Berita skandal tentang Sashi dan Nanda sudah menyebar di rumah sakit tempat Sashi bekerja. Dia sampai dipanggil kepala dokter untuk menanyakan kebenaran itu. Sashi tidak bisa mengelak, hingga memilih berbohong sama seperti dia membohongi kedua orang tuanya.
Sashi kini duduk di ruang praktek. Dia bingung bagaimana caranya lepas dari masalah yang dibuatnya sendiri.“Apa setelah ini aku bilang saja kami putus?” Sashi sedang mencari solusi akan masalahnya.Dia tidak mungkin mencari Nanda, kemudian minta pria itu untuk menikahinya sesuai dengan permintaan sang ayah. Bisa-bisa dia dipermalukan pria itu karena memohon.Sashi mengembuskan napas kasar. Berbohong kalau putus pun akan membuat sang mommy semakin mencemaskan dirinya.Saat sedang berusaha mengabaikan masalah itu. Asisten perawatnya masuk dan langsung menghampiri Sashi.“Masih ada pasien?” tanya Sashi yang memang bekerja di poliklinik rumah sakit. Ini sudah jam dua siang, seharusnya jam prakteknya di poliklinik habis.“Bukan, Dok. Tapi kekasih Anda mencari,” jawab perawat itu sambil senyum-senyum.“Hah?” Sashi malah terkejut. Dia lupa soal kebohongannya yang menjadi kekasih Nanda.“Ish, kenapa Dokter terkejut? Itu yang ada di berita, bukankah kekasihnya Dokter Sashi?” tanya perawat itu keheranan dengan sikap Sashi.Sashi terkejut mendengar ucapan perawat. Dia lantas berdiri dan keluar dari ruang praktek. Sashi melihat pria dengan setelan jas rapi berdiri memunggungi pintu, pria dengan punggung lebar yang sepertinya nyaman jika dijadikan sandaran.“Ehem ….” Sashi berdeham untuk menyadarkan pemikirannya yang sedang mengagumi punggung lebar pria di depannya.Nanda membalikkan badan mendengar suara Sashi. Hingga dia melihat wanita itu memakai jas putih kebanggaan para dokter, sangat berbeda dengan penampilan saat di Milan.“Ada apa mencariku?” tanya Sashi keheranan.“Dokter yang mengobati lukaku, harus melakukan pengecekan apakah lukaku infeksi atau tidak,” jawab Nanda sambil mengulurkan tangan ke Sashi.Sashi terkejut tapi kemudian meminta Nanda masuk ke ruang praktek.Asisten perawat membantu menyiapkan alat yang akan digunakan Sashi, lantas izin pamit keluar karena yakin jika Sashi pasti butuh bicara berdua dengan Nanda.Sashi tidak bicara, memilih membuka balutan perban yang sepertinya belum diganti sejak di Milan. Dia melihat luka Nanda masih basah karena sebelumnya tidak mendapat jahitan.“Untung tidak infeksi,” ucap Sashi setelah cukup lama diam.Sashi mengobati luka Nanda. Dia sendiri tidak berani membahas masalah skandal yang menyeret dirinya.Nanda sendiri datang ke sana setelah sebelumnya meminta sang asisten mencari tahu alamat Sashi. Seperti dugaannya, ternyata mereka berada dalam satu kota, membuat Nanda merasa urusannya akan semakin mudah.“Kamu pasti sudah tahu tentang berita yang beredar, kan.” Nanda membuka perbincangan mereka.Sashi cukup terkejut dan langsung menatap Nanda.“Lalu?” Sashi memicing curiga. Tebakannya benar jika Nanda tidak mungkin datang ke sana hanya untuk mengecek luka.“Aku ingin menawarkan perjanjian denganmu. Itu kalau kamu ingin nama baikmu sebagai dokter tidak tercoreng. Tapi jika tidak mau pun aku tidak terlalu rugi,” ujar Nanda yang tidak mau mengakui jika sebenarnya dia paling membutuhkan kerjasama itu.Sashi menyipitkan mata, menilai jika Nanda sangat sombong dengan ucapannya.