แชร์

Bab 3. Presdir-ku Gigolo Semalam

ผู้เขียน: Romero Un
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-12-18 15:31:38

“Maaf, Bapak mau menghadiri rapat pemegang saham PT Djaya Tambang?” tanya Manda. 

Gadis itu akhirnya tiba di kantor setelah Yuike melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Hari pertamanya bekerja bertepatan dengan rapat pemegang saham luar biasa diselenggarakan. Sebagai seorang sekretaris baru, tugas pertama Manda adalah menjadi resepsionis di rapat pemegang saham PT Djaya Tambang. 

Pukul 9.10 waktu Jakarta, pintu ruangan ditutup karena rapat sudah dimulai. Manda kira, sudah tidak ada lagi yang datang. Namun ternyata, tebakannya salah. 

Masih ada seorang pria yang kini masih berdiri di hadapannya. Manda merasa, pria di hadapannya ini memandangnya tajam. 

Pria yang datang terlambat itu adalah Raffael Indradjaya. 

Karena ingatannya yang samar, Manda tidak mengenalinya. 

Kemudian pria di hadapannya tadi mengangguk. Tatapan mautnya benar-benar membuat Manda tak nyaman. 

Canggung, Manda pun bertanya, “Maaf, dengan bapak siapa, Pak?”

Manda masih menunggu si peserta rapat yang terlambat itu untuk menyebutkan namanya. Namun detik selanjutnya, ia dibuat gugup dengan senyum sinis sang tamu rapat. 

Mulutnya kemudian terbuka untuk memberitahu namanya. “Raffael Indradjaya."

“Ba–baik, Pak Raffael. Mohon tunggu sebentar!"

Manda segera mencari nama tersebut. Ia menyadari bahwa Raffael jelas memiliki hubungan keluarga dengan CEO PT Djaya Tambang.

“Silakan tanda tangan di sini, Pak,” ujar Manda. Ia menunjuk kolom kosong pada lembar daftar pemegang saham, tepat di samping nama Raffael.

Raffael membungkuk sedikit untuk membubuhkan tanda tangan. 

“Terima kasih. Silakan masuk, Pak. Ini materi rapatnya.” Manda menyerahkan tas berisi materi dan souvenir.

Sebelum pergi, pria itu menatap Manda lekat seolah ingin membunuhnya. Manda pikir ia akan mengatakan sesuatu, tapi ternyata hanya melengos begitu saja masuk ke ruang rapat. 

Wajah pria bernama Raffael itu benar-benar terasa familiar. Dan hal itu sangat mengganggu pikirannya. 

‘Rasanya kayak pernah lihat mukanya, tapi nggak tahu di mana,’ batin Manda sambil berusaha mengingat-ingat. 

Seketika, sekelebat adegan saat Raffael menatap Manda barusan menimpa ingatannya yang lain, seolah membuka ingatan yang tadinya samar. 

“Astaga!" Manda segera menutup mulutnya. 

Semakin lama, kejadian semalam pun tampak jelas dalam ingatan. Tatapan Raffael tadi jelas seperti tatapan pria semalam yang bersamanya. 

Manda sudah salah mengira bahwa pria semalam adalah seorang gigolo. Bahkan mereka terlibat hubungan satu malam. 

‘Nggak, nggak! Nggak mungkin banget!’ raung Manda yang mulai panik, berusaha menolak kenyataan. ‘Mu–mungkin cuma mirip!’

Namun, ingatan samar yang akhirnya menjadi semakin jelas, membuat penolakannya tidak berdasar. 

‘Mati aku! Makanya dia natap aku kayak tadi! Bisa gila!’ pekiknya dalam hati. ‘Ternyata orang itu bukan gigolo beneran. Ditambah, dia keluarganya Bu CEO pula!’

Mencoba mencari tahu, Manda bertanya pada Yana yang sedang sibuk dengan laptop di sebelahnya. 

“Kak Yana, pria yang tadi baru datang itu siapanya Bu CEO?”

Sambil menahan sesuatu, Yana menjawab, “Pak Raffael? Beliau adiknya Bu CEO. Dia ngurusin kantor cabang luar negeri.”

Mendengar jawaban Yana, batin Manda berteriak panik, ‘Adiknya?! Jangan sampai aku berurusan sama dia. Sebaiknya aku izin sakit saja setelah ini.’

Namun, Yana tiba-tiba menyodorkan secarik kertas. “Kak Manda, tolong kasih kertas ini ke notaris di dalam ya!”

Manda ingin menolak. Tapi, dia harus profesional, kan? ‘Hah?! Aduh, gimana nih?! Aku kan mau menghindari Pak Raffael.'

