Ceklek....
Setelah beberapa kali mencoba memencet bel apartemen, akhirnya sang pemilik membukakan pintu untuk Dirga."Sayang," Dirga mendekat dan ingin memeluk tubuh kekasihnya karena merasa bersalah."Jangan sentuh aku! bukankah semalam kau sudah menghabiskan waktu berdua dengannya!" Ketus Ratih dengan wajah sembamnya. Wanita itu melepas kasar, pelukan Dirga. Lalu berjalan masuk, meninggalkan sang kekasih.Dirga berjalan masuk apartemen kekasihnya, mengikuti langkah sang kekasih yang hendak meninggalkannya sendirian."Jangan berkata seperti itu sayang, aku bahkan sama sekali tak tertarik denganya! Karena kaulah wanitaku satu-satunya." Dirga menarik tubuh Ratih, lalu memeluknya dari belakang dan menaruh dagunya di pundak sang kekasih.Kini rasa bersalah itu semakin menjadi, apalagi melihat bagaimana wajah sembam sang kekasih.Ia yakin, semalam Ratih menangis karena membayangkan dirinya menghabiskan waktu berdua bersama wanita lain."Katakan padaku Dirga, bagaimana aku tidak berpikiran hal semacam itu? apalagi kalian sudah sah menjadi suami istri! sementara aku...." Ratih tak bisa melanjutkan kata-katanya, karena terlalu sakit untuk mengingatnya.Bagaimana tidak? Selama hampir 5th, mereka berpacaran, ibu dari kekasihnya itu sama sekali tak menyukainya. Bahkan dia juga sudah berusaha untuk mengambil hati Gandari, namun semua itu sia-sia.Gandari sama sekali tidak tertarik denganya untuk di jadikan menantu. Entah apa yang kurang darinya, sehingga mama dari sang kekasih sama sekali tak menyukainya.Lebih parahnya lagi, wanita tua itu membawa seorang gadis yang bahkan umur mereka terpaut jauh dari Dirga.Bayangkan saja, posisi yang selama ini di inginkan oleh Ratih untuk menjadi nyonya Dirgantara Prayoga di gantikan oleh gadis kampung yang usianya masih terlalu sangat muda baginya.Dirinya harus bersaing dengan anak ingusan dan kini dirinya sudah kalah. Dirga sudah menjadi milik orang lain, sementara dirinya menangisi nasibnya yang di tinggal menikah oleh Dirga."Sayang bukankah kita sudah membicarakan hal ini? bukankah aku sudah bilang kalau, pernikahan yang aku jalani saat ini hanya sementara Sayang. Bahkan kau menyutujui hal itu."Dirga menangkup wajah sang kekasih dan menatapnya dengan tatapan penuh cinta. Rasanya sungguh tak tega melihat kekasih hatinya bersedih seperti ini."Memang aku menyetujuinya Dirga, tapi rasanya aku tak rela bahkan bayang-bayang kau mencumbuinya selalu menghantui," ucap Ratih frustasi."Hei, tenanglah... Memang kami satu kamar, tapi aku sama sekali tak menyentuhnya. Bagaimana mungkin aku menyentuh wanita yang tak aku kenali apalagi tak aku cintai. Kau tahu, kalau cintaku hanya untukmu, jadi mana mungkin aku bisa menyentuh wanita lain?""Memang semalam kau tak menyentuhnya, tapi nanti, besok atau besoknya lagi! dengar Dirga, setahun bukan waktu yang sebentar. Dan setahun bisa lebih dari cukup untuk mengubah hatimu, merubah rasa cintamu untuknya dan aku akan kau campakan begitu saja!" Ratih histeris membayangkan hal itu terjadi, bahkan dia memukuli dada bidang kekasihnya.Sungguh dia sangat kecewa, meskipun pernikahan Dirga dan wanita itu hanya berjalan selama satu tahun dan Dirga sudah meyakinkannya kalau Dirga tidak akan jatuh cinta