Home / Romansa / Terjebak Permainan Sang Presdir / Bab 5. Bayar Pakai Tubuhmu Saja

Share

Bab 5. Bayar Pakai Tubuhmu Saja

Author: Romero Un
last update Last Updated: 2024-12-18 15:33:49

“Banyak yang saya mau dari kamu, Manda Adinata.”

Wajah Manda terlihat kaget. Ia belum berkenalan dengan sang presdir, tetapi sudah tahu namanya. 

“Kenapa? Kaget saya tahu nama kamu?” ledeknya yang masih tak melepaskan Manda dari kungkungan kakinya. “Saya tanya Elena, karena saya mau nagih utang.”

Mendengar itu, Manda dengan yakin berkata, “Utang?! Saya udah kasih semua uang saya di nakas hotel. Bulan ini saya sudah nggak ada uang, Pak.”

Sontak Raffael tergelak. Namun, netranya tak tampak seperti sedang tertawa. Malahan pria itu seperti akan memakan Manda kalau ia lengah sedikit saja.

Dengan nada penuh ancaman, Raffael berkata pelan, “Ya, ya. Uang itu. Kau membuatku rugi karena lembaran uang sialan itu.”

“Rugi? Saya kan bayar, Pak,” protes Manda dengan kening berlipat.

Raffael mendengus. “Bayar?! Kamu sudah menyebut saya gigolo di depan umum. Kamu juga mencuri kemeja saya. Dan hari ini kamu korupsi jam kerja dengan pulang cepat.”

Wajah Manda pucat pasi. Semua yang disebutkan benar-benar dilakukan oleh Manda hanya karena ia mabuk dan salah masuk ruangan.

Jahil, Raffael menambahkan, “Saya bisa tuntut kamu melakukan tindak pencemaran nama baik, pencurian dan korupsi.”

Netra gadis itu kembali membesar. “Jangan! Tolong maafkan saya, Pak. Hari itu saya mabuk—”

“Semua orang boleh mabuk dan bebas dari hukum kah?” potong Raffael mulai tak sabar. 

Manda terdiam. Ia sadar alasan itu tidak bisa melepaskannya dari tanggung jawab. Begitupun, Manda berharap sang atasan mau sedikit bermurah hati. 

Dengan takut-takut Manda bertanya, “Saya harus bayar berapa supaya saya tidak dituntut, Pak?”

“Denda pencemaran nama baik 4,5 juta. Pencurian 500 juta. Korupsi 200 juta. Jadi 705 juta.”

Sontak Manda melontarkan protesnya, “Kenapa pencurian sebanyak itu? Saya cuma pinjem kemeja Bapak—”

“Kemeja itu saya pesan khusus dari Diora, karena itu hari kepulangan saya ke Indonesia. Kamu bisa cek ke Diora sana.”

Manda menelan ludah mendengar merek terkenal itu.

‘Dan itu pesanan khusus?! Mati aku,’ batin Manda semakin pucat.

Kemudian Manda berkata lagi, “Ko–korupsi saya ‘kan cuma korupsi waktu—”

“Namanya korupsi ya korupsi,” ujar Raffael tak mau menyerah. “Kalau hari ini kamu korupsi waktu, bisa jadi besok kamu korupsi makanan, korupsi uang, korupsi jabatan, korupsi—”

“Oke, oke. Saya pusing dengerin Bapak. Ambil tengah aja Pak,” potong Manda yang mulai kesal karena pria itu sepertinya tidak akan pernah mau mengalah.

Raffael kembali tergelak. Melihat Manda yang berusaha kuat walau sedang ketakutan membuatnya ingin menjahili. 

“Kamu pikir ini pasar?!” sentak Raffael sambil tersenyum mengejek. “Ya sudah, ganti rugi saja 500 juta.”

“Ngutang boleh, Pak?” tanya Manda yang terlihat mulai tenang. “Terus, minta tolong bapak duduk, jangan di atas saya begini.”

Melihat keberanian Manda, Raffael hanya bisa mendengus geli. Semua reaksi Manda terasa segar dalam pandangannya. Ia belum pernah bertemu gadis seperti Manda. 

“Dasar sekretaris bokek!” tukas Raffael. 

Ia menurunkan kakinya dan duduk di samping Manda. “Kalau utang, saya tambah bunga.”

Manda pun bisa bernapas lega karena ia sudah bisa menjaga jarak dari Raffael. Ia kemudian mengangguk, menyetujui ucapan terakhir sang atasan. “Oke. Deal.”

Raffael membuang muka. Ia tak bisa menahan diri untuk tak tersenyum, tapi ia tak mau Manda melihatnya. 

