Home / Romansa / Terjebak Skandal CEO Dingin / Mempertahankan Konsep

Share

Mempertahankan Konsep

Author: nsr.andini
last update Last Updated: 2023-06-09 19:38:10

"Tunggu!" ujar Ellio sembari menatap Riehla.

"Ada apa?" Masih tidak berani menatap Ellio. Perihalnya Ellio masih saja mengumbar pemandangan sempurna itu.

"Lepas baju kamu sekarang!" Rasanya seperti Riehla benar harus melepas bajunya.

Riehla lupa jika ia masih menggunakan kemejanya. Mau bagaimana yaa, ia terlalu malu untuk menunjukkan betapa indahnya dress itu di badannya. Saat Riehla mencoba membuka satu persatu kancing kemeja, Ellio mengalihkan pandangan. Ternyata lelaki itu masih memiliki rasa hormat.

Ia masih menghargai karyawatinya. Riehla rebahkan tubuh di samping Ellio dengan kemeja yang terus ia pegangi. Menutupi sebagian tubuh, membiarkan bahunya terlihat. Gunanya memakai dress yang satu itu untuk terlihat seperti tidak mengenakan sehelai benang pun saat ditutup selimut. Dan konsep Ellio dengan memamerkan sedikit dada bidangnya.

Tok tok tok

Pintu terbuka, menampakkan Randy. "Sudah di depan," ucap Randy. Lalu, ditutupnya kembali pintu.

"Yang perlu kita lakukan hanya pura-pura tidur. Jangan buka mata kamu sebelum terdengar suara perempuan berbicara!" Tanpa menatap Riehla.

"Iya."

Randy membuka pintu setelah terdengar suara bel. Nampak seorang perempuan cantik berkulit putih, berambut hitam lurus pendek sedikit di bawah telinga dengan tubuh cukup tinggi dan pakaian yang sedikit seksi. Sebelum dipersilakan masuk perempuan itu melangkah masuk ke dalam. "Ellio ada di Kamar-nya kan?" Sembari terus berjalan tanpa menatap Randy.

"Iya."

Perempuan itu terus berjalan hingga di depan pintu Kamar Ellio. Sebelum menyentuh knop pintu, Randy berdiri di depan perempuan itu. Menghalangi perempuan itu masuk. "Minggir, Randy!" perintah perempuan itu dengan tegas.

"Ada baiknya Anda tidak masuk."

"Kenapa? Apa saya akan melihat hal gak menyenangkan di dalam?"

"Pak Ellio tidak suka jika awal paginya diganggu."

"Kamu pikir saya akan percaya? Minggir!" Dengan sekuat tenaga perempuan itu menyingkirkan Randy dari depan pintu dan dengan cepat dibukanya pintu. Perempuan itu tersenyum sinis melihat pemandangan depan sana. Melangkah untuk lebih masuk. Ditatapnya kedua manusia beda jenis itu yang masih asik terlelap.

"Kamu pikir saya akan menyerah setelah melihat semua ini?! Yak, Ellio!" Dengan akhirnya kata 'yak, Ellio' yang dibuat dengan nada sedikit tinggi.

Perlahan mata Ellio dan Riehla terbuka seolah mereka benar tidur dan terusik akan suara berisik perempuan itu. "Kania," ucap Ellio sembari menatap perempuan yang menatap Ellio tajam. Riehla lihat perempuan yang sedang menahan amarah itu. Perempuan yang berbeda dari saat di Restaurant. Sebenarnya Ellio memiliki kekasih berapa? Apa mereka semua kekasih Ellio? Jadi, Ellio itu playboy?

"Alih-alih perempuan di sebelah kamu itu, seharusnya aku. Aku mau kok, El. Aku jamin aku lebih baik dari dia!"

Ellio mendudukkan diri. "Saya yakin sebelum kamu menerobos masuk, Randy sudah mengatakan kalau saya gak suka kalau awal pagi saya ada yang mengganggu!"

Kania berjalan ke arah Riehla. Ketika Kania hendak membuka selimut yang menutupi tubuh Riehla, dengan cepat Riehla mencegahnya. Jika sampai terbuka, semuanya akan kacau dan kemungkinan besar Riehla tidak akan dibayar. Padahal ia sudah melangkah sejauh itu. Kania terus mencoba membuka selimut dan Riehla terus mempertahankannya. "Bawa dia keluar sekarang!" Dengan nada tegas. Randy seret Kania keluar.

