Terjebak Skandal CEO Dingin

Terjebak Skandal CEO Dingin

Oleh:  nsr.andini  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
4 Peringkat
118Bab
4.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Saya mau kamu tidur dengan saya!" ucap lelaki itu dengan sorot mata yang tidak pernah main-main. Riehla terguncang akan kalimat yang keluar dari mulut pria satu itu. "Maaf, Pak. Untuk yang satu ini saya gak bisa! Saya masih punya harga diri. Saya gak mau mengecewakan orang tua saya." Lelaki itu menatap Riehla lebih tajam. "Apa susahnya tidur dengan saya? Bukannya kamu sedang membutuhkan uang untuk biaya pengobatan Ayah kamu?" cover by : canva

Lihat lebih banyak
Terjebak Skandal CEO Dingin Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
nsr.andini
Bisa dibaca dari season berapa pun, tapi ada baiknya dari season 1 .. karena season 2 fokus memperlihatkan kisah Zena yang hanya memiliki seorang Ayah
2024-03-14 13:01:59
0
user avatar
nsr.andini
Season 1 telah berakhir .. sampai bertemu di season 2 ...
2024-03-14 10:56:34
0
user avatar
nsr.andini
Segera memasuki SEASON 2!
2024-03-04 15:17:44
0
user avatar
nsr.andini
Ini nsr.andini Aku mau berterima kasih untuk yang sudah meluangkan waktu membaca cerita ini dan juga untuk pembaca yang sudah memberikan hadiah. Terima kasih semuanya ...️
2024-02-26 13:21:12
0
118 Bab
Kesepakatan dengan CEO
Hidup lagi capek-capeknya, paling sempurna jika memiliki Bos yang menyebalkan. Rasanya mau menghilang saja dari dunia yang penuh dengan permasalahan. Seperti itulah yang dirasakan Riehla yang harus bekerja lembur sebagai seorang Editor Perusahan penerbit yang baru pulang jam 5 subuh tadi. Niatnya ingin tidur selama 2 jam sebelum kembali berangkat ke Kantor, baru akan tidur sekitar jam setengah 6, ada telepon masuk dari Ellio-CEO. Tahu apa yang dikatakan lelaki berwajah tembok dan bersuhu dingin layaknya kulkas dua pintu? Riehla disuruh datang ke Rumah-nya sekarang juga. Ingin rasanya Riehla mencaci-maki Bos-nya yang satu itu namun ia tidak memiliki keberanian sebesar dinosaurus."Bukannya kamu sedang membutuhkan uang untuk biaya pengobatan Ayah kamu?"Ellio berhasil menyadarkan Riehla bahwa ia memang sedang membutuhkan uang untuk biaya pengobatan Adhi-Ayah Riehla yang dua hari lalu mengalami kecelakaan motor. Salah satu kaki-nya mengalami cedera serius sehingga membutuhkan uang yang
Baca selengkapnya
Mempertahankan Konsep
"Tunggu!" ujar Ellio sembari menatap Riehla."Ada apa?" Masih tidak berani menatap Ellio. Perihalnya Ellio masih saja mengumbar pemandangan sempurna itu."Lepas baju kamu sekarang!" Rasanya seperti Riehla benar harus melepas bajunya.Riehla lupa jika ia masih menggunakan kemejanya. Mau bagaimana yaa, ia terlalu malu untuk menunjukkan betapa indahnya dress itu di badannya. Saat Riehla mencoba membuka satu persatu kancing kemeja, Ellio mengalihkan pandangan. Ternyata lelaki itu masih memiliki rasa hormat. Ia masih menghargai karyawatinya. Riehla rebahkan tubuh di samping Ellio dengan kemeja yang terus ia pegangi. Menutupi sebagian tubuh, membiarkan bahunya terlihat. Gunanya memakai dress yang satu itu untuk terlihat seperti tidak mengenakan sehelai benang pun saat ditutup selimut. Dan konsep Ellio dengan memamerkan sedikit dada bidangnya.Tok tok tokPintu terbuka, menampakkan Randy. "Sudah di depan," ucap Randy. Lalu, ditutupnya kembali pintu."Yang perlu kita lakukan hanya pura-pura
Baca selengkapnya
Saran yang Tulus
Sepertinya tidak ada gunanya memiliki suatu hubungan dengan atasan, buktinya Riehla tetap mendapat hukuman atas keterlambatannya itu. Seharusnya Riehla berdoa saat terlambat ia tidak bertemu Ellio. Walau kepala Editor-nya tahu Riehla terlambat yang hanya beberapa menit itu pasti akan memaafkan. Tidak seperti Ellio yang tidak ada kata "maaf". Tidak peduli kesalahan itu besar atau kecil. Berkat Ellio, Riehla lagi-lagi harus lembur. Banyak naskah yang perlu ia revisi yang seharusnya tidak perlu hari ini harus selesai.Wajah yang sudah nampak lelah itu menyandarkan kepala ke sandaran kursi. Meregangkan otot-otot tangan yang mulai sedikit kaku. Menoleh ke arah jam dinding di mana sudah mau jam 1. Entah Riehla akan balik jam berapa. Hufftthhh, Riehla berjalan ke arah meja di pojok sana yang terdapat beberapa gelas, kopi instan, serta gula. Perempuan itu berencana membuat kopi. "Loh, Bu Riehla belum pulang." Riehla menoleh ke arah pintu di mana sudah berdiri Security yang usianya lebih tua
Baca selengkapnya
Diam-Diam Perhatian
Riehla mendudukkan diri di kursi kerja-nya dengan wajah terlihat sangat bingung. Mencoba berpikir apa ia lupa menaruhnya. Tetap saja pemikirannya itu berakhir bahwa ia tidak salah menaruh. "Saya yakin seratus persen Bu kalau saya menaruhnya di meja.""Terus, ke mana perginya?" Lalu, melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya disusul dengan Riehla yang melihat jam dinding di mana sudah waktunya ketua Editor masuk Ruang Meeting."Gimana ini, Bu?" Dengan wajah cemas. Karir-nya mungkin akan dipertaruhkan."Saya coba bicarakan sama Pak Ellio. Kamu coba cari-cari lagi." Berlalu dari hadapan Riehla.Beberapa saat kemudian...Terus mencari tanpa hasil. Riehla sudah pada tahap menyerah jika mungkin ia akan kena marah besar Ellio. Menoleh ke arah handphone yang tengah bergetar di atas meja. Diambilnya handphone, menerima panggilan masuk dari kepala Editor. Apakah Tuhan akan memberikannya ujian hari ini?"Hallo, Bu.""Ke Ruang Rapat sekarang!""Baik, Bu." Langkahnya memang pasti melangk
Baca selengkapnya
Bukan Siapa-Siapa
Mumpung hari libur dan setelah beberapa hari tidak memiliki kesempatan menjenguk sang Ayah, hari ini Riehla menemani Ayah-nya. Ayah dan anak satu-satunya itu sedang jalan-jalan santai, keliling Rumah Sakit. Riehla yang mendorong kursi roda tempat Ayah-nya bersantai, langkahnya melamban. Di depan sana manik matanya bertemu dengan manik mata seorang perempuan yang menatapnya cukup tajam. Kania berhenti tepat di hadapan Ayah-nya Riehla sehingga mau tidak mau Riehla pun berhenti. "Siapa sangka kalau kita akan bertemu di sini," ucap Kania dengan nada tajam."Saya rasa gak ada yang perlu dibicarakan." Saat Riehla hendak kembali mendorong kursi roda, salah satu tangannya disentuh Kania."Kita sama-sama perempuan, seharusnya kamu mengerti perasaan saya! Saya rasa Ellio lebih dulu kenal sama saya dari pada kamu. Gak seharusnya kamu merebut lelaki yang saya cinta!" Lalu, menurunkan tangannya."Kamu merebut kekasih orang?" tanya pria paruh baya pada sang putri."Gak kayak gitu, yah.""Gak sehar
Baca selengkapnya
Kepergian Seseorang
Hidup kerap kali membawa kita pada adegan buruk. Namun, inilah hidup di mana kita harus menerima apa saja yang kita alami. Seperti apa yang tengah dirasakan salah satu Editor kita. Riehla baru saja mendapat sebuah tamparan yang cukup membuat pipinya merasa panas dan sedikit perih."Saya ini sudah bertahun-tahun menjadi Penulis di sini! Kamu kira saya baru bergabung di sini?!" ucap seorang wanita berambut biru tua lurus sedada yang saat itu dibiarkan terurai."Tapi, Mbak juga gak bisa seenaknya! Baru tiga hari yang lalu buku Mbak-nya terbit.""Saya bilang saya akan bayar kerugian yang kalian alami!"Walau selama ini tidak pernah memiliki masalah dengan Penulis, Riehla sudah menduga bahwa suatu hari hal seperti hari ini akan terjadi. Hidup ini penuh misteri."Saya tahu Mbak punya uang banyak, tapi ini bukan soal uang." Riehla masih belum menyerah untuk memenangkan perdebatan sengit itu."Biarkan saja," ujar Ellio yang baru saja tiba bersama Randy. Randy memberikan sebuah amplop pada Pen
Baca selengkapnya
Sedikit Bersalah
"Masalah besar!" kata salah satu Editor perempuan yang baru saja masuk dengan wajah terlihat serius."Masalah besar apa?" tanya Riehla sembari duduk di kursi kerja-nya."Salah satu penulis terbaik yang masuk daftar 10 besar, ternyata suka sama Pak Ellio.""Terus, apa masalahnya?" tanya Riehla lagi dengan wajah bingung.Semua orang nampak menanti ucapan perempuan berambut hitam panjang sedikit keriting yang saat itu diikat satu. "Sekarang Penulis itu ada di Lobi, sedang menunggu Pak Ellio yang sedang dibujuk buat mau makan siang bareng. Bisa-bisanya Pak Ellio menolak perempuan secantik itu.""Kalian tahu sendiri gimana Pak Ellio. Dia gak pernah terlihat makan bersama orang lain selain dengan Pak Randy. Makan siang bareng klien saja ada Pak Randy yang menemani," ujar Kepala Editor yang duduk di kursi-nya."Menurut saya keterlaluan, Bu. Gimana kalau kali ini kita juga kehilangannya? Betapa hebatnya perusahaan ini kehilangan tiga Penulis terbaiknya dalam waktu yang cukup singkat.""Sebaik
Baca selengkapnya
Obrolan Ringan
Dapat Ellio rasakan sesuatu yang bergerak pada salah satu bahu. Alih-alih terbangun, Riehla hanya membenarkan letak kepalanya. Mencari kedamaian. Datang seorang Pramugari yang membawakan minuman Ellio. Saat Ellio sedang meminumnya, mata yang sebelumnya terus tertutup perlahan terbuka. Terlonjak kaget saat mengetahui apa yang tengah terjadi. "Maaf, Pak. Saya gak sengaja tidur di bahu Bapak." Dengan wajah takut dan merasa bersalah.Ellio menoleh ke arah Riehla. Hanya sekedar menatap sebelum pria itu berlalu dari hadapan Riehla. Riela beberapa kali memukul pelan kepalanya, merutuki kebodohan yang tidak disengaja. Riehla pikir Ellio pasti sangat terganggu. Bagaimana mungkin baik-baik saja.Beberapa saat kemudian...Mengetahui posisinya, seperti biasanya Riehla memilih berjalan di belakang Ellio. Tentu ia merasa tidak pantas berjalan di samping Ellio. Walau mungkin di mata Tuhan mereka setara, tapi inilah hidup. Pasti akan ada rasa dimana tidak pantas dan sebagainya.Masuk ke dalam taksi.
Baca selengkapnya
Rasa Bersalah
Setelah apa yang terjadi, membuat jangungnya berdegup dua kali lipat serta hati yang sedikit pun tidak tenang, Riehla membiarkan dirinya tertidur di sofa dengan posisi duduk. Tiba-tiba saja ia merasa ngantuk. Perlahan mata Riehla terbuka. Hal pertama yang ia perhatikan adalah mengecek keadaan Ellio. Apakah Bos-nya itu sudah sadarkan diri.Berjalan ke arah Ellio yang kedua matanya masih menutup. "Aku benar-benar gak tahu kalau Pak Ellio punya alergi," gumam Riehla dengan nada pelan. Walau itu semua bukan salahnya, lebih tepatnya tidak ada yang salah sama sekali di sana, Riehla tetap merasa bersalah. Ada perasaan bahwa ia perlu bertanggung jawab.Perlahan mata itu terlihat terbuka. Manik mata mereka bertemu. "Saya kira saya sudah meninggalkan bumi," ujar Ellio dengan suara pelan."Bapak gak boleh ngomong gitu!" Jika yang dipikirkan Ellio terjadi, maka orang pertama yang akan menyalahkan dirinya sendiri adalah Riehla."Kamu gak perlu merasa bersalah. Bukan salah kamu. Kamu bahkan gak tah
Baca selengkapnya
Siapa yang Suka Riehla?
Berjalan ke arah Riehla sembari membuka jas yang sedari tadi ia pakai. Bukannya menaruh di sofa, pria itu memakaikannya pada Riehla yang padahal sudah sedikit hangat dengan hoodie yang dikenakannya. Memperhatikan perempuan yang usianya 1 tahun di bawahnya. Alih-alih duduk di samping Riehla yang masih cukup lega, Ellio kembali duduk di kursi.***Pagi telah datang menyapa Riehla yang terbangun lebih dahulu dari yang lain. Mendapati sebuah jas yang menutupi badannya. Tentu Riehla tahu siapa pemiliknya. Menoleh ke arah Randy yang masih tidur di kursi. Bukankah itu lebih terasa tidak nyaman dari di sofa? Padahal Riehla sudah menyisakan ruang untuk manusia dingin kedua itu.Mata yang terbuka selanjutnya adalah Randy. Dilihatnya Ellio yang masih tertidur, dan saat menoleh ke arah Riehla, perempuan itu tengah menatapnya. "Terima kasih atas jas-nya." Menaruh jas yang sudah dilipat di atas meja. Lalu, dapat Ellio rasakan perutnya yang terasa perih. Butuh asupan. Mengambil handphone yang berada
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status