kepadanya, Ratih benar-benar meragukan hal itu.Apalagi, mereka akan sering berinteraksi dan itu pasti akan menjadi peluang untuk mereka saling jatuh cinta."Sssttt, tenanglah! Katakan apa yang harus aku lakukan untuk meyakinkanmu kalau aku tidak akan pernah jatuh cinta kepadanya?" tanya Dirga yang sudah mulai kehabisan kata untuk meyakinkan kekasihnya ini."Nikahi aku sekarang juga!""Apa? kau sedang tidak bercanda kan?" tanya Dirga tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh Ratih."Tidak, aku bersungguh-sungguh! nikahi aku atau kita akhiri saja hubungan kita!" tegas Ratih."Tapi bagaimana dengan Laras? jika mama sampai tahu, maka mama tidak akan pernah memaafkanku. Kita bisa cari solusi yang lain," Dirga mencoba membujuk Ratih."Tidak Dirga, itu solusi satu-satunya. Jangan jadikan mamamu sebagai alasan! atau kau memang tak berniat untuk menikahiku?"Dir terdiam, ia menatap sang kekasih yang juga tengah menatapnya. Ia bisa melihat wajah Ratih yang penuh harap, agar dirinya mau menikahinya.Sebenarnya, dia sangat ingin menikah dengan Ratih. Tetapi untuk sekarang, bukan waktu yang tepat. Jika ia memaksa menikah dengan Ratih sekarang, maka bisa dipastikan, mamanya pasti akan sangat marah dan tak ingin mengakuinya sebagai anak lagi."Bagaimana? atau kau memang tidak ingin menikah denganku?" tanya Ratih dengan nada sinis."Maaf Sayang, untuk hal itu aku tidak bisa!""Ternyata kau memang tidak berniat menikahi ku! kau hanya ingin mempermainkanku!" ucap Ratih dengan kecewa."Bukan, bukan begitu Sayang! dengarkan aku dulu!" Dirga mencekal pergelangan tangan Ratih yang hendak pergi!"Lalu bagaimana? kau bahkan baru saja bertemu dengan gadis itu, tetapi dengan mudah kau menikahinya! lalu aku?""Sayang dengar dulu! aku bahkan sangat ingin menikah dengamu dan menghabiskan waktu bersama sampai kita tua nanti! tetapi tidak untuk sekarang, beri aku waktu!""Berapa lama lagi aku harus menunggumu?" tanya Ratih dengan frustasi. Sementara Dirga hanya diam saja dan tak tahu menjawab apa?"Lihat, kau bahkan tidak bisa menjawab! sudahlah, lebih baik kita akhiri saja hubungan ini!""Tidak, aku tidak mau hubungan kita berakhir! baiklah, aku akan menikahi ku! tetapi, aku minta untuk sementara Mama tidak boleh tahu tentang pernikahan kita sampai pernikahanku dengan Laras berakhir!""Baiklah, tak masalah! yang penting kau harus menjadikanku prioritas mu!""Tentu, tentu saja! meskipun kita belum menikah, kau tetap prioritas utamaku!"Ratih langsung memeluk kekasihnya dengan binar bahagia. Akhirnya dia bisa menikah dengan lelaki yang sangat dicintainya ini.Meski hanya pernikahan siri dan harus disembunyikan, maka tidak masalah baginya. Yang terpenting, Dirga tidak boleh dekat-dekat dengan wanita itu dan Dirga selalu ada di sampingnya.Gadis ingusan itu tidak boleh merebut Dirga darinya. Dirga hanya miliknya dan selamanya akan menjadi miliknya.Dirga membalas memeluk erat tubuh Ratih. Kini hatinya ragu, apakah keputusanya untuk menikah dengan Ratih benar atau salah.Bukan perasaan Laras yang menjadi beban pikiranya, melainkan perasaan mamanya. Jika mamanya sampai tahu, pasti beliau akan sangat kecewa denganya.Tetapi di sisi lain, dia juga tidak ingin kehilangan Ratih. Walau bagaimana