencoba meraih gagang telepon dan menghubungi Tiara. “Auntie, tolong ke ruanganku.”2 menit setelahnya, Tiara sudah duduk di hadapannya. “Ada apa, Pak Bintang?”“Aku mau keluarkan berita dan juga peraturan baru.”Sang sekretaris senior itu mengangguk.‘Apa ini masalah artis Luna itu? Kurasa memang sudah keterlaluan sekali Kanya itu.’ Tiara membatin, sementara tangannya membuka laptop di pangkuan.Dalam berita internal itu, Bintang menjelaskan perka
“Oh! Lex, aku cari kamu. Ayo, ikut!”Bintang mengambil kesempatan untuk lepas dari Kanya. Ia segera pamit, menggeret adik perempuannya bersama. “Kau dikerjai si Kanya?” tanya Alexa setelah mereka cukup jauh dari target pembicaraan.Bintang menggeleng. “Sepertinya dia nggak suka dengan Lia dan membuat skandal untuk menghancurkan karir Lia sebelum debut.”Alexa mengerutkan dahi. “Kukira sasaran Kanya si Luna. Dia sering banget dipanggil Kanya sebelum latihan mulai. Dan pagi ini Luna kena marah karena suaranya tiba-tiba hilang.”Kali ini dahi Bintang yang berkerut tak mengerti. “Kenapa kau diam saja? Kanya sepertinya bukan perempuan yang baik, Lex. Hati-hati.”Alexa mendengus geli. “Siapa yang berani denganku?!”“Jadi, ini yang kemarin kakak tanyain ke aku? Skandal itu disengaja oleh Kanya?” Alexa kembali bertanya. Kepala Bintang bergerak naik-turun. “Kebetulan aku melihatnya.”Mereka terdiam sesaat, sebelum akhirnya Bintang memutuskan untuk pergi menemui Dennis. “Kau juga hati-hati. A
“Aku nggak peduli.” Bintang membalas pertanyaan Adelia dengan pernyataan keras kepala. “Kita bisa menyembunyikan pernikahan ini, untuk sementara.”“Buat apa?” tanya Adelia tak mengerti. “Kalau aku menikah, aku ingin bisa menceritakannya pada semua orang.”Mendengar itu Bintang tak bisa berkelit. Ia tak menyangkal. Mungkin dirinya yang paling sulit untuk menyembunyikan hubungan mereka. Bahkan sejak awal, dirinya lah yang tak bisa menahan diri untuk mengumbar kedekatannya dengan Adelia. “Tapi kalau tunangan, kurasa aman. Gimana?” usul Adelia yang merasa bersalah setelah pertanyaannya tadi. Bagaimanapun, saat ini, seorang CEO besar melamarnya. Dia, yang hanyalah seorang gadis biasa.Namun, Bintang menolak usulannya. “Aku ingin menikahimu karena aku mau semalam-malamnya kamu pulang, aku ada di rumah.”Wajah Adelia bersemu merah. Sebuah senyum tak sadar terbentuk di sana. “Hanya karena alasan itu?” gumamnya tak percaya.“Itu bukan ‘hanya’, My dear.” Bintang memeluk tubuh sang kekasih er
“Bos, Regan mengitrogasiku. Sepertinya Bos Raffael mencari Anda.”Black melapor pada Bintang, tepat di saat ia yakin kalau Adelia sudah masuk ke kamar mandi hotel. Ini adalah hari kedua Bintang dan Adelia berada di hotel. Seharian kemarin mereka menikmati renang dan layanan spa dari hotel itu. Dan pagi ini, seperti yang sudah ia perkirakan akan terjadi. Foto dirinya melangkah keluar dari apartemen para artis RAFTEN sambil merangkul seorang perempuan tak dikenal, menghiasi halaman depan media berita artis ibukota.Tentu saja, Raffael dan Manda akan marah besar, mengira bahwa putranya berselingkuh di belakang Adelia. “Mereka pikir Anda membalas dendam atas skandal Nona Adelia.”“Ah ….” Bintang terkekeh geli dengan tebakan orang tuanya. “Aku mematikan ponselku. Kau saja yang beritahu mereka kalau foto itu adalah fotoku dengan Lia.”Black mengangguk. “Baik, Bos.”“Tapi, jangan kasih tahu kami di hotel ini,” tambah Bintang, mengingatkan. “Aku dan Lia sedang liburan.”“Siap, Bos!”Sege