Bersamaan dengan persetujuan itu, seorang pria masuk dan duduk di belakang kemudi. Siap melajukan kendaraan.

Raffael menganggukkan kepala ke arah sang supir kemudian menoleh pada Manda. Ia berkata, “Kalau begitu, saya minta pembayaran pertama hari ini juga.”

“Ha?! Kan ngutang dulu,” protes Manda kesal. “Memang sampai termin ke berapa?”

“5 termin. Sekali bayar seratus juta,” jawab Raffael. Ia berusaha keras untuk tidak tertawa saat menjahili sekretaris barunya itu. 

‘Bisa gila! Lama-lama candu jahilin anak ini,’ batin Raffael sambil melipat bibir dan menggigitnya dari dalam. ‘Ngomong-ngomong dia umur berapa ya?’

“Mana ada saya uang segitu, Pak!” seru Manda dengan wajah memelas, berharap Raffael mengkaji ulang struktur utangnya.

Raffael melirik Manda yang sepertinya punya kebiasaan menggembungkan pipi kalau kesal. Ia semakin gatal ingin menjahilinya. “Ya sudah. Bayar pakai badan kamu aja. Temani saya hari ini.”

‘Ha?! Dasar pria cabul!’ raung Manda tanpa suara. 

Ia menatap pria yang baru saja memberinya pilihan untuk menjual diri sebagai cara membayar utang, dengan pandangan tak percaya.

“Kenapa? Nggak mau?” tanya Raffael menantang tatapan Manda dengan wajah tenang. “Saya nggak masalah kalau kamu nolak. Saya tinggal suruh orang sebarin foto-foto kamu.”

Tubuh Manda menegang. Ia hampir saja lupa kalau ada yang harus ia lindungi. Harga dirinya dan juga nama baik keluarganya.

“A–apa bapak nggak bisa tunggu sampai saya kumpulkan uang?” tanya Manda mencoba bernegosiasi.

“Lama,” tangkis Raffael cepat. “Mau pakai cara apa? Ini cara yang paling gampang. Temenin saya hari ini. Sudah selesai payment pertama kamu. Semua senang.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Author's Note (Tamat)

    Hai! Romero Un menyapa!Novel ini akhirnya tamat ya ^_^Terima kasih buat para pembaca yang mendukung novel ini sampai selesai. Terima kasih juga untuk pembaca yang sudah memberikan komentar dan hadiah. Sampai ketemu di novel selanjutnya ya!Sayonara!

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 260. Kebetulan, Aku Menikah Juga Hari Ini.

    “Bos, sudah keluar hasilnya.”Bintang mengangguk. Ia segera mengecek hasilnya dan menemukan komposisi larutan yang tertulis dapat menyebabkan kerusakan pada pita suara. Ia pun langsung memberitahu Dennis. “Segera suruh Luna menemui dokter Gilian. Kuharap belum terlambat memperbaiki pita suaranya.”“Black, tangkap Kanya dan 2 temannya. Bawa mereka ke kapten. Aku sudah malas mengurusi mereka.”“Baik, Bos!”Sepeninggalan Black, Bintang langsung menyandarkan kepala, sambil memijat-mijat dahinya yang mulai pusing. Dengan posisi tak berubah, ia mencoba meraih gagang telepon dan menghubungi Tiara. “Auntie, tolong ke ruanganku.”2 menit setelahnya, Tiara sudah duduk di hadapannya. “Ada apa, Pak Bintang?”“Aku mau keluarkan berita dan juga peraturan baru.”Sang sekretaris senior itu mengangguk.‘Apa ini masalah artis Luna itu? Kurasa memang sudah keterlaluan sekali Kanya itu.’ Tiara membatin, sementara tangannya membuka laptop di pangkuan.Dalam berita internal itu, Bintang menjelaskan perka

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 259. Menciptakan Bukti

    “Oh! Lex, aku cari kamu. Ayo, ikut!”Bintang mengambil kesempatan untuk lepas dari Kanya. Ia segera pamit, menggeret adik perempuannya bersama. “Kau dikerjai si Kanya?” tanya Alexa setelah mereka cukup jauh dari target pembicaraan.Bintang menggeleng. “Sepertinya dia nggak suka dengan Lia dan membuat skandal untuk menghancurkan karir Lia sebelum debut.”Alexa mengerutkan dahi. “Kukira sasaran Kanya si Luna. Dia sering banget dipanggil Kanya sebelum latihan mulai. Dan pagi ini Luna kena marah karena suaranya tiba-tiba hilang.”Kali ini dahi Bintang yang berkerut tak mengerti. “Kenapa kau diam saja? Kanya sepertinya bukan perempuan yang baik, Lex. Hati-hati.”Alexa mendengus geli. “Siapa yang berani denganku?!”“Jadi, ini yang kemarin kakak tanyain ke aku? Skandal itu disengaja oleh Kanya?” Alexa kembali bertanya. Kepala Bintang bergerak naik-turun. “Kebetulan aku melihatnya.”Mereka terdiam sesaat, sebelum akhirnya Bintang memutuskan untuk pergi menemui Dennis. “Kau juga hati-hati. A

