Share

4. Punya Rekening

Author: El GeiysyaTin
last update Last Updated: 2022-11-15 00:26:07

Punya Rekening

“Aku sudah mau mengaku di depan semua orang sebagai suamimu, dan kau masih bilang tidak menikmati tubuhku?”

“Cuma akting! Ingat itu Cuma akting!”

“Aku tidak mau tahu, kau harus membayar lima ratus ribu atau aku bongkar semua kebohongan ini sekarang juga!”

Ancaman Jayid sukses membuat Nawa takut dan panik, dan dia langsung melambaikan tangannya sebagai isyarat dia tidak mau.

“Baiklah, baiklah, kirim nomor rekeningmu, dan aku akan mentransfer uangnya, kalau aku sudah punya!” kata Nawa pada akhirnya.

“Bayar sekarang juga!”

“Sekarang aku tidak punya uang, sialan!”

“Aku tidak punya rekening, jadi bayar saja kalau kau punya uang, berikan nomor ponselmu!” kata Jayid sambil mengeluarkan ponsel dan memberikannya pada Nawa.

Nawa mengambil ponsel dari tangan Jayid dan mengetikkan nomornya sendiri. Setelah itu, Jayid memanggil nomor yang sudah diketik Nawa, hingga tersambung ke ponsel dalam tas Nawa.

“Ingat, jangan mencoba mengganti nomormu atau kabur dariku, aku bisa mengadukanmu ke polisi atas pencemaran nama baik! Apa kau mengerti?”

“Iya, iya! Cerewet!”

Nawa tertegun dan heran, mengapa seorang pria bayaran mau melaporkan dirinya dengan tuduhan melakukan pencemaran nama baik.

“Memangnya apa baiknya, dia Cuma pria sewaan, sampai merasa di cemarkan namanya?” pikir Nawa lagi, sambil tersenyum merendahkan.

“Dan, ingat kau harus membayarnya dalam waktu satu Minggu!”

“Hai! Aku baru gajian bulan depan, mana bisa aku bayar uang sebanyak itu dalam seminggu?”

“Aku tidak peduli! Mana ada gigolo dibayar nyicil?” Jayid berkata sambil mencolek hidung Nawa, memperlihatkan lagi cincin di jarinya, sebelum melangkah pergi.

“Hai! Apa kau berasal dari keluarga Solomon?” tanya Nawa.

“Bukan urusanmu, aku Cuma orang sewaan dan suami palsu, jadi untuk apa kau tahu?”

“Dasar gigolo sialan!” kata Nawa sambil mengentakkan kakinya.

Setelah Jayid menghilang dari pandangan, dia mencoba menghubungi Neti, tapi ponselnya tidak aktif dan pesannya pun tidak di balas.

“Ke mana anak itu, sih? Awas dia kalau sampai salah orang, malu aku. Mana sekarang aku punya utang lagi! Akh ....!” gumam Nawa seorang diri.

Nawa berjalan sambil mengingat kembali bentuk cincin yang terlihat di matanya, saat jari Jayid mencolek hidungnya tadi.

Sesampainya di rumah sederhana peninggalan kedua orang tuanya, Nawa mencari sesuatu, membongkar isi laci dan lemari di kamar yang dulu ditempati oleh ibu dan ayahnya. Semua barang keluar dari sana, hingga tampak begitu berantakkan. Namun, akhirnya dia bisa menemukan benda yang dicarinya.

Sebuah cincin perak dengan ukiran singa di atasnya, pada mata singa ada batu kecil berwarna merah.

“Mungkin, ini kebetulan saja dia memiliki cincin yang sama dengan Ayah, tapi aku merasa aneh.” Nawa bermonolog.

Dia memasukkan cincin itu ke dalam tasnya dan kemudian membereskan tempat tidur yang, sudah dibuat acak-acakan.

“Kenapa acak-acakan begini, Na, apa terjadi sesuatu?” kata seorang pria bertubuh gempal sambil berkacak pinggang di hadapan Nawa. Dia kakak Nawa satu-satunya, Rasyid, yang tinggal bersama setelah kedua orang tua mereka tiada. Dia sangat menyayangi Nawa, sebagai amanah dari ayah ibu, yang harus dijaga sampai wanita itu menemukan pendamping hidupnya.

“Hehe, Kakak udah pulang?” Nawa menjawab pertanyaan Kakaknya dengan pertanyaan pula.