Ha! Ha! Ha! “Pertanyaan dari mana itu?” Bintang tergelak mendengar kenyataan bahwa Adelia tak merasakan cintanya.CEO RAFTEN bahkan tak bisa menyalahkan siapapun kecuali dirinya, karena sudah membuat Adelia bertanya demikian. Cinta yang ia berikan sepertinya tidak nyata. Seperti apa kata sang ibunda. Hambar.“Kau nggak tahu saja, tiap malam aku datang ke sini. Tapi kau nggak pernah ada.”Netra Adelia membulat kaget. “Bohong! Aku nggak pernah ketemu kamu! Nggak pernah ada tanda-tanda kamu mengunjungi apartemenku.”Bintang mengecup bibir sang kekasih, singkat. Kemudian berkata, “Aku malas kalau harus mengakui perbuatanku. Jadi, terserah kamu percaya atau nggak. Aku nggak masalah, Lia.”Melihat Bintang tidak bersikeras membuktikan ucapannya, Adelia memutuskan untuk percaya. “Terus, kenapa kau ke apartemenku nggak bilang-bilang?” tanyanya heran. Bibir Bintang bergerak ke kanan lalu ke kiri, menimbang apa juga yang membuatnya datang ke apartemen Adelia.“Awalnya mau kasih kejutan. Tapi
‘... dia nangis karena sudah lama nggak bisa ketemu kamu, Kak.’Ucapan Alexa tadi kembali terngiang di telinga Bintang, walau sambungan telepon sudah terputus sejak tadi. Senyuman lebar tak bisa ia tahan. ‘Kurasa aku terlalu percaya pada hubungan kami. Percaya bahwa kami mengerti satu sama lain, tanpa perlu banyak interaksi.’“Ternyata aku salah,” keluhnya menyimpulkan apa yang terjadi. Dengan cepat ia mengirim pesan pada Tiara, sekretarisnya. To Tiara:Besok saya libur satu minggu. Jangan cari saya!Pesan terkirim!Kemudian ia juga mengirim pesan yang sama pada Theo, tetapi terkait Adelia. To Theo:Besok Adelia libur 3 hari. Jangan cari dia!Pesan terkirim!Bintang mematikan ponselnya dan juga Adelia begitu saja dan mulai fokus mengurus sang kekasih. Ia menggulung lengan kemejanya dan mulai menyeka bagian tubuh Adelia yang terlihat. Malam itu ia memutuskan untuk menemani sang kekasih, tidur di ranjang yang sama.‘Ah … sebaiknya aku juga ganti saja itu!’*** Keesokan paginya, Ad
‘Kalau diingat-ingat … aku terakhir lihat Lia dari jendela pintu ruang latihan. 3 minggu lalu, kalau nggak salah.’Bintang menatap lurus tanpa berkedip. Pandangannya kosong, sementara ia menggenggam gelas wine di tangannya. Ia sedang duduk di sofa apartemen sang kekasih. Masih terdiam, pikirannya kembali mengingat hari itu. ‘Setelah itu, aku pergi dinas. Dennis bilang kalau Lia sangat bersemangat siap debut.’“Nggak ada yang salah dengan kami. Kurasa.”Pria yang tengah bingung dengan komentar ibu dan rekan kerjanya itu kembali menghela napas panjang. Ia tak tahu apa yang membuat hubungannya dicap hambar. Sejauh mereka belum menikah, jelas tidak ada yang bisa mereka lakukan selain pergi kencan. Sesekali berciuman atau tidur di kasur yang sama. “Apa aku harusnya menikahi Lia?” Lagi, ia berbicara dengan diri sendiri. “Tapi dia sedang bersiap debut. Bagaimana kalau langsung hamil dan merusak karirnya?”Sudah pukul 11 malam dan Adelia tak juga tiba di rumah. Mungkin penantian Bintang ma
“Dia tidur sambil berendam.”Bintang menggelengkan kepala, heran dengan kelakuan absurd sang kekasih kecilnya. Sekarang ia tidak tahu harus berbuat apa untuk mengangkat tubuh Adelia tanpa melihat. “Lia.” Bintang mencoba membangunkannya. “Adelia!”Dengkuran halus malah menjadi jawaban dari panggilan itu. Membuat Bintang mulai kehabisan akal setelah beberapa kali mencoba membangunkannya. Ia memutuskan untuk mengambil handuk dan menutupi tubuh gadis itu setelah berhasil mengangkatnya dengan menutup mata. Setelah bekerja keras, Bintang pun berhasil membaringkannya di tempat tidur. Namun, sampai di sana, Adelia malah terbangun. “Kenapa kau baru bangun sekarang, hm?” keluh Bintang. “Kau mengerjaiku ya?”Adelia mengerjapkan netranya beberapa kali, kemudian tersadar bahwa ia sudah ada di kasurnya, masih dengan tubuh yang basah. “Astaga! Apa aku ketiduran?”Melihat dari respon Adelia, Bintang tahu kalau gadis itu pasti kelelahan setelah beberapa minggu terus berlatih dan hanya bisa tidur 2