“Perjanjian apa?” tanya Sashi waspada.Nanda menatap Sashi yang baru saja membalut lukanya lagi. Dia menarik tangan dan memperhatikan telapak tangan berbalut perban, sebelum kemudian menatap Sashi.“Skandal itu beredar, aku tahu kamu tidak mungkin mengelak atau menyangkal sementara bukti sudah ada, bahkan sebagian besar masyarakat mengetahui hal itu,” ujar Nanda sebelum memberitahu poin yang ingin dibicarakan.“Bisakah kamu tidak bertele-tele? Apa begini cara pengusaha bicara? Jika dokter bertele-tele, maka pasiennya sudah dipastikan sekarat lebih dulu sebelum ditangani.” Sashi tidak suka sesuatu yang bergerak lambat.Nanda terkejut tapi berusaha bersikap biasa mendengar ucapan Sashi. Wanita itu ingin to the point, membuat Nanda langsung mengungkap maksud kedatangannya ke sana.“Aku ingin menawarimu perjanjian nikah untuk menyelamatkan nama baik kita. Dengan begini skandal itu akan ditepis oleh keseriusan kita menjalin hubungan. Aku akan menikahimu, tapi tentu saja dengan hitam di atas putih.”Sashi terkejut mendengar ucapan Nanda. Dia terdiam sejenak mempertimbangkan tawaran pria itu. Dia tidak mengenal Nanda, tidak mungkin baginya menikah dengan pria itu. Namun, desakan dari orang tua, terutama sang mommy yang mencemaskan dirinya, membuat Sashi harus berpikir berkali-kali lipat.Nanda melihat Sashi yang ragu. Dia lantas mengeluarkan kartu nama dan meletakkan di meja.“Pikirkan dulu, jika sudah dapat jawaban, hubungi aku.”Nanda berdiri dan bersiap pergi, tapi saat baru saja membalikkan badan gerakannya terhenti karena ucapan Sashi.“Hanya kontrak dan kita tidak akan melakukan hubungan suami-istri, kan? Maksudku hanya status pernikahan saja yang kita butuhkan?” tanya Sashi memastikan, jangan sampai dia terjebak dalam situasi rumit.Nanda kembali membalikkan badan, hingga kemudian menatap Sashi yang masih duduk.“Ya, hanya sekadar kontrak pernikahan. Kita akan menjadi suami-istri hanya di depan keluarga dan orang-orang saja.” Nanda memperjelas maksudnya.Sashi menghela napas kasar, hingga kembali menatap Nanda.“Baiklah, aku terima tawaranmu.”**Setelah mencapai kesepakatan. Nanda akhirnya melamar Sashi secara resmi. Mereka bahkan sudah menyiapkan kisi-kisi jawaban jika nantinya kedua belah pihak keluarga ada yang menanyakan hubungan mereka. Keduanya terlalu cerdas untuk berpura, sehingga mampu membohongi orang tua dan keluarga mereka.“Dia sangat cantik, tidak kusangka Kakak pandai memilih calon istri,” bisik Nana, adik kandung Nanda.Nanda menoleh ke sang adik, kemudian mengusap pipinya.“Istri kakakmu harus cantik dan cerdas,” balas Nanda meninggikan diri sendiri.Nana tertawa mendengar balasan sang kakak. Dia ikut bahagia melihat sang kakak akhirnya akan menikah di usianya yang sudah matang.Beda dengan Nana atau Bastian yang bahagia atas rencana pernikahan mereka. Clara terlihat tidak senang, bahkan terus memberikan tatapan tidak senang ke Sashi.“Sepertinya adikmu tidak menyukaiku,” ucap Sashi saat bicara berdua dengan Nanda di sela pesta pertunangan mereka.Nanda menoleh Clara, hingga kemudian membalas, “Memang begitu wataknya. Bukankah kamu pemberani, tidak mungkin kamu akan menangis karena sikapnya, kan.”Nanda malah meledek Sashi dengan senyum mencibir.“Kamu pikir aku selemah itu. Dasar pria dingin,” ketus Sashi kesal.Tanpa disangka, Nanda menyentuh pipi Sashi dan memberikan tatapan begitu dalam ke wanita itu.Orang-orang yang melihat pun berpikir jika keduanya adalah pasangan serasi, menganggap jika tatapan Nanda penuh dengan cinta, berbeda dengan cara pandang Sashi.