Manda langsung menolak. “Kak Yana saja yang bawa ke dalam. Aku—”

“Aku sakit perut, Kak Manda,” potong Yana sambil memegangi perutnya yang memang sejak tadi terasa melilit. “Tadi pagi, aku minum kopi pakai krim. Sekarang, perutku jadi mules banget."

“Oh! Oke, oke.” 

Manda pasrah menerima kertas berisi informasi terkait total jumlah pemegang saham yang hadir itu. 

Yana mengangguk. Kemudian, berlari kecil menuju toilet wanita.

Manda segera berdiri, lalu melangkah menuju ruang rapat. Ia sudah menghafal tata letak ruangan. Dan kursi notaris berada di samping pintu masuk. 

‘Gimana nih?! Rasanya kayak roh-ku hilang separuh,’ rintih Manda dalam hati. 

Sudah satu menit Manda hanya berdiri mematung di depan pintu ruangan. Ia tidak berani membuka pintunya.

Setelah menarik napas dalam-dalam, Manda menarik pelan salah satu pintu. 

Kemudian, ia berjalan masuk dengan tergesa-gesa. Matanya langsung menarget meja notaris dan menyerahkan kertas tersebut. 

"Bu, ini total kehadirannya.” Manda menyerahkan kertas di tangannya sambil berbisik.

Asisten notaris langsung menerima kertas tersebut dan berterima kasih. 

‘Astaga! Lega banget. Ayo, buruan keluar!’ pekik Manda dalam hati. 

Namun, baru saja ia meraih gagang pintu, Kepala sekretaris–Elena, melambaikan tangan, meminta Manda untuk mendekat.

‘Haduh! Apa lagi sih? Mau nangis aku!’ raungnya tanpa suara.

Jantung Manda berdegup seperti orang yang sedang menghadapi hukuman mati. Punggungnya pun sudah terasa dingin. 

Sementara mendengarkan apa yang dibutuhkan Elena, telinga Manda juga mendengarkan jalannya rapat. 

“Pengangkatan Bapak Raffael Indradjaya sebagai Presiden Direktur perseroan.”

Manda membelalak mendengar kalimat yang baru saja dilontarkan sang notaris. Ia bahkan lupa kalau Elena sedang berbicara dengannya. 

‘Apa?! Presiden direktur?! Nggak mungkin!'

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Author's Note (Tamat)

    Hai! Romero Un menyapa!Novel ini akhirnya tamat ya ^_^Terima kasih buat para pembaca yang mendukung novel ini sampai selesai. Terima kasih juga untuk pembaca yang sudah memberikan komentar dan hadiah. Sampai ketemu di novel selanjutnya ya!Sayonara!

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 260. Kebetulan, Aku Menikah Juga Hari Ini.

    “Bos, sudah keluar hasilnya.”Bintang mengangguk. Ia segera mengecek hasilnya dan menemukan komposisi larutan yang tertulis dapat menyebabkan kerusakan pada pita suara. Ia pun langsung memberitahu Dennis. “Segera suruh Luna menemui dokter Gilian. Kuharap belum terlambat memperbaiki pita suaranya.”“Black, tangkap Kanya dan 2 temannya. Bawa mereka ke kapten. Aku sudah malas mengurusi mereka.”“Baik, Bos!”Sepeninggalan Black, Bintang langsung menyandarkan kepala, sambil memijat-mijat dahinya yang mulai pusing. Dengan posisi tak berubah, ia mencoba meraih gagang telepon dan menghubungi Tiara. “Auntie, tolong ke ruanganku.”2 menit setelahnya, Tiara sudah duduk di hadapannya. “Ada apa, Pak Bintang?”“Aku mau keluarkan berita dan juga peraturan baru.”Sang sekretaris senior itu mengangguk.‘Apa ini masalah artis Luna itu? Kurasa memang sudah keterlaluan sekali Kanya itu.’ Tiara membatin, sementara tangannya membuka laptop di pangkuan.Dalam berita internal itu, Bintang menjelaskan perka