pun, Ratihlah yang selama ini ada di sampingnya saat dirinya senang atau sedih."Sayang, ayo kita bicarakan ini dengan ayah. Aku yakin, ayah akan sangat senang mendengar kabar ini." Ratih dengan semangat menarik Dirga dan segera berjalan keluar untuk menemui ayah Ratih.Ya, Ratih memiliki seorang ayah dan ibunya sudah meninggal akibat kecelakaan beberapa tahun lalu.Dan kini dia akan menikah dengan orang yang di cintainya, pasti ayahnya juga ikut senang mendengar kabar ini.Apalagi, ayahnya sangat menyukai Abi, pasti ayahnya akan sangat mendukung jika hubungan mereka berlanjut sampai ke jenjang pernikahan._______"Apa kau yakin ingin menikahi putri saya, di saat kamu sudah memiliki istri?" tanya Burhan, ayah Ratih.Ya, sekarang mereka sudah berada di rumah Ratih dan baru saja meminta restu kepada Burhan."Y-ya Pak, saya yakin!" meski ragu, Dirga tetap mengatakan kalau dirinya yakin dengan keputusannya."Baiklah, jika begitu! saya akan menyetujui pernikahan kalian, asal kau harus berjanji akan selalu membahagiakan anakku dan memprioritaskan nya!""Iya pak, saya akan berusaha untuk membahagiakan Ratih dan selalu memprioritaskan Ratih.""Jadi kapan kalian akan melangsungkan pernikahan?""Secepatnya ayah," jawab Ratih dengan antusias, Dirga hanya mengangguk membenarkan ucapan Ratih."Baiklah, kapanpun itu, ayah akan selalu siap untuk menjadi wali Ratih. Dan ayah akan selalu berdoa untuk kalian, agar kalian selalu bahagia."Ratih tersenyum bahagia, sementara Dirga tersenyum kaku. Sungguh, ia merasa ragu dengan keputusannya.Tetapi dia berharap semoga keputusan yang diambilnya tidaklah salah dan dia akan hidup bahagia bersama Ratih untuk kedepannya.Setelah dari rumah orang tua Ratih, Dirga langsung pulang. Seperti ucapan nya semalam, kalau dia akan membawa Laras ke apartemen miliknya.Untuk pernikahannya dengan Ratih, mereka sudah sepakat untuk menikah seminggu lagi. Dirga sudah mengambil keputusan! Meski, nantinya akan menyakiti sang ibu, ia yakin lambat laun ibunya pasti akan mengerti dan merestui pernikahanya dengan Ratih."Sudah pulang kamu?" tegur Gandarai pada putranya yang baru saja pulang.Dia benar-benar merasa kesal dengan putranya ini, bisa-bisanya dia meninggalkan istrinya, di hari pertama setelah menikah."Ma." Dirga lebih memilih menyapa dan menghampiri mamanya, lalu mencium punggung tanganya.Gandari hanya menghela nafas pelan, dia mengerti dengan sikap sang anak. Apalagi, pernikahan ini dia yang memaksa.Dan juga, Dirga belum sepenuhnya mengenal Laras dan sama sekali tak ada rasa suka ataupun cinta.Jadi, dia berusaha untuk mengerti hal itu. Tetapi, dia yakin perlahan-lahan anaknya ini pasti akan luluh dengan men
Dirga terpaksa membuka matanya, saat mencium aroma wangi masakan yang menembus Indra penciumannya.Cacing-cacing di perutnya meronta minta diisi. Padahal, semalam dia sudah makan banyak! tetapi, seakan tak puas, pagi ini perutnya meminta diisi setelah mencium aroma yang sangat menggugah seleranya."Masak apa?" tanya Dirga dengan muka bantalnya, saat sudah berada di dapur apartemen rumahnya.Laras berjingkat, karena terkejut dengan suara yang tiba-tiba terdengar. "Astaga, Om ngagetin aja! untung gak tumpah!" kesal Laras, dengan mengelus dadanya.Dirga hanya berdecak dan duduk di kursi, menunggu Laras menuangkan nasi goreng pada piringnya."Om, mau sarapan sekarang?" tanya Laras sedikit heran."Gak, besok! ya sekaranglah, Laras! aku sudah sangat lapar!" Laras hanya mengangguk dan menuangkan nasi goreng, pada piring milik Dirga. Lalu setelah itu, dia menuangkan ke piring miliknya.Laras tersenyum samar, saat melihat bagaimana Dirga dengan begitu lahap makan masakannya. Setidaknya, dia
Laras yang baru saja di wawancarai, langsung menghampiri Dirga saat melihat lelaki itu masih di sana!Tetapi, bedanya Dirga sendirian sekarang! wanita yang bersama suaminya sudah tidak ada. Mungkin, sedang ada di toilet. Entahlah, Laras tak peduli hal itu! "Om ngapain disini?" Dirga langsung mendongak, menatap siapa yang sudah menyapanya. Seketika mata Dirga melotot, saat mendapati Laras berada tepat di depanya."Laras, apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya dengan suara pelan penuh penekanan."Ck, saya tanya om! kenapa balik tanya?" jawab Laras dengan kesal.Dirga menghembuskan nafas kasar dan menatap Laras dengan datar. Ia berdiri dan sedikit membungkuk untuk berbisik pada wanita yang sudah ia nikahi kemarin ini."Ingat perjanjian kita, untuk tidak ikut campur urusan pribadiku!" tekannya."Sekarang pergilah! aku tak mau bertengkar dengan kekasihku, hanya karena pengganggu seperti mu!" Deg...Laras mematung mendengar kalimat pedas yang Dirga lontarkan. Seharusnya, dia sudah tah
"Maaf Ma, untuk dua hari atau dua Minggu ke depan aku tak bisa! lagi pula, untuk apa bulan madu, jika di apartemen pun bisa." Dirga langsung menolak permintaan Gandari.Laras hanya diam saja dan melihat bagaimana Dirga menolak. Ia hanya tak ingin terlibat di dalamnya! meski, hal ini pasti akan melibatkannya.Tetapi, jika dia ikut bicara dan dia salah berucap, bisa-bisa suaminya itu akan menyalahkannya. Atau lebih parahnya, lelaki itu menuduh dirinya yang meminta pada mama mertuanya untuk membawanya bulan madu."Apa alasanmu tak bisa membawa Laras berbulan madu? bukankah, jika kalian pergi bulan madu, bisa membuat kalian mengenal lebih dekat? lagi pula, mama juga sudah sangat ingin menggendong cucu!" Dirga menghembuskan nafas pelan dan menatap intens sang mama. "Ma, mama tahu kalau aku baru saja membuka cabang hotel baru dan aku tak bisa lepas tangan seenaknya! nanti, setelah pekerjaan ku selesai aku janji akan membawa Laras untuk berbulan madu! ah, atau mama memang ingin segera puny
"Maksud Mama apa?" tanya Laras.Sebenarnya dia mengerti dengan apa yang dimaksud oleh mertuanya. Hanya saja, dia ingin meyakinkan diri kalau mertuanya ini tidak bicara serius."Mama hanya ingin, kamu fokus pada Dirga. Ratih hatinya, jangan sampai dia berpaling dan mengejar wanita lain," Gandari menjeda kalimatnya dan menatap lekat pada menantunya yang juga tengah menatapnya."Laras, Mama tahu, tak mudah bagi kalian untuk menjalani pernikahan tanpa cinta ini. Mama juga, tahu kalian terpaksa untuk menikah! tetapi, tidak ada salahnya kan, kalian mencoba dan membuka pintu hati kalian? Mama juga tahu, kalau mengambil hati Dirga itu sangat sulit, apalagi Dirga memiliki wanita lain dihatinya. Hanya saja, jika kamu hamil anak Dirga, Mama yakin, Dirga mau menerima mu dan menyayangi anak kalian. Perlahan, pasti Dirga bisa mengusir wanita lain dihatinya dan menggantikannya dengan namamu demi anak kalian nanti! kamu tahu maksud Mama kan Laras?" Gandari menatap penuh harap pada menantunya ini.Lar
Pagi ini, seperti rencana Gandari semalam! Dirga dan Laras berangkat menuju ke kota Bali. Sekitar pukul 8 mereka sampai di hotel dan langsung beristirahat.Berbeda dengan Dirga. Lelaki itu, lebih memilih keluar hotel dan bertemu dengan kawan lamanya.Selain itu, dia juga ingin memenuhi janjinya pada Ratih untuk tetap jaga jarak dengan Laras. Ya, setelah perdebatan panjang, akhirnya Dirga mampu meyakinkan Ratih kalau dirinya tidak akan menyentuh Laras.Dirga juga berjanji, jika dia pulang nanti, dia akan langsung menikahi Ratih."Dirga," panggil seseorang yang sedari tadi sudah menunggunya."Sorry nunggu lama," ucap Dirga dan bertos ria ala lelaki pada sahabat lamanya ini."Gak masalah, aku mengerti! lagi pula, kau baru saja datang! apa kamu gak capek?" tanya Tomas sahabat lama Dirga itu."Tidak masalah! aku justru berterima kasih, karena kamu mau menemaniku selama aku ada di sini!" Tom hanya terkekeh dan menggeleng, ia menepuk pelan pundak sang sahabat, "Aku heran sama kamu! kesini u
"Om, nasi gorengnya enak loh! coba deh," Laras mengarahkan sendok yang berisi nasi goreng ke mulut Dirga.Dirga yang tengah fokus dengan ponselnya, tanpa sadar, membuka mulutnya dan menerima suapan Laras."Gimana, enakkan?" tanya Laras dan diangguki oleh Dirga."Ya udah, aku pesenin ya!" tawar Laras sekali lagi.Pasalnya, suaminya ini tak memesan apapun dan hanya dirinya sendiri yang makan. Tadi saja, kalau Laras tak menanyakan hal yang aneh-aneh, Dirga mana mungkin mengajak Laras keluar untuk makan bersama."Tidak usah Laras, aku sudah kenyang!" jawab Dirga tak berniat mengalihkan perhatiannya dari ponsel miliknya."Tadi katanya enak, aku pesenin ya!" rayu Laras sekali lagi.Dirga mendengus dan menatap tajam pada Laras, rasanya sangat jengah mendengar ocehan gadis yang sudah menjadi istrinya ini."Cepat habiskan makananmu, atau aku tinggal!" tegas Dirga."Galak amat, kalau gak mau ya udah!" gumam Laras dengan kesal dan kembali melanjutkan makannya.Bukan Laras tak tahu, kalau suaminy
Ratih membuang tas selempang yang ia kenakan ke sembarang arah. Ia begitu kesal, marah, jengkel! Ratih ingin sekali, mencakar wajah wanita yang beberapa menit yang lalu ia temui itu.Jika tidak mengingat, kalau wanita itu adalah ibu dari sang kekasih, maka sudah dipastikan mulut wanita tua itu ia robek.Bagaimana tidak? wanita itu dengan entengnya menyuruhnya untuk menjauhi dan meninggalkan Dirga dan mengatakan kalau dirinya tidak akan pernah merestui hubungan mereka.Wanita itu juga bilang, kalau sebentar lagi Dirga akan memiliki anak dan memiliki keluarga kecil yang bahagia.Jadi, cepat atau lambat kekasihnya itu akan menendangnya dari kehidupan Dirga untuk selama-lamanya.Tentu saja Ratih menyangkal hal itu, karena dia tahu bagaimana Dirga begitu mencintainya. Tetapi, wanita itu justru bilang kalau anaknya sebentar lagi akan memberikannya cucu setelah pulang dari bulan madunya.Jika tidak, mana mungkin kekasihnya mau membawa Laras pergi bulan madu. Ratih mulai terpengaruh dengan ap