"Aku gak akan menyerah!" Itulah kalimat terakhir yang disampaikan Kania sebelum menghilang dari sana. Ellio beringsut dari atas ranjang untuk menutup pintu yang ia kunci. Membalikan tubuh ke arah Riehla yang mencoba mendudukkan diri.

"Kamu bisa pulang setelah Kania pulang."

"Iya." Sembari menatap ke arah selimut. Ellio berjalan ke arah lemari, menarik asal kaos yang ia pakai. Barulah Riehla bisa melihat Ellio. Setelah itu Riehla tatap sekeliling di mana ia baru menyadari suasana Kamar Ellio yang identik dengan warna abu-abu. Kamar-nya menggambarkan bagaimana karaker Ellio.

"Saya kira saya akan mendapat hadiah lagi," ucap Riehla dengan nada suara sedikit pelan.

"Hadiah? Seingat saya, saya tidak memberi kamu hadiah selain uang yang sudah kita sepakati." Sembari berdiri.

"Hadiah tamparan."

"Jadi, kamu menginginkannya?"

"Yang pasti nggak. Saya cuma mencoba menebak."

Drrrtt

Ellio ambil handphone yang berada di atas nakas. Menatapnya beberapa saat sebelum menoleh ke arah Riehla yang tengah menatapnya. "Kamu bisa pulang sekarang." Lalu, berjalan ke arah pintu. Membuka pintu. Riehla berjalan pergi dari hadapan Ellio. Menoleh ke arah belakang di mana Ellio menutup pintunya. Tidak langsung pergi dari sana, Riehla masuk ke dalam Kamar tamu. Tentu berganti pakaian. Tidak mungkin ia pulang dengan dress yang hanya dipinjamkan itu. Riehla taruh dress di atas kasur, lalu melangkah pergi dari sana.

Saat menuruni anak tangga terlihat Randy yang berdiri dari duduk. "Biar saya antar sampai depan," kata Randy saat Riehla sudah dekat dengannya.

Walau Randy sama kakunya dengan Ellio, tetapi Randy sedikit lebih baik. Randy perhatikan Riehla yang memakai helm lalu naik motor-nya.

"Mari, Pak Randy." Randy hanya diam dengan terus memperhatikan Riehla yang perlahan menghilang dari pandangannya.

Beberapa saat kemudian...

Ellio keluar dari dalam Kamar dengan sudah berpakaian rapi, siap ke Kantor. Saat melewati Kamar tamu langkahnya terhenti. Disentuhnya knop pintu, membukanya. Melangkah masuk dan didapatinya dress yang sebelumnya Riehla pakai. Ellio teringat setiap pembicaraannya dengan Riehla beberapa saat lalu. Melangkah pergi dari sana membiarkan dress itu tetap di tempat semula Riehla menaruhnya.

Tidur setengah jam? Yang ada Riehla tidak bisa tidur. Tanpa memiliki kesempatan tidur, Riehla langsung bergegas berangkat kerja. Dan saat di pertengahan jalan, ia terjebak macet gara-gara ada kecelakaan. Riehla pun mau tidak mau harus menunggu karena tidak mungkin putar arah. Perihalnya depan-belakang serta kanan-kirinya mepet kendaraan. Riehla menunggu dengan tidak tenang. Bagaimana ini?! Ia bisa telat. Saat kendaraan depan mulai berjalan, Riehla langsung menjalankannya.

Buru-buru memarkirkan motor dan melangkah masuk ke dalam Gedung Kantor dengan tergesa-gesa karena ia sudah telat 10 menit. Sebelum berhasil mendudukkan diri di kursi kerja, Riehla bertemu Ellio. Saling berhadapan dan Ellio terpantau melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Kamu tahu sekarang jam berapa?!"

Tidak adakah kebaikan dari Ellio untuk Riehla yang sudah membantunya? Ya, walau Riehla tahu bahwa ia dibayar. "Maaf, Pak. Saya telat."

"Saya paling tidak suka dengan keterlambatan!"

