Share

Chapter 06 | Gara-gara Kecoak

Penulis: Els Arrow
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-29 17:46:55

"Minum dulu, Mas." Clara menyodorkan segelas air dingin kepada Naresh.

Lihatlah! Betapa baiknya wanita cantik itu masih mau melayani suaminya setelah tadi di bentak habis-habisan.

Dengan sisa nafas yang masih tersengal, Naresh meraihnya dan langsung menenggaknya habis. Laki-laki itu beberapa kali menghela nafas kasar.

"Kapan Mama akan sampai?"

"Mungkin sebentar lagi, Mas. Kamu mau mandi dulu atau nanti saja?"

"Nanti saja, aku mau naik dulu ke atas."

Clara menangguk, setelahnya ia memutuskan menuju dapur untuk memasak. Mama Mertuanya sangat baik, ia harus melayani setulus mungkin untuk membalas kenaikannya. Sebenarnya wanita itu juga bingung, sifat suaminya menurun dari siapa?

tiga puluh menit berkutat di dapur, Clara sudah merampungkan masakannya. Masih dengan memakai celemek, ia menata semua masakannya di meja makan.

Tok! Tok! Tok!

"Ah, itu pasti Mama," gumamnya.

Gegas kakinya melangkah menuju pintu dan membukakannya. Terlihat seorang wanita paruh baya dengan dandanan simpel namun sangat elegan, aura kecantikannya memancar dari dalam.

Anne langsung memeluk menantunya, dia memang sangat menyukai Clara, dan berharap Clara bisa merubah putranya.

"Mari masuk, Mah. Aku sudah masak banyak banget, sekalian kita makan, ya."

"Iya, Sayang. Naresh mana?"

"Mas Naresh lagi di kamar. Sebentar aku panggil dulu."

Anne mengangguk dan langsung mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu, sementara Clara menapaki tangga menuju kamarnya. Saat tiba di lantai atas, nampak suaminya sedang berceloteh riang di telepon, bibirnya mengulas lebar, dan matanya juga berbinar.

'Aku tahu kamu mempunyai kekasih, Mas. Aku tidak akan melarang, ataupun meminta kamu untuk meninggalkannya. Namun aku akan membuatmu jatuh cinta kepadaku dengan caraku sendiri,' batinnya.

Clara menghela nafas kasar. Ia harus kuat, jika terus seperti ini suaminya akan semakin menginjak-injaknya.

'Ayo, Clara! Mumpung ada Mama kamu harus pergunakan kesempatan sebaik mungkin,' batinnya lagi menyemangati diri.

"Mas," ujarnya yang langsung membuat Naresh menoleh, "Mama ada di bawah," lanjutnya lagi.

"Ya sudah, Sayang. Nanti aku telepon lagi, ya."

Naresh meletakkan ponselnya ke atas meja, selanjutnya ia beralih pada Clara yang masih berdiri di sana dengan celemek yang masih terpasang di badannya.

"Kamu sengaja nggak lepas celemek buat narik perhatian Mama? Iya?!"

"Hah?" Clara lantas melepas celemek itu dengan bingung.

"Jangan berlagak polos di depanku, Cla! Kamu benar-benar munafik. Pintar sekali kamu menarik perhatian Mama? Kamu berharap Mama akan terkesan, begitu?!"

"Bukan gitu, Mas. Aku lupa buat lepas."

"Halah, alesan. Kamu itu cewek muka dua yang banyak alasan! Aku nggak suka!"

Naresh berjalan pergi meninggalkan Clara yang masih mematung di sana dengan perasaan hancur. Lagi-lagi ia mendapat kata-kata pedas dari Naresh. Kenapa suaminya itu tidak bisa melihat dari sisi baiknya? Selalu saja sisi buruknya yang di lihat.

Clara lantas mengganti pakaian dengan yang lebih layak, setelah memoles wajahnya dengan make up tipis ia memutuskan untuk turun. Nampak di ruang tamu Mama mertuanya tengah berbincang dengan suaminya. Beberapa kali Naresh tertawa, dan itu terlihat sangat manis bagi Clara.

"Sayang, lama banget ganti bajunya? Mama sudah lapar dari tadi cium aroma masakan kamu," ucap Anne.

