"Oh aku mengerti, ini soal harga diri bukan perasaan. Yakan? " Kata Samira tajam. "Lalu apalagi? Kan kamu sendiri yang bilang kalau kita tidak saling cinta! "Degghhh, Samira seperti terkena pukulan dari lidah nya sendiri. "Oke! Kalau begitu sepertinya akan ada perceraian nanti, cepat atau lambat! " Samira menatap tajam Davino. Sementara mata Davino menatapnya nyalang memancarkan aura kemarahannya. Dia sangat tidak suka jika Samira membawa kata cerai dalam pernikahan mereka. Bukan karena sudah mencintai, tapi agaknya itu sangat tidak pantas di ucapkan pada usia pernikahan yang baru seumur jagung. "Jaga ucapanmu Samira! ""Kenapa? Kita tidak saling mencintai bukan? Jadi hubungan ini tidak perlu seserius itu kan Om?!""Ini bukan masalah cinta Samira! Kita sudah membangun ikatan resmi. Tidak bisa kamu bertindak semaumu! "~~~~~~~~~~~~~"Suntuk banget? " Raja memperhatikan raut Samira yang tidak seperti biasanya. Wanita itu lebih banyak diam dari biasanya. Sesekali Samira tertangkap
Davino mencoba menerima penolakan istrinya dengan lapang, dia tidak boleh menyerah begitu saja. Samira pasti bisa ia luluhkan. Bukankah begitu hakikatnya? Perempuan hanya butuh di luluhkan agar bisa tunduk dan menurut, mungkin begitu juga dengan Samira. Davino hanya harus lebih bisa bersabar untuk bisa mendapatkan istrinya seutuhnya. "Samira, saya tau kamu belum tidur. " Davino memandang lamat tubuh Samira yang membelakangi nya. Jauh di ujung ranjang, seolah jarak memang sengaja di bentang oleh istrinya, Samira memang tidak ingin berdekatan dengan dirinya. Ada rasa ngilu di hatinya saat Davino menerka semuanya. Samira masih diam tidak menjawab, meski sebenarnya dia mendengar ucapan suaminya. Entah apa yang di fikirkan Samira sampai membuat space dalam hubungan mereka. Tidak bohong, tubuh Samira yang dipandangi dari belakang benar-benar menggugah selera Davino. Lekukan tubuhnya begitu jelas dipandangi. Pinggul nya
POV Samira"AHH AHH AHHHH.. ""AKHHHH ARGHH!!!... ""OHH SHIT!!! OUGHHH?? "Samar-samar aku mendengar sesuatu begitu nyata sampai mengusik tidurku. Semakin lama desahan itu semakin nyata, dan semakin membuat tidurku jadi terganggu. Ku beranikan untuk membuka mataku meski rasanya begitu berat. Entah suara darimana itu namun hatiku begitu takut saat telingaku semakin jelas mendengar itu semua. Ternyata bukan suara samar, itu Terdengar begitu jelas ketika mataku sudah terbuka dan nyawaku sudah terkumpul. Astaga! Kemana Om Davino? Hatiku mulai berdetak kencang, fikiranku berkelana tak karuan sementara suara itu masih terdengar sangat nyata. Apa jangan jangan itu suara Om Davino? Tapi dia kenapa? Jujur saja, aku begitu panik karena overthinking. Aku takut ada orang yang jahat yang sedang melukai Om Davino di dalam kamar mandi. Ya! Suara i
Sepersekian detik, Om Davino mengangguk seolah memberi keyakinan untukku. Dengan naluri, aku menggerakan jariku. Ibu jariku tergerak untuk mengelus pelan ujung kepala jamur yang jadi tempat pembuangan air seni itu. "Ahh.. Ayo sayang.. "Belum apa-apa, tapi Om Davino sudah menggigit bibir bawahnya. Matanya benar-benar terlihat begitu bergelora. Kemudian genggamanku mulai turun ke bawah, dan naik lagi keatas, begitu terus berulang-ulang dengan perlahan dan lembut. Memberikan rangsangan, pijatan dan kehangatan disana. "Arghhh.. Enak sayang.. Tanganmu hangat. Pijitan kamu enak Samira. " Puji Om Davino dengan suara seraknya. Blushhhh… Pipiku terasa hangat ketika mendengar pujian itu. Pujian yang mengapresiasi kehebatan ku yang baru saja ku temui. Melihat Om Davino mengarahkan ke atas sambil terus mengerang membuatku semakin bersemangat terus memanjakan senjatanya dengan kedua
"Baru sehari gak tidur sama istrinya langsung kusut tuh muka. " Celetuk Mami Maya mengajukan sindiran pada sang putra di meja makan. Pagi ini satu keluarga itu makan bersama di meja makan, Samira dan Mami Maya sudah menyiapkan semuanya. Tidak ada makanan berat, hanya ada sandwich yang di lapisi telur dadar, selada, beef, saus keju dan saus pedas. Dan ada susu andalan Davino. Itu dia menu sarapan yang ternyata andalan Davino yang baru Samira ketahui dari Mami Maya. Ternyata Davino memang sangat menyukai susu. "Davino itu suka sekali susu Mir. " Kata Mami Maya seraya menuangkan susu kotak ke dalam gelas milik Davino. "Iya Mam, Om Davino selalu suka susu segar. ""Tapi gak pernah dikasih susu sama kamu. " Celetuk Davino. Ehh…Ehhh.. ? Pernyataan Davino membuat papah Andrew menoleh terkejut seketika. Susu mana yang Davino maksud? Susu segar atau susu itu?