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 259. Menciptakan Bukti

    “Oh! Lex, aku cari kamu. Ayo, ikut!”Bintang mengambil kesempatan untuk lepas dari Kanya. Ia segera pamit, menggeret adik perempuannya bersama. “Kau dikerjai si Kanya?” tanya Alexa setelah mereka cukup jauh dari target pembicaraan.Bintang menggeleng. “Sepertinya dia nggak suka dengan Lia dan membuat skandal untuk menghancurkan karir Lia sebelum debut.”Alexa mengerutkan dahi. “Kukira sasaran Kanya si Luna. Dia sering banget dipanggil Kanya sebelum latihan mulai. Dan pagi ini Luna kena marah karena suaranya tiba-tiba hilang.”Kali ini dahi Bintang yang berkerut tak mengerti. “Kenapa kau diam saja? Kanya sepertinya bukan perempuan yang baik, Lex. Hati-hati.”Alexa mendengus geli. “Siapa yang berani denganku?!”“Jadi, ini yang kemarin kakak tanyain ke aku? Skandal itu disengaja oleh Kanya?” Alexa kembali bertanya. Kepala Bintang bergerak naik-turun. “Kebetulan aku melihatnya.”Mereka terdiam sesaat, sebelum akhirnya Bintang memutuskan untuk pergi menemui Dennis. “Kau juga hati-hati. A

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 258. Curiga

    “Aku nggak peduli.” Bintang membalas pertanyaan Adelia dengan pernyataan keras kepala. “Kita bisa menyembunyikan pernikahan ini, untuk sementara.”“Buat apa?” tanya Adelia tak mengerti. “Kalau aku menikah, aku ingin bisa menceritakannya pada semua orang.”Mendengar itu Bintang tak bisa berkelit. Ia tak menyangkal. Mungkin dirinya yang paling sulit untuk menyembunyikan hubungan mereka. Bahkan sejak awal, dirinya lah yang tak bisa menahan diri untuk mengumbar kedekatannya dengan Adelia. “Tapi kalau tunangan, kurasa aman. Gimana?” usul Adelia yang merasa bersalah setelah pertanyaannya tadi. Bagaimanapun, saat ini, seorang CEO besar melamarnya. Dia, yang hanyalah seorang gadis biasa.Namun, Bintang menolak usulannya. “Aku ingin menikahimu karena aku mau semalam-malamnya kamu pulang, aku ada di rumah.”Wajah Adelia bersemu merah. Sebuah senyum tak sadar terbentuk di sana. “Hanya karena alasan itu?” gumamnya tak percaya.“Itu bukan ‘hanya’, My dear.” Bintang memeluk tubuh sang kekasih er

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 257. Mendadak

    “Bos, Regan mengitrogasiku. Sepertinya Bos Raffael mencari Anda.”Black melapor pada Bintang, tepat di saat ia yakin kalau Adelia sudah masuk ke kamar mandi hotel. Ini adalah hari kedua Bintang dan Adelia berada di hotel. Seharian kemarin mereka menikmati renang dan layanan spa dari hotel itu. Dan pagi ini, seperti yang sudah ia perkirakan akan terjadi. Foto dirinya melangkah keluar dari apartemen para artis RAFTEN sambil merangkul seorang perempuan tak dikenal, menghiasi halaman depan media berita artis ibukota.Tentu saja, Raffael dan Manda akan marah besar, mengira bahwa putranya berselingkuh di belakang Adelia. “Mereka pikir Anda membalas dendam atas skandal Nona Adelia.”“Ah ….” Bintang terkekeh geli dengan tebakan orang tuanya. “Aku mematikan ponselku. Kau saja yang beritahu mereka kalau foto itu adalah fotoku dengan Lia.”Black mengangguk. “Baik, Bos.”“Tapi, jangan kasih tahu kami di hotel ini,” tambah Bintang, mengingatkan. “Aku dan Lia sedang liburan.”“Siap, Bos!”Sege

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 256. Pengalihan Skandal

    Ha! Ha! Ha! “Pertanyaan dari mana itu?” Bintang tergelak mendengar kenyataan bahwa Adelia tak merasakan cintanya.CEO RAFTEN bahkan tak bisa menyalahkan siapapun kecuali dirinya, karena sudah membuat Adelia bertanya demikian. Cinta yang ia berikan sepertinya tidak nyata. Seperti apa kata sang ibunda. Hambar.“Kau nggak tahu saja, tiap malam aku datang ke sini. Tapi kau nggak pernah ada.”Netra Adelia membulat kaget. “Bohong! Aku nggak pernah ketemu kamu! Nggak pernah ada tanda-tanda kamu mengunjungi apartemenku.”Bintang mengecup bibir sang kekasih, singkat. Kemudian berkata, “Aku malas kalau harus mengakui perbuatanku. Jadi, terserah kamu percaya atau nggak. Aku nggak masalah, Lia.”Melihat Bintang tidak bersikeras membuktikan ucapannya, Adelia memutuskan untuk percaya. “Terus, kenapa kau ke apartemenku nggak bilang-bilang?” tanyanya heran. Bibir Bintang bergerak ke kanan lalu ke kiri, menimbang apa juga yang membuatnya datang ke apartemen Adelia.“Awalnya mau kasih kejutan. Tapi

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status