Clara terkekeh kecil, "maaf, ya, Mah. Ayo kita makan sekarang."

Wanita cantik itu menggandeng tangan Mama mertuanya menuju meja makan, ia juga melayani mertuanya dengan sebaik mungkin. Mengambilkan setiap lauk yang di inginkan oleh mertuanya, tidak lupa juga ia mengambilkan minuman.

Semua itu tidak luput dari pandangan Naresh, tanpa di sadari olehnya bibirnya mengulas senyum tipis. Ada perasaan menghangat melihat sang Mama, Anne, begitu menikmati pelayanan dari Clara.

"Besok kamu masuk kantor, ya, Cla. Mama mau ajarkan kamu sedikit-sedikit, bagaimanapun juga nantinya kamu akan mendampingi Naresh memegang perusahaan."

"Iya, Mah, aku nurut saja."

"Aku rasa nggak perlu, deh. Biar Clara di rumah saja jadi ibu rumah tangga," sahut Naresh.

"Mau jadi ibu rumah tangga atau wanita karir terserah istri kamu, Nak. Mama akan tetap mengajarkan Clara dasar-dasarnya."

"Nanti dia capek, Mah."

"Kerjaan kantor nggak banyak, yang penting Clara tahu dan suatu saat bisa bantu kamu. Kalian ini 'kan akan pegang perusahaan bersama-sama, jadi keduanya harus sama-sama ngerti," jelas Anne yang langsung membuat Naresh mengatupkan mulutnya.

'Sial! Aku 'kan bakal ceraikan Clara, kenapa sekarang malah Mama nyuruh Clara belajar tentang perusahaan,' batinnya sebal.

***

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, semua penghuni rumah sudah masuk kamarnya setelah makan malam. Begitu juga dengan Naresh dan Clara yang malam ini harus berada dalam satu kamar.

"Kamu tidur sofa sana!"

"Iya, Mas."

"Ingat! Jangan ngadu ke Mama."

"Iya, Mas, iya aku tahu."

Wanita cantik itu langsung mengambil selimut di dalam lemari. Huh, dia harus banyak-banyak bersabar menghadapi sikap egois suaminya. Hanya malam ini, besok malam ia sudah bisa menempati lagi kasurnya.

"Argh..!" pekiknya saat melihat kecoak yang tiba-tiba keluar dari lemari.

"Kenapa?!"

"Ada kecoak, Mas. Aku jijik banget. Argh ... Tolongin aku."

Tanpa di sadari, Clara sudah memeluk Naresh dengan kencang. Sementara Naresh masih sibuk mengusir kecoak yang entah datang dari mana, sedangkan tangan kanannya merengkuh erat pinggang Clara.

"Kecoaknya sudah pergi, Cla."

"Beneran?" tanyanya. Ia masih menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Naresh.

"Beneran, coba kamu lihat dulu."

"Nggak mau, nanti kalau balik lagi gimana? Aku punya trauma sama kecoak, Mas."

Naresh membawa tangannya mengelus lembut rambut istrinya, perlahan ia mengurai pelukan dan mulai menarik wajah Clara untuk memandangnya. Wajah cantik yang sejujurnya membuat ia bergetar saat menatapnya, apalagi dengan posisi sedekat ini.

"Kecoaknya sudah nggak ada," ucapnya lirih, "kamu jangan takut lagi, ya," lanjutnya lagi.

Clara mengangguk, kedua tangannya masih melingkar di pinggang Naresh. Kedua insan itu masih saling berpandangan dengan perasaan yang sulit di artikan, ada debaran aneh di dada yang mereka sendiri tidak tahu apa itu.

Wajah keduanya kian mendekat, sampai hanya berjarak beberapa inci saja. Naresh memiringkan kepalanya, kemudian mengecup lembut bibir tipis kemerahan itu.

Manis

Kenyal

Lembut

Rasa yang tidak di dapatkan Naresh dari Bella. Bibir keduanya masih menempel seakan candu, dengan mata yang sama-sama terpejam menikmati waktu yang serasa terhenti.

Ceklek!