"Aku duluan. " Kata wanita itu melambaikan tangannya pada Davino. 'Dia juga orang Indonesia? ' batin Samira, padahal wajahnya seperti bule, rambutnya sebahu dengan warna coklat yang cantik di mata Samira. Terlebih wajahnya itu blasteran sekali. Membuat hati Samira sedikit terusik dibuatnya. "Oke hati-hati By. " Dan Davino segera menjawab dengan senyuman yang masih terus mengembang di bibirnya. Bahagia sekali dia? Seperti sepasang kekasih saja. Apakah Davino lupa siapa yang membuatnya merem melek tempo lalu? Sementara Samira? Wanita itu hanya menjadi penonton pada sepasang dokter yang sok romantis dihadapannya. Membuat Samira berdecih kesal di buatnya. Bukan cemburu! melainkan sepertinya usahanya tidak ada arti bahkan sampai kecopetan segala. Dan, apa kata Davino tadi 'By' ? Baby maksudnya? Cuih! Najis! Batin Samira. "Kamu ngapain ke sini? Untung jam praktek saya sudah selesai. Jadi tidak mengganggu." Tanya Davino.
"Om cepetan Om!! Aku udah gak tahan, gatel banget ini pengen di garuk!! ""Waduhhh..! " Mama Wulan dan Mami Maya bertepuk jidat bersamaan. Meskipun Mama Wulan tidak mendengar secara jelas tapi dia bisa menangkap suara Samira yang menurutnya memang sedikit cempreng itu. Anak itu memang selalu saja teriak-teriak, sangat memalukan. Nampaknya Samira sangat agresif, dan entah kenapa membuat Mama Wulan malu dihadapan Mami Maya. Dan tiba-tiba saja, kedua ibu-ibu itu nampak diam meski hanya melalui panggilan video. Mereka nampaknya tidak ingin mengucapkan sepatah kata karena ingin mendengar kelanjutan sesuatu yang terjadi didalam kamar itu. "Arghh Om yeah iyaahh.. ituhhh.. Akhh enak Om.. ""Iyahh di situ Om, pas banget Om, terus Om enakk.. Akhhh..""Sedikit kenceng Om, ahhh iya enak banget.. "Gleghhh… Mami Maya semakin gugup saja. Agaknya dia tidak jadi memanggillkan Samira untuk jeng Wulan, karena nampaknya pasangan pengantin baru itu sedang tidak bisa di ganggu dulu siang ini, yaa ini
Mami Maya melihat sesuatu yang nampak kemerahan dan hampir ungu, itu seperti tanda kissmark di leher Samira, membuatnya semakin yakin jika pasutri itu baru saja melakukan hubungan suami istri. Dan pasti yang ia dengar kemarin itu benar. Samira dan Davino pasti melakukan hubungan suami-istri, dan pantas saja Davino sangat keberatan ketika waktu itu Mami Maya meminta Samira untuk tidur bersamanya, ternyata hubungan mereka sudah sejauh itu. Mami Maya agaknya menyambungkan segala benang kusut dalam fikiran nya atas kejadian yang sudah ia lihat dan dengar sendiri, dan dari situlah kesimpulan itu terbentuk. "Mir kamu sudah enakan? " Tanya Mami Maya lembut pada menantunya. Samira sempat terdiam seketika, karena dia tidak merasa sedang sakit saat ini. Namun beberapa saat, dia berfikir mungkin Davino yang menceritakan bahwa kakinya sempat terluka kemarin. "Sudah mah, aku juga sudah bisa jalan dengan baik. " Senyum Samira. "Vino kamu kalau main jangan terlalu kasar dong. Kasihan Samira kala