Share

Chapter 07 | Kemarahan Naresh

"Sana! Jangan deket-deket aku. Pinter banget ambil kesempatan."

"Iya, Mas. Galak banget."

"Aku dengar, Clara!"

Clara tidak menimpali, ia memilih merebahkan tubuh mungilnya ke atas sofa. Suaminya ini benar-benar tidak berperikemanusiaan, seharusnya ia lah yang tidur di kasur. Namun ingin protes pun dirinya sudah malas.

***

Pagi hari.

"Kamu yang masak semua ini, Sayang?" tanya Anne yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Eh, Mama ... Iya, Mah. Aku memang suka masak,"

Anne mengulas senyum, "memang nggak salah Mama milih kamu. Naresh mana? Kok belum turun buat sarapan?"

"Sebentar, Mah, aku panggil dulu,"

Anne mengangguk dan Clara bergegas naik ke lantai atas. Padahal tadi dia sudah membangunkan suaminya itu, apa mungkin dia tidur lagi? Pikirnya.

Benar saja! Naresh masih betah memeluk guling dengan kelopak matanya yang terpejam. Gegas Clara menepuk-nepuk bahu kekar itu berharap supaya sang suami terbangun.

"Mama sudah nunggu buat sarapan, Mas."

"Eugh..."

"Mas, bangun dulu..," tanpa aba-aba Naresh langsung menarik Clara, hingga tubuh mungil itu jatuh ke atas dada bidangnya. Namun lelaki itu malah merapatkan pelukannya.

"Mas ... A-Aku nggak bisa napas."

Dengan perlahan Naresh membuka matanya, sekejap kemudian ia langsung melotot saat menyadari dirinya tengah memeluk Clara.

"Dasar cewek murahan! Pinter banget, ya, ngambil kesempatan waktu aku tidur!"

Clara tertegun. Apakah suaminya sudah tidak waras hingga lupa kejadian barusan. Oh, andai saja di sini ada CCTV pasti Clara sudah melemparkannya pada wajah datar suaminya.

"Kamu ngapain di atas tubuhku! Aku sudah bilang nggak akan nyentuh kamu, Clara! Dan sekarang kamu malah mau perkosa aku?!"

Wanita cantik itu memejamkan matanya saat Naresh lagi-lagi membentaknya.

"JAWAB! Kamu mau apa, hah?! Kamu mau apa tiduran di atas tubuhku!"

"Diam, Mas! Diam!" napas Clara naik turun, "kamu lupa?! kamu yang sudah narik aku barusan. Aku bangunin kamu karena Mama sudah nunggu kita sarapan. Sekarang kamu malah nuduh aku?!"

Naresh tidak bergeming. Ia terpaku saat melihat air mata yang menggenang di pelupuk netra istrinya. Dirinya baru teringat beberapa jam lalu Clara memintanya bangun, tapi dia malah tidur lagi.

"Kamu mau turun atau nggak terserah, Mas. Tapi jangan bentak aku waktu Mama ada di sini, bukannya kamu sendiri yang bilang jangan sampai Mama tahu? Beruntung kamar ini ada alat kedap suaranya," lirihnya.

Hening! Naresh masih betah mengatup rapat mulutnya. Namun pandangannya tetap terpaku di netra indah istrinya.

"Aku turun dulu, Mas." Clara mengusap kasar air matanya dan lantas turun untuk menemani mertuanya sarapan.

Mood paginya sangat hancur. Apalagi saat melihat sikap Naresh yang hanya diam tanpa merasa berdosa.

Selang beberapa menit kemudian Naresh menyusul turun untuk sarapan. Clara tetap melayani suaminya dengan baik, wanita itu memaksakan senyumnya yang sebenernya sangat perih. Ini semua demi Mama mertuanya.

***

Seperti yang telah di rencana kemarin, hari ini Clara mulai masuk kantor di temani oleh Anne. Anne membawa menantunya itu ke ruang utama, yang juga termasuk ruangan Naresh.

"Nah, nanti kamu akan di sini, Cla, membantu Naresh memegang perusahaannya."

"Iya, Mah."

"Nanti ada Lala yang akan bantu kamu, dia yang akan menjadi asisten kamu di sini."

Clara mengangguk, "iya, Mah."

"Ya sudah, Mama tinggal dulu kalau begitu. Kalau ada apa-apa kamu panggil saja Lala."

"Hati-hati, ya, Mah."

Anne mengangguk dan lantas membalikkan badannya untuk keluar ruangan. Sementara Clara langsung mendudukkan dirinya di sofa kebesaran milik Naresh. Wanita itu nampak telaten membaca setiap berkas yang sudah di siapkan sebelumnya oleh Lala. Dia memang sudah belajar untuk hal ini sebelum menikah, dan sekarang hanya tinggal mematangkannya saja.

Beberapa menit kemudian, Clara tersentak saat melihat pintu di buka. Ia berpikir itu suaminya, tapi ternyata Bella yang berdiri di sana.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Bella.

"Aku yang seharusnya tanya kamu mau apa ke sini? Kenapa nggak ketuk pintu dulu?"

"Aku? Aku ya cari kekasihku, lah. Emangnya kamu yang hanya jadi istri tapi nggak di anggap," jawab Bella, angkuh.

"Mas Naresh nggak ada di sini."