Keduanya sama-sama menoleh saat mendengar suara pintu terbuka, terlihat Anne berdiri di tengah pintu dengan senyum lebar.

"Maaf, Sayang, Mama nggak tahu. Kalian lanjutkan saja, ya. Semangat bikin cucu buat Mama!" ucap Anne dan langsung menutup pintu kembali.

"Mama..."

"Ah, Mama pasti salah paham," gumam Naresh.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Aswan Said
belum puas membaca langsung pake koin,,, waduhhh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan Pewaris Tampan   Chapter 114 | Ikhlas — End

    Paris, Prancis."Aku tidak bisa menunggu lagi, Ray. Aku harus pulang!""Kondisimu sudah stabil?""Bahkan aku sudah merasa sehat dari satu minggu yang lalu."Seorang lelaki berbadan besar itu tak ayal terkekeh mendengar jawaban sahabatnya tersebut. Akhirnya ia memutuskan mengantarkan sahabatnya ke Bandara pagi ini."Jangan lupa hubungi aku kalau kau sudah sampai, Naresh," ucapnya."Aku akan langsung menghubungimu. Terima kasih atas bantuannya," jawab Naresh seraya memeluk erat tubuh besar Raymond.Yeah! Setelah kejadian kebakaran itu Naresh mengalami luka bakar lumayan parah dan juga benturan yang membuatnya tidak sadarkan diri. Sedangkan Raymond juga mengalami luka bakar, tetapi masih tergolong ringan. Itulah yang membuat Raymond berinisiatif membawa sahabatnya ke Prancis.Naresh mengalami koma selama satu Minggu, lelaki tampan itu meraih kesadarannya pada Minggu kedua, dan itu bertepatan saat Clara meninggalkan Italia. Makanya Raymond masih menahan sahabatnya.Namun, Raymond tetap me

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan Pewaris Tampan   Chapter 113 | Rindu Menyiksa

    Clara menuju ruang meeting bersama dengan Anne, kedua wanita berbeda usia itu sepakat untuk melantik petinggi perusahaan yang baru. Sebenarnya ini adalah tugas Naresh, tetapi lagi-lagi Clara yang harus melakukannya.Beberapa kali wanita cantik itu tampak menghela napas. Bohong kalau ia tidak rapuh. Justru saat ini hatinya sudah hancur berkeping-keping, dan kepingannya pula yang menusuknya hingga berdarah-darah."Kamu baik-baik saja, Cla?" tanya Kenzie yang turut hadir dalam rapat ini."Iya," jawab Clara, singkat."Kalau dulu, mungkin aku akan mengatakan kamu harus mengikhlaskan Naresh dan mulailah menata hidup baru denganku. Namun, sekarang ... aku ingin mengatakan kamu harus kuat. Jika kamu percaya Naresh akan kembali, maka tidak ada yang mustahil. Semesta pasti mendengar doamu, Cla. Dan setiap doa pasti dikabulkan. Jika bukan sekarang, berarti nanti."Clara mengulas senyum tipis. Lelaki yang sempat membuatnya trauma ini sudah berubah menjadi lebih baik. Bahkan beberapa minggu lalu K

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan Pewaris Tampan   Chapter 112 | Fakta Tentang Clara

    Clara menyembunyikan alat tes kehamilannya di dalam tas, kemudian ia lekas keluar kamar guna mencari Hilda. Beruntung pengawalnya itu masih duduk di ruang tamu. "Hilda ...."Wanita itu terperanjat saat melihat Nona-nya sedang berlari menuruni tangga. "Hati-hati, Nona!" ucapnya dan langsung menghampiri Clara."Kenapa wajahmu?" tanya Clara."Saya khawatir kalau Nona jatuh.""Ah, kamu ini. Sudah, ayo antarkan aku ke rumah sakit."Hilda membelalakkan mata."Nona sakit?!" tanyanya dengan nada serius."Ish! Apaan, sih?! Sudahlah nggak usah banyak tanya. Lebih baik kamu cepat siapkan mobil, mumpung Mama lagi tidur.""Baik, Nona," sahutnya dan lantas berlari menuju parkiran.Clara yang melihatnya tak ayal tersenyum, meskipun hanya senyuman tipis. Karena wanita cantik tentu juga memikirkan kondisi janinnya. Kasihan kalau ikut stres.•Beberapa menit kemudian, Clara sudah sampai di rumah sakit. Ia langsung menuju Dokter Kandungan tanpa ditemani oleh Hilda. Sengaja, karena wanita cantik itu be

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan Pewaris Tampan   Chapter 111 | Kehidupan Baru

    Keadaan berubah gaduh saat beberapa Polisi kembali masuk ke dalam restoran, sementara Clara sudah tidak sadarkan diri. Namun, Hilda dengan sigap memberitahukan kepada teman-temannya untuk segera mencari jawaban atas cincin itu.Clara membuka mata dan mendapati bahwa dirinya sedang terbaring di kamar hotel. Perlahan wanita cantik itu berusaha menegakkan tubuhnya, sesekali netranya menelisik ke sekeliling."Hilda ...!"Hening! Sama sekali tidak ada jawaban."Hilda ...!" Clara kembali berteriak lebih lantang.Sekejap kemudian pengawal wanitanya itu masuk kamar dengan napas terengah-engah dan langsung menuju ke dekatnya."Ada apa, Nona? Ada sesuatu yang Anda butuhkan?""Bagaimana pencariannya? Apa ada titik terang?!" tanyanya dengan raut penuh harap."Maaf, Nona. Mereka mengatakan belum mendapatkan apa-apa," jawabnya dengan kepala menunduk."Apa?! Dari tadi masih belum mendapatkan apa-apa?! Sebenarnya kalian bisa bekerja tidak?!"Hilda semakin dalam menundukkan kepalanya. Sementara Clara

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan Pewaris Tampan   Chapter 110 | Barang Bukti

    Clara terbangun dengan kepala yang masih terasa pusing, bola mata coklatnya mengedar ke sekeliling, dan hanya menemukan Hilda yang duduk di samping ranjangnya. Wanita cantik itu menekan sisi pelipis dengan sebelah tangan, sekejap kemudian tangisnya kembali meledak saat teringat Naresh."Nona, apa ada yang sakit? Sebentar, saya akan panggilkan Dokter.""Aku mau suamiku, Hilda."Deg!Hilda yang tadinya hendak beranjak, langsung mendudukkan dirinya di kursi, tangannya menggenggam erat lengan Clara."Para bodyguard dan kepolisian sudah mencari Tuan Naresh dan Tuan Raymond, tapi kebanyakan korban tidak dikenali, Nona. Saat ini mereka sedang menunggu hasil DNA, dan semoga saja Tuan Naresh tidak termasuk salah satu korban. Semoga Tuan Naresh selamat," ucap Hilda berusaha menenangkan."Tapi kemana perginya suamiku kalau dia masih selamat, Hilda?!""Nona, besok kita akan mencari tahu. Ini masih gelap, dan mereka berjanji subuh nanti hasil DNA korban sudah keluar. Jika tidak ada yang cocok den

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan Pewaris Tampan   Chapter 109 | Insiden

    Matahari tepat berada di atas kepala, Clara melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, dan jarumnya menunjukkan pukul setengah dua belas. Pesawat yang ia dan Naresh tumpangi baru saja mendarat di Bandara.Naresh dan Clara langsung menuju mobil yang menjemputnya, keduanya langsung dibawa ke sebuah hotel yang terletak di kawasan ellite pusat kota. Hotel bintang lima ini berdiri menjulang di tengah-tengah hiruk pikuk dan gemerlapnya Ibu kota Italia.Yeah! Negara itu menjadi tujuan bulan madu mereka. Clara sudah membayangkan akan mengunjungi banyak tempat wisata dan tempat bersejarah. Ia juga ingin mencoba banyak restoran pasta bersama suaminya."Mau istirahat sekarang?" tanya Naresh.Clara menggeleng. Ia lantas menghempaskan tubuhnya ke kasur empuk berwarna putih itu dan memejamkan matanya sejenak."Aku nggak capek, kok, Mas. Lagian aku tadi udah tidur di pesawat.""Yakin? Atau kamu mau bercinta?" Naresh langsung mengungkung tubuh mungil itu, hal itu tak ayal membuat Clara ter

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status