“Apa? Kenapa menyentuhku?” Sashi ingin menepis tapi ditahan karena orang tuanya sedang melihat ke arahnya.“Bukankah kita pasangan di depan banyak orang. Jadi, terima saja kalau aku menyentuhmu agar meyakinkan,” balas Nanda menggoda Sashi yang kesal.Sashi menyipitkan mata kemudian berucap, “Mencari kesempatan dalam kesempitan.”Nanda terkesiap mendengar ucapan Sashi, hingga kemudian membalas, “Ini bukan mencari ksempatan dalam kesempitan, tapi ini yang kamu maksud.”Nanda mengecup kening Sashi, membuat wanita itu syok. Semua orang yang melihat semakin yakin jika Sashi dan Nanda saling mencintai, sedangkan di sana ada dua orang yang terlihat kesal karena pertunangan mereka.“Dia tampan sekali. Pipinya juga menggemaskan.” Rihana langsung menggendong cucu keduanya itu. Rihana, Bintang, dan para suami datang ke sana setelah satu minggu Sashi melahirkan. Mereka begitu bahagia mengetahui Sashi melahirkan dengan lancar. “Aku mau menggendongnya,” kata Bintang mengambil Archie dari gendongan Rihana. Sashi dan Nanda menatap para orang tua yang sangat bahagia. Mereka begitu bahagia melihat semuanya berkumpul di sana. “Siapa namanya?” tanya Bintang sambil menimang bayi Archie. “Archie Abimand Mahendra. Nanda ingin nama keluarga tersemat di namanya,” jawab Sashi. “Nama yang bagus,” puji Rihana sambil mengelus pipi Archie menggunakan telunjuk, membuat bayi mungil itu menggeliat geli. Bintang menatap cucu pertamanya itu. Melihat Archie yang sangat menggemaskan, membuat Bintang malah sedih. “Apa kamu akan balik ke Indonesia?” tanya Bintang sambil menatap Sashi. Semua orang pun terkejut hingga menatap Bintang, kemudian ke Sashi secara bergantian. Sashi bingung
Sashi baru saja keluar dari kamar mandi. Dia tiba-tiba merasakan perutnya sakit, membuat Sashi langsung berpegangan pada kusen pintu. “Agh, kenapa sakit?” Sashi memegangi perutnya yang besar. Kehamilan Sashi baru memasuki usia sembilan bulan. Dia menjalani hari dalam masa kehamilan dengan baik meski Nanda tak selalu ada di sampingnya. Pagi itu dia baru saja mencuci wajah, tapi perutnya tiba-tiba terasa mulas bahkan panas juga pinggangnya pegal. “Apa kamu mau keluar sekarang?” Sashi menahan sakit sambil mengusap perutnya. Sashi mengalami kontraksi, membuatnya tak sanggup berjalan hingga memilih langsung duduk di ranjang. Dia berulang kali mengatur napas karena kontraksi yang terjadi. “Anda sudah bangun?” Suara perawat pribadi yang selama beberapa bulan ini merawat dan menjaga Sashi masuk kamar. Dia terkejut karena melihat Sashi kesakitan. “Anda baik-baik saja?” tanya wanita itu langsung berlari menghampiri Sashi. “Sepertinya bayinya mau lahir,” jawab Sashi sambil menahan sakit
“Kenapa kamu ke sini lagi?” Bumi melotot ke Winnie yang kembali datang ke kafenya. Dia sepertinya sedikit tak senang dengan Winnie yang sangat cerewet. “Apa? Aku mau jajan, kenapa kamu galak sekali? Ingat, Om. Tidak boleh galak-galak, nanti cepat tua,” balas Winnie tak takut sama sekali meski Bumi memasang wajah garang. “Kalau mau beli makanan atau minuman di sini, take away jangan makan di sini,” ucap Bumi karena sebelumnya Winnie begitu cerewet bertanya soal seseorang yang menemuinya waktu itu. Padahal jika dipikir, Winnie tak ada hubungan dengan Bumi, tapi kenapa gadis itu bertanya seolah sedang menginterogasi. Selama beberapa bulan ini, Winnie memang sering datang ke kafe Bumi meski tidak tiap hari. Bukannya senang mendapat pelanggan tetap, Bumi malah kesal karena sikap Winnie cerewet dan penasaran dengan apa pun yang dilihat di kafe itu.Baru saja Winnie ingin membalas ucapan Bumi. Tiba-tiba beberapa anak berseragam masuk ke kafe dan langsung menatap Winnie. “Eh, kamu di sin