Dia kemudian duduk di sisi tempat tidur, milik ayah dan ibunya di kamar itu, sambil menceritakan pengalamannya tadi di pesta pernikahan Marhan, dan pertemuannya dengan Jayid, yang memakai cincin yang sama dengan milik ayah mereka.

Cincin itu sengaja dibuat oleh sang kakek dengan maksud mengabadikan persahabatannya dengan seorang teman bernama Solomon. Mereka sepakat memberikannya secara turun temurun kepada anak cucu.

Namun, di tengah perjalanan, sebuah kejadian menewaskan kedua orang tua Nawa secara misterius, sedangkan polisi menemukan cincin itu di lokasi kematian mereka.

“Siapa orang itu?” tanya Rasyid.

Nawa tersadar saat mendengar pertanyaan Kakak laki-lakinya tentang pria sewaannya tadi, karena tidak tahu siapa namanya.

“Aku tidak tahu, cuman melihat saja!” jawab Nawa tidak ingin mempermasalahkannya lebih jauh. Biar bagaimanapun, peristiwa itu sudah terjadi belasan tahun silam.

“Oh, ya sudah ... mandi sana, ganti baju, berarti sukses kan, rencananya, mempermalukan Marhan?”

“Iya, Kak!”

“Ya! Syukurlah kalau sukses, pasti Marhan malu dan menyesal sudah melepaskan perempuan secantik adikku!”

“Akh, Kakak bisa saja!”

“Apa suami bohonganmu itu tampan? Siapa tahu kau benar-benar berjodoh dengannya!”

Nawa hanya mengedikkan bahunya saat Rasyid berkata demikian, tentu saja dia tidak mau menjadi istri seorang gigolo, yang pastinya punya banyak penyakit menular. Namun, dia tidak bercerita kalau dia memiliki utang.

Hari sudah malam saat Nawa menerima panggilan dari nomor yang tidak dikenal. Dia sedang makan malam dengan nasi goreng bersama Rasyid di ruang tamu rumah itu.

“Halo!” kata Nawa di sela-sela makan.

“Ingat, sekarang sudah malam, jadi, waktumu tinggal enam hari lagi untuk membayar utang!” kata suara di balik telepon.

“Ya! Aku tahu!”

Nawa menutup panggilan secara sepihak, seraya melanjutkan makan malam, dan saat Rasyid menanyakan siapa orang yang menghubunginya, gadis itu hanya menjawab bahwa, yang menelepon adalah temannya.

❤️❤️❤️

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Suami Bohongan   Extra Part 20

    Extra Part 20Di negara Singare, Jayid dan Nawa duduk di tepi pantai yang indah, mereka sudah cukup jauh berjalan. Dua orang itu duduk tanpa alas di atas pasir dan memanjangkan kaki, menghadap ke arah laut dengan ombak yang kecil. Sementara Rasyid dan Latisha masih meneruskan langkah mereka sambil bergandengan tangan. Tidak ada beban bagi keduanya karena seolah-olah dunia adalah milik mereka berdua. Saat berencana untuk pergi berbulan madu, sebenarnya Tina ingin ikut juga tetapi dengan keras Latisa menolaknya. Ia tahu adik kembarnya itu akan sangat mengganggu. Lalu, yang ia lakukan hanya meminta Tina untuk menghabiskan waktu bersama dengan Edo. Latisa tidak menampik jika kehadiran laki-laki itu, sangat membantu dalam mengatasi sikap Tina yang kadang-kadang sulit ditebak. Walaupun, baru saja bertemu, Tina sudah merasa cocok dengan Edo, begitu pula sebaliknya. Baik Latisa maupun Rasyid, hanya berharap kelak mereka bisa menjadi pasangan, yang saling mengasihi satu sama lain.Angin

  • Terjebak Suami Bohongan   Extra Part 19

    Extra Part 19“Ya, tentu, ceritakan pada kami!” sahut Rasyid, tanpa mengalihkan tatapannya pada Edo.Edo jadi salah tingkah, ia melihat pada tiga orang itu yang juga melihatnya seperti dirinya adalah hantu yang baru keluar dari dalam kubur.“Sebenarnya, apa kalian punya masalah denganku, atau kita pernah bertemu sebelumnya?” tiba-tiba Edo bertanya, sambil melepas topi dan menyimpannya di atas meja. Ia punya perasaan tidak enak terhadap ketiga orang itu. “Bukan! Kita belum pernah bertemu, tapi ada orang yang mirip sekali denganmu dan dia sudah mati!” kata Nawa terus terang dengan Edo. Ia merasa tidak perlu lama-lama berbicara dengan pria seperti itu karena cukup menyebalkan, dan khawatir bayinya akan mirip.Edo tiba-tiba tertawa, dan ia berkata, “Wah! Benarkah? Aku akan tersanjung karena itu berarti ada orang yang sama tampannya denganku, begitu?”Nawa memalingkan pandangan mendengar ucapan Edo itu, sedangkan Jay justru melotot padanya.“Siapa orang yang kau maksud itu?” Tina be