"Aku akan tunggu dia di sini saja. Aku sudah biasa kok kalau Naresh kerja, terus aku tungguin dia di sofa."

"Nggak bisa! Selama nggak ada Mas Nareh, berarti aku yang bikin peraturan di sini. Dan aku nggak mengizinkan kamu masuk, Bella. Jadi, silakan keluar sekarang juga!"

Bella menatap geram pada Clara yang begitu berani padanya. Padahal dia yang lebih lama menginjakkan kakinya di ruangan ini dan menemani Naresh. Baginya Clara adalah orang baru yang datang sebagai pengganggu.

Ceklek! Pintu terbuka.

"Loh, Bella. Kamu di sini?" ucap Naresh.

"Iya, Sayang. Aku mau temenin kamu, tapi nggak tahunya malah dia yang ada di sini."

Naresh melirik ke arah Clara yang langsung mengalihkan pandangan saat Bella mengecup singkat pipinya. Dia menduga pasti istrinya itu cemburu.

"Mau keluar saja?" tawarnya pada Bella.

"Yeah, mungkin akan lebih baik dari pada kita bermesraan di sini, dan Clara akan cemburu." Bella tertawa lirih.

Tawa yang semakin membuat Clara merasa jijik. Wanita itu memilih kembali ke kursinya dan menghiraukan dua manusia yang menurutnya sama-sama tidak punya rasa malu itu.

"Cla, kamu bisa pegang semuanya 'kan?"

"Bisa," jawabnya singkat.

"Bagus. Aku mau keluar dulu sama Bella, mungkin akan lama karena kita juga akan mampir ke markas komunitas."

"Iya, Mas."

Naresh mengangguk, selanjutnya lelaki itu menggandeng tangan kekasihnya untuk keluar. Membiarkan Clara seorang diri di sana mengerjakan dokumen yang sebenernya bukan pekerjaannnya.

Benar-benar tidak bertanggung jawab! Entah apa yang di katakan Anne jika ia tahu putranya memperlakukan menantunya seperti ini, yang dengan sengaja Naresh melemparkan pekerjaannya.

***

Kini, tidak terasa hari sudah mulai petang. Clara sudah berdiri di depan lobby sedari tadi menunggu jemputan, namun supir belum juga datang menjemputnya. Wanita cantik itu mulai gelisah. Ah, kalau tahu begini tadi dia pergi naik mobil sendiri saja.

Hingga tiba-tiba dari arah belakang ada yang menepuk bahunya. Clara tak ayal tersentak, ia menoleh setelahnya, dan mendapati Kenzie berdiri di sana.

"Kamu bikin kaget saja, Ken."

Kenzie tak ayal tergelak, "maaf, Cla. Aku juga kaget lihat kamu masih ada di sini, kamu lagi ngapain? Ini aku baru aja serahin berkas ke Manager."

"Aku nungguin supir, tapi lama banget. Tadi pagi aku berangkat sama Mama."

"Mau aku antar pulang? Sekalian gitu, kita 'kan searah."

"Eum..."

Clara bingung. Ia takut nanti Naresh akan marah dan menghajar Kenzie lagi, tapi langit juga nampaknya semakin mendung. Dirinya lebih takut jika terjebak hujan.

"Gimana?"

"Nggak usah, aku pesen taksi aja."

"Kenapa? Takut Naresh marah? Gampang kalau itu, dia nggak akan berani kalau ada Tante Anne. Ayo aku antar sekarang, langitnya udah mau hujan."

Akhirnya Clara menurut, sebenernya hatinya masih bimbang. Selain takut Naresh akan marah, ia juga khawatir Mama mertuanya salah paham kalau dia pulang bersama lelaki lain. Namun apa boleh buat?

Clara sudah membuka pintu mobil dan bersiap masuk, namun tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti begitu saja tepat di depan mobil milik Kenzie. Wanita itu memicing, sepersekian detik kemudian matanya melotot saat menyadari bahwa sosok di balik kemudi itu adalah Naresh.

Blurp!

Naresh keluar dengan tampang garangnya. Matanya mengkilat ngeri menatap tajam pada Kenzie. Langkahnya semakin cepat, hingga sebuah bogeman mentah di hadiahkan olehnya pada wajah tampan Kenzie.

Bugh!

Bugh!

"NARESH!" pekik Clara.

"Udah gue bilang jangan pernah deketin Clara! Dia itu istri gue! Apa lo emang laki-laki pecinta istri orang, hah?!"

"Naresh! Cukup, Naresh!" teriak Clara yang tidak di hiraukan oleh suaminya.

Laki-laki itu hanya menatap datar pada wajah istrinya yang juga menatapnya nanar. Gegas ia melepaskan Kenzie dan meninggalkannya begitu saja, tanpa memperdulikan hidung sepupunya yang sudah berdarah.

"Mas, kamu..."

"DIAM!" sentaknya, "diam dan masuk mobil sekarang juga! Jangan jadi pembangkang, Clara!"

"Tapi Kenzie luka parah, Mas!"

"AKU BILANG DIAM, CLARA!"

Wanita cantik itu sontak mengatup rapat bibir tipisnya, ia langsung masuk mobil setelah Naresh membukakan pintu untuknya.

"Lihat bagaimana nanti aku hukum kamu di rumah karana kamu masih berani dekat lelaki lain, Clara!"

Deg!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status