“Kamu benar-benar tidak apa-apa jika aku balik ke indo?” tanya Nanda sambil membelai rambut Sashi dengan lembut. Nanda sudah beberapa hari di sana. Dia harus kembali ke Indonesia untuk mengurus pekerjaan, tapi Nanda juga masih berat jika harus meninggalkan Sashi. “Iya, tidak apa-apa. Lagian aku juga baik-baik saja, bahkan tidak mengalami morning sickness. Jadi kamu jangan cemas,” jawab Sashi. Sebenarnya bukan masalah takut Sashi sakit atau mengalami kendala saat menjaga kesehatan. Dia hanya tak bisa jauh dari istrinya yang sedang hamil, Nanda seperti perlu terus berada di sisi istrinya itu. Saat keduanya masih berbincang, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar. Nanda pun memilih membuka pintu, hingga melihat pelayan rumah berdiri di hadapannya. “Ada apa?” tanya Nanda. “Nyonya besar datang bersama yang lain, Tuan.” Pelayan itu menyampaikan kedatangan Rihana. “Mama datang? Baiklah, aku akan segera turun,” kata Nanda lantas kembali masuk menghampiri Sashi. “Ada apa?” t
“Kamu benar-benar tidak apa?” tanya Sashi saat melihat Nanda sedang berganti pakaian.Nanda menoleh saat mendengar pertanyaan Sashi. Dia lantas mendekat ke Sashi yang duduk di ranjang.“Apanya tidak apa, hm?” tanya balik Nanda lantas duduk di samping Sashi.Sashi sepertinya masih takut jika Nanda belum bisa menerima jika dirinya hamil, meski tadi sudah berkata tidak apa-apa.“Kamu tidak apa-apa kalai aku hamil?” tanya Sashi memastikan.Nanda memulas senyum mendengar pertanyaan Sashi. Dia lantas mengusap lembut rambut istrinya itu.“Tentu saja tidak apa-apa. Aku malah bahagia karena akhirnya kamu bisa hamil. Mungkin dulu aku belum siap karena takut kamu sakit, tapi sekarang berbeda karena yang terpenting bagiku sekarang kamu bahagia,” jawab Nanda sambil tersenyum begitu tulus dan penuh kasih sayang.Sashi menautkan jemari mereka, lantas menyandarkan kepala di pundak Nanda.“Aku janji akan selalu sehat dan menjaga bayi kita dengan baik,” ucap Sashi agar Nanda tak perlu cemas.Nanda ters
Nanda masuk ke ruang USG, hingga melihat Sashi yang berbaring dan kini sedang diperiksa.“Bagaimana kondisi istri saya?” tanya Nanda saat sudah masuk ke ruangan itu.Sashi terkejut hingga tatapannya tertuju ke Nanda yang baru saja datang.“Kamu datang.” Sashi terlihat senang melihat Nanda di sana.Nanda mendekat dengan ekspresi wajah cemas, lantas memandang ke monitor yang baru saja diperhatikan oleh dokter.“Sebenarnya istri saya kenapa, Dok?” tanya Nanda.Dokter itu tersenyum sambil meletakkan alat USG, hingga kemudian menjawab, “Selamat, istri Anda hamil.”Nanda tertegun tak percaya mendengar ucapan selamat dari dokter itu. Dia sampai memandang Sashi dengan rasa tak percaya.Sashi sendiri hanya tersenyum karena tadi sudah memberitahu kalau dirinya hamil, kini usia kandungan Sashi pun baru enam minggu.“Hamil? Serius hamil? Bukan penyakit?” tanya Nanda memastikan dengan sedikit rasa tidak percaya.Sashi meraih tangan Nanda yang dekat dengannya, lantas menautkan jemari mereka.“Iya,