  • Terjebak Suami Bohongan   Extra Part 18

    Extra Part 18“Ayo nanti temui dia sama-sama!” bunyi pesan Rasyid pada ponsel milik Jayyid.“Baiklah!” Makan malam telah selesai. Rasyid meminta izin untuk tetap berada di ruang perjamuan dan menyuruh istrinya, untuk beristirahat dan menunggunya di kamar pengantin mereka. Beberapa saudara dan kerabat yang rumahnya jauh, sudah lebih dulu pergi meninggalkan gedung itu. Namun, masih ada yang bertahan karena mereka ingin menghabiskan malam dengan makan dan minum. Ada juga yang ingin bernyanyi dengan grup idola mereka. Suasana gedung sudah sedikit lengang, hanya ada beberapa kerabat yang duduk di meja-meja bundar dengan pasangan dan teman mereka masing-masing.Latisha kembali ke kamar hotel, tempat di mana ia dirias dan bergantian pakaian. Di kamar itu pula ia akan bermalam dengan sang suami sebagai pengantin baru.Rasyid masih ingin memastikan sesuatu dan ia tidak ingin Latisha tahu masalah itu. Ia ingin istrinya tetap konsentrasi pada malam pertamanya nanti.Saat itu, Nawa Jayid

  • Terjebak Suami Bohongan   Extra Part 17

    Extra Part 17Tina menatap Jayid dengan tatapan mata tidak percaya.“Jadi, kalau kau tidak ingin celaka, maka menjauhlah dariku!” kata Jayid sambil menyeringai. Ia melihat perubahan pada raut wajah Tina dan merasa puas, karena tipuannya berhasil untuk mengelabuhi gadis itu agar menjauh darinya. Ia benar-benar tidak tahan dengan sikap vulgar yang ditunjukkan Tina tentang perasaannya.Bagaimana mungkin ada seorang wanita yang begitu membuka diri, dan tidak tahu malu mengakui perasaannya dengan cara yang aneh seperti Tina.Tina membuang pandangan, lalu pergi meninggalkan Jayid yang sudah selesai mengambil buah segar. Gadis itu menemui Misella yang sekarang menjadi sangat dekat dengannya. Hasil latihan yang dilakukan kakak ipar Nawa itu mulai terlihat, dari cara Tina membawa diri dan berkata-kata. Gadis itu sedikit lebih tenang. Hanya masalah perasaannya pada Jayid yang masih sama.Namun, masih panjang perjalanan Tina untuk menjadi seorang model. Misella baru mengajarkan bagaimana g

  • Terjebak Suami Bohongan   Extra Part 16

    Extra Part 16“Jadi, kapan aku bisa mulai jadi model?” tanya Tina antusias, “apa aku bisa mendapatkan uang banyak kalau aku berhasil?”“Tentu saja, tapi bukan hari ini ... kau akan siap kapan? Bagaimana kalau kau besok? Aku akan menjemputmu!” sahut Mishella tak kalah antusiasnya.“Besok?” tanya latisha dan ibunya secara bersamaan.Baik Nawa, Mishella dan Tina, sama-sama menoleh ke arah dua orang yang duduk berseberangan itu.“Oh, ya! Maafkan aku, seharusnya aku membicarakan hal ini dengan kalian lebih dulu ... bagaimana kalau besok, apa kalian mengizinkan aku membawa Tina ke sekolah itu?” tanya Mishella, dua wanita yang menjadi ibu dan anak itu pun mengangguk setuju.Mereka akhirnya mempunyai kesepakatan dan pembicaraan serta pertemuan itu pun berakhir. Misela akan menjemput Tina keesokan harinya di rumah itu.Misella dan Nawa akhirnya berpamitan dan pulang, setelah merasa cukup puas untuk membuat kