Aku masuk kembali di caffe itu, sengaja aku memakai kacamata hitam dan memakai masker agar penyamaranku tidak terbongkar, lalu kumencari tempat yang pas untuk mendengar pembicaraan mereka di samping.Tak lupa juga aku merekam semuanya dengan detail. Nasib baik memang sedang berpihak kepadaku.Sekitar setengah jam mereka mengakhiri percakapan yang begitu intens.Lira tak segan-segan memeluk mesra pria itu di depan umum."Apakah dia berselingkuh dengan pria lain?" gumamku."Kasihan kamu Mas Ariel, istrimu yang sexy itu telah berselingkuh dengan pria lain."Setelah mereka pergi dan hilang dari pandanganku, segera aku memesan ojek online.Kurang dari 10 menit ojek yang aku pesan telah datang.Sampai di rumah, kurebahkan tubuh ini yang seharian lelah mencari bukti. Untung saja mereka tidak ada di rumah, sehingga tidak ada yang tahu kalau penampilanku sudah berubah.Ibu datang menghampiriku di kamar dan bertanya kepadaku perihal apa yang kudapat dari mengikuti Lira."Bagaimana Rum, ada bukt
Sampai di ruangan Mas Ariel aku segera membukanya dan duduk di kursi kehormatan.Nuansa warna putih gading yang begitu indah masih sama sewaktu aku dulu pertama kali menginjakan kaki di kantor ini."Pak Wahyu saya minta data keuangan, sekarang, apakah ada masalah selama 5 tahun ke depan setelah Pak Ariel yang memegang kendali?""Maaf Bu, se ... sebenarnya setahun belakangan ini perusahaan sedikit mengalami masalah, bahkan hampir di nyatakan gulung tikar.""Banyak penanam modal sudah enggan berinvestasi di perusahaan kita lantaran Pak Ariel tidak menepati janjinya dan bila ada keuntungannya tidak di bagikan ke mereka sesuai perjanjian kerjasamanya," terang Pak Wahyu"Terus mengapa tidak di laporkan polisi saja dengan tuduhan penggelapan uang," tanyaku balik pada Pak Wahyu."Waktu itu hampir mau di laporkan polisi, tetapi Pak Ariel dan Bu Sukma memohon agar tidak di jebloskan ke penjara dan berjanji akan mengganti semua kerugian perusahaan.""Mengapa saya tidak di beri tahu masalah di
Pak Wahyu memberikan sebuah amplop putih panjang kepada MbaK Sukma."Apa ini Arum?""Buka saja, Mbak jangan malu-malu."Mbak Sukma membukanya dan seketika sangat murka setelah membaca isi surat itu yang menyatakan bahwa Mbak Sukma mendapat Surat Peringatan ke 3 yang artinya jika ketahuan telat lagi maka akan di pecat."Kamu sekarang berani sama saya, ada apa Arum, kenapa kamu ini?""Saya ini bukan karyawan biasa yang seenaknya kamu pecat begitu saja, saya juga berhak atas perusahaan ini, Arum," jawabnya dengan emosi."Memang Mbak Sukma juga ada saham di sini tetapi hanya 10%, Mas Ariel 20%, sedangkan saya di beri hak sebesar 70% untuk mengelola perusahaan, jadi saya berhak memutuskan siapa yang pantas atau tidak bekerja di sini."Jika tidak suka silahkan kalian ke luar dari sini tetapi jika ingin maju bersama dan memulihkan nama baik perusahaan ayo kita bersama-sama membangunnya kembali," jawabku dengan semangat.Para staf devisi karyawan yang hadir di ruang meeting itu saling berpand
Setelah selesai sholat Mr.L mengajakku makan siang, dia pun bertanya kepadaku."Kamu mau makan apa?""Maaf, aku sudah makan!""Kapan kamu makan?""Tadi aku buat acara syukuran di kantor sebagai hari pertamaku kerja di sana.""Terus apa yang kamu lakukan?""Bukankah kamu sudah lihat semuanya, kenapa bertanya lagi?" Sungutku."Darimana kamu tahu saya sudah melihatnya sendiri?""Karena kamu sudah memasang CCTV di kantor dan menghubungkannya lewat HP mu.""Bagus, ternyata kamu cukup pintar."Aku mendengkus kesal, padahal aku hanya asal ngomong ternyata itu benar adanya.Baiklah kita warung pinggir jalan saja, di perempatan jalan itu ada warung kecil, kata orang mie pangsitnya sangat enak.""Emmmh."Sampai di warung kecil, di sana cukup ramai sampai banyak orang mengantri untuk duduk."Aduh si Bapak sudah banyak pelanggan coba tempatnya si gedein gitu, kasihan mereka yang berdempet-dempet, nggak jelas banget, terus mau makan kaya apa tuh lihat masih antri, keburu nih?""Coba kamu lihat beg
"Semua sudah ada buktinya Bu, tinggal Arum memberikan bukti ini kepada Pak Alex," ucapku dengan suara bergetar."Bukannya Pak Alex ada di Singapura, kalau Ibu kasih saran lebih baik kasih tau nak Lingga saja, bagaimana menurutmu?"Euuh ... malas banget sebenarnya dengan dia, ujung-ujungnya kasih pelajaran lagi buatku, tetapi itu satu-satunya cara agar aku cepat terlepas dari jebakan cinta palsu ini."Mmm...coba Arum telpon sekarang ya Bu, mudahan saja dia belum sampai di rumah.Tut! Tut! Tut!{Assalamualaikum}{Wa ... walaikumsalam}{Hhhmh ... ada apa}{Begini ... aku dan Ibu ada di caffe Melati, Mas ... Mas Lingga bisa datang nggak ke sini, t ...tapi kalau sudah sampai di rumah atau sibuk nggak apa-apa besok saja kita ketemuan}{Oke}Tut! Tut! Tut!Huff dasar ... belum selesai sudah main putus saja," gumamku."Gimana Rum, Nak Lingga mau ke sini atau nggak?""Iya,""Kok kamu manyun gitu?""Gimana nggak manyun Bu, jawabannya singkat oke, terus dimatiin telponnya.""Mungkin dia lagi ny
Tangan Mas Ariel hampir mengenai pipiku tetapi langsung aku pegang."Apa Mas, kamu mau menamparku iya.""Jangan harap kamu bisa menyentuhku lagi tanpa seizin dariku," jawabku dengan tatapan nyalang."Oh ... kamu mulai berani sama suamimu sendiri, mana sopan santunmu selama ini Arum?" tanya Mamah menimpali."Ariel, apa-apaan ini, kenapa kamu mau menampar istrimu malah di depan saya lagi!" tanya Pak RT yang geram."Iniloh Pak RT dia tega sama saya, masa saya mau di pecat di perusahaan saya sendiri, saya salah apa coba, setiap kebutuhannya saya penuhi, eh hanya masalah kecil dia mau saya mengundurkan diri di perusahaan saya sendiri, aneh kan?" ucap Mas Ariel dengan kepercayaan diri yang tinggi."Cuiih, kebutuhan selalu kamu penuhi hey sejak kapan Mas, jika nggak minta kamu nggak ngasih, memang kamu pernah keluar uang untuk beli pakaian mahal, pernah kamu belikan aku emas atau perhiasan, pernah kamu belikan akau skincare, atau sekedar jalan-jalan nggak pernah Mas, itupun kalau ke rumah Ib
"Arum minta cerai Mas, ini adalah keputusanku," jawabku dengan tegas."Ya ceraikan saja dia Mas, 'kan masih ada aku ngapain kamu bergantung sama dia," ucap Lira dengan tatapan sinisnya."Kenapa Mas, kamu takut tidak kebagian harta, hanya karena warisan saja kamu mempermainkan aku dan keluargaku," ucapku dengan suara sedikit bergrtar."Hutang-hutang di Bank akan dianggap lunas jika Mbak Sukma mau menjual sahamnya kepada Arum, jadi pikirkan baik-baik.""Arum nggak mau hidup menderita hanya karena kalian yang sudah merusak kepercayaan Arum.""Maaf saya menyela pembicaraan kalian, yang di katakan Arum tidaklah salah jika dia ingin pisah denganmu kabulkanlah, kita tidak boleh menyakiti perasaan orang lain terutama seorang istri, di sini sudah jelas kalian yang salah, banyak sekali kesalahan yang kalian tutupi sehingga satu-persatu terkuak dan menjadi bumerang pada diri kalian sendiri.""Apalagi dengan banyaknya bukti ini, sudah pasti akan di kabulkan oleh pengadilan dengan cepat.""Pokonya
"Wah pagi-pagi dapat kejutan, dari siapa sih tau aja sama keluarga kita suka kejutan di pagi hari," ucap Mamah dengan sumringah."Tuh lihat Rum, keluarga itu terpandang ada saja yang ngasih bingkisan gini, sering-sering saja lumayan dapat gratisan," timpa Mbak Sukma.Ibu dan aku hanya cengar-cengir kaya kuda melihat tingkah laku mereka kaya anak kecil nggak tau ya kalau aku yang kirim itu bingkisan," batinku."Cepat buka Mas, nggak sabar nih, siapa tau isinya tas branded lumayan kan?"Mas Ariel pun membukanya dengan tersenyum, dengan telaten dia membukanya bagaimana tidak aku membungkusnya berkali-kali kotak dengan sampul kado beraneka ragam."Duh siapa sih yang buat gini kaya anak kecil saja, belum selesai juga," gerutu Mas Ariel.Tinggal kotak terakhir yang berukuran sedang setelah di buka hanya sebuah CD."Uuhuh ... dikiraan apa, cuma CD," gerutu Lira."Coba nyalain punya siapa sih, nggak penting banget ngasih beginian, tapi penasaran juga sih," timpa Mbak Sukma.Kami pun pergi ker