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 258. Curiga

    “Aku nggak peduli.” Bintang membalas pertanyaan Adelia dengan pernyataan keras kepala. “Kita bisa menyembunyikan pernikahan ini, untuk sementara.”“Buat apa?” tanya Adelia tak mengerti. “Kalau aku menikah, aku ingin bisa menceritakannya pada semua orang.”Mendengar itu Bintang tak bisa berkelit. Ia tak menyangkal. Mungkin dirinya yang paling sulit untuk menyembunyikan hubungan mereka. Bahkan sejak awal, dirinya lah yang tak bisa menahan diri untuk mengumbar kedekatannya dengan Adelia. “Tapi kalau tunangan, kurasa aman. Gimana?” usul Adelia yang merasa bersalah setelah pertanyaannya tadi. Bagaimanapun, saat ini, seorang CEO besar melamarnya. Dia, yang hanyalah seorang gadis biasa.Namun, Bintang menolak usulannya. “Aku ingin menikahimu karena aku mau semalam-malamnya kamu pulang, aku ada di rumah.”Wajah Adelia bersemu merah. Sebuah senyum tak sadar terbentuk di sana. “Hanya karena alasan itu?” gumamnya tak percaya.“Itu bukan ‘hanya’, My dear.” Bintang memeluk tubuh sang kekasih er

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 257. Mendadak

    “Bos, Regan mengitrogasiku. Sepertinya Bos Raffael mencari Anda.”Black melapor pada Bintang, tepat di saat ia yakin kalau Adelia sudah masuk ke kamar mandi hotel. Ini adalah hari kedua Bintang dan Adelia berada di hotel. Seharian kemarin mereka menikmati renang dan layanan spa dari hotel itu. Dan pagi ini, seperti yang sudah ia perkirakan akan terjadi. Foto dirinya melangkah keluar dari apartemen para artis RAFTEN sambil merangkul seorang perempuan tak dikenal, menghiasi halaman depan media berita artis ibukota.Tentu saja, Raffael dan Manda akan marah besar, mengira bahwa putranya berselingkuh di belakang Adelia. “Mereka pikir Anda membalas dendam atas skandal Nona Adelia.”“Ah ….” Bintang terkekeh geli dengan tebakan orang tuanya. “Aku mematikan ponselku. Kau saja yang beritahu mereka kalau foto itu adalah fotoku dengan Lia.”Black mengangguk. “Baik, Bos.”“Tapi, jangan kasih tahu kami di hotel ini,” tambah Bintang, mengingatkan. “Aku dan Lia sedang liburan.”“Siap, Bos!”Sege

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 256. Pengalihan Skandal

    Ha! Ha! Ha! “Pertanyaan dari mana itu?” Bintang tergelak mendengar kenyataan bahwa Adelia tak merasakan cintanya.CEO RAFTEN bahkan tak bisa menyalahkan siapapun kecuali dirinya, karena sudah membuat Adelia bertanya demikian. Cinta yang ia berikan sepertinya tidak nyata. Seperti apa kata sang ibunda. Hambar.“Kau nggak tahu saja, tiap malam aku datang ke sini. Tapi kau nggak pernah ada.”Netra Adelia membulat kaget. “Bohong! Aku nggak pernah ketemu kamu! Nggak pernah ada tanda-tanda kamu mengunjungi apartemenku.”Bintang mengecup bibir sang kekasih, singkat. Kemudian berkata, “Aku malas kalau harus mengakui perbuatanku. Jadi, terserah kamu percaya atau nggak. Aku nggak masalah, Lia.”Melihat Bintang tidak bersikeras membuktikan ucapannya, Adelia memutuskan untuk percaya. “Terus, kenapa kau ke apartemenku nggak bilang-bilang?” tanyanya heran. Bibir Bintang bergerak ke kanan lalu ke kiri, menimbang apa juga yang membuatnya datang ke apartemen Adelia.“Awalnya mau kasih kejutan. Tapi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status