"Keterlambatan itu juga karena Anda" ingin sekali Riehla mengatakan hal itu namun lagi-lagi hanya sebagai angan-angan. Ia tidak memiliki keberanian.

"Sekali lagi saya minta maaf." Hanya itu yang bisa Riehla katakan. Kata selain itu hanya akan ia ucapkan dalam hati.

"Atas keterlambatan yang sudah kamu lakukan, kamu akan diberitahu kepala Editor apa yang harus kamu lakukan untuk menebusnya!" Ellio berlalu dari hadapan Riehla yang hanya bisa menerima takdir menyebalkannya itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Jumira Mirah
duh bos ya galak amat
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terjebak Skandal CEO Dingin   Baik Baik Putri Kecil Papa (END)

    Ada yang kebakar tapi bukan dengan api. Sudah 3 hari ini Kenzo tak ada kabar sama sekali. Terlebih Zena melihat postingan Kenzo seperti bersenang-senang dengan orang-orang asing itu. Tak satu pun yang wajahnya Zena kenal.Zena pikir selama kepergian lelaki itu Kenzo akan rajin memberi kabar. Nyatanya..."Kamu bisa membuatnya jatuh cinta kepada-mu meski dia tak cinta." Yura yang duduk di samping Zena di sofa panjang, bernyanyi menggoda Zena."Kayaknya memang gak cinta," ujar Zena sembari menatap handphone di mana layar penuh wajah Kenzo. Zena sedang melihat-lihat foto pada sosial media Kenzo."Cinta, Na. Kalau gak ada rasa gak mungkin kelihatan ngedeketin gitu." Masih dengan menatap Zena.Zena menoleh ke arah Yura. Menatap Yura dengan wajah serius. "Gak bisa, Yura."Yura membalas dengan wajah tak kalah serius. "Kelihatan banget kalau kamu gak mau kehilangan Kenzo. Masih mau menolak keberadaannya?"Diam itulah yang sedang Zena lakukan. Zena masih bingung dengan dirinya sendiri. Di satu

  • Terjebak Skandal CEO Dingin   Menemui di Bandara

    Sejak dari tempat permainan hingga kini berada di salah satu Restaurant yang dilakukan Kenzo hanya diam dengan terus mengawasi anak-anak itu. Sungguh seperti seorang pengasuh.Kenzo yang duduk tepat di hadapan Zena melihat betapa perhatiannya Adit pada Zena. Pemuda yang duduk di samping Kenzo itu benar-benar memperlihatkan ketertarikannya pada gadis cantik dan lembut inceran Kenzo."Habis ini kamu langsung pulang atau mau ikut jenguk Resti?" tanya Dania pada Zena."Ikut.""Aku ikut," ujar Adit.Kenzo yang mendengar itu rasanya ingin ikut juga tetapi nanti terlihat aneh. Adit sih sah-sah saja jika ikut, Adit kan sahabatnya Resti juga."Besok saya melakukan penerbangan ke Singapore dan akan berada di sana selama satu minggu, Na." Sembari menatap Zena.Zena yang jelas mendengar ucapan Kenzo, memilih diam. Kenzo yang melihat itu tentu sedikit sedih karena tidak mendapat respon dari gadis yang ia suka.Beberapa saat kemudian...Zena sudah berada di dalam taxi yang melaju bersama Dania dudu

  • Terjebak Skandal CEO Dingin   Gadis Kecil

    Zena tahu jika semua orang mendukung Zena memiliki hubungan dengan Kenzo. Berjam-jam bersama Kenzo pun membuat Zena menyadari jika ia mulai menyukai Kenzo. Tetapi seragam putih abu-abu itu seperti pembatas bagi Zena.Di hadapannya sudah terdapat dua box pizza beda topping yang terletak di meja kerja. Ya, mereka berada di Ruang Kerja sang Direktur yang tak lain adalah Kenzo."Dimakan, Na." Yang duduk di kursi kerja-nya.Zena ambil sepotong pizza yang digigit kecil. "Habis ini mau pulang apa masih mau di sini?""Pulang saja, Kak.""Ya sudah, nanti saya antar.""Gak usah. Aku bisa naik ojek online." Lalu, menggigit pizza."Lebih baik saya yang antar.""Gak, Kak!" tegas Zena.Jika sudah seperti itu Kenzo hanya bisa diam yang berarti mengiyakan maunya Zena. Belum apa-apa Kenzo sudah belajar mengalah.Bahkan ketika Zena menyuruh Kenzo ikut makan pria matang itu menurut. Seolah Kenzo tidak ingin memulai perdebatan dengan gadis kecil itu.Sama seperti Ellio yang menganggap Zena gadis kecil wa

  • Terjebak Skandal CEO Dingin   Insiden Buku Jatuh

    Buku yang ingin Zena ambil nyatanya terlalu jauh untuk digapainya hingga gadis itu berjinjit dan buku melayang jatuh ke lantai. Untung tidak mengenai kepala Zena. Saat Zena hendak mengambil buku fisika itu terlihat tangan yang lebih besar dan kekar dari tangannya menyentuh buku juga.Tanpa menyingkirkan tangan dari buku Zena yang posisi jongkok, mengangkat kepala dan manik matanya bertemu dengan manik mata Adit. Mendadak entah mengapa momen itu mengingatkan Zena pada buku yang jatuh di Toko buku.Zena berdiri dari jongkok dengan membiarkan Adit yang mengambil buku itu. Adit berikan buku pada Zena yang mengucapkan terima kasih lalu berlalu dari sana mencari tempat duduk masih di Perpustakaan.Buku sudah dibuka tetapi pikirannya malah berada di tempat lain. Mata memang mengarah ke deretan huruf dan angka, tetapi otaknya penuh dengan wajah Kenzo. Niat ke Perpus untuk fokus belajar tetapi...Adit mengambil posisi duduk di sebelah Zena dengan buku yang sama diletakkan di meja. Menatap Zena

  • Terjebak Skandal CEO Dingin   Pesona Pria Matang

    Setelah mengantri membeli tiket Kenzo mengajak Zena membeli popcorn. Memberikan popcorn lumayan banyak itu pada Zena. Berjalan ke arah studio tempat film yang akan mereka tonton.Mereka langsung masuk lantaran orang-orang yang menonton di jam sebelumnya telah meninggalkan ruangan. Kenzo yang memegang potongan tiket memimpin jalan mencari tempat duduk mereka.Duduk di bagian bangku yang ada 4 buah. Zena kebetulan berada di dekat dinding. Menaruh cup popcorn di tempat yang tersedia untuk menaruh popcorn atau botol.Sebelum film diputar, handphone yang berada di tas selempang kecil bergetar. Zena segera mengambilnya dan terdapat panggilan video dari Eden."Bisa-bisanya Kak Zena pergi tanpa aku!" keluh Eden. Bibir anak kecil itu pun nampak maju."Lain kali.""Kapan?""Sudah ya, Den. Filmnya mau mulai."Sebelum Eden membuka mulut dengan cepat Zena mengakhiri panggilan video itu. Memasukkan kembali handphone ke dalam tas tak lupa memasang mode diam."Minggu besok kita bisa nonton film lagi

  • Terjebak Skandal CEO Dingin   Kenzo atau Adit?

    "Kamu suka Zena?" tanya Ellio tiba-tiba dan itu berhasil membuat Zena sedikit tersedak makanan hingga batuk-batuk."Papa apa-apaan sih!" ucap Zena tegas setelah meminum seteguk air bening."Saya gak suka kalau ada yang mau main-main sama putri saya!" Dengan nada tegas dan wajah serius.Zena semakin dibuat tak percaya oleh pria paruh baya itu. Menoleh ke arah Kenzo dengan raut wajah tidak enak. Bagaimana bisa Ellio menanyakan hal seperti itu pada lelaki yang baru 3 kali Zena temui. Itu pun hanya pertemuan singkat."Kalau suka sama Kak Zena gerak cepat deh soalnya yang suka sama Kak Zena bukan cuma Kakak," ujar Eden yang akhirnya ikut bicara. Lalu, memasukkan sesendok makanan ke dalam mulut."Kalian kenapa sih?!" ucap Zena dengan wajah mulai frustasi dengan kelakuan Papa dan Adik-nya itu."Zena cantik dan kelihatan baik. Siapa yang gak suka sama dia," ucap Kenzo setelah lama terdiam."Kak Kenzo gak perlu merespon perkataan gak jelas Papa sama Eden." Sembari menatap Kenzo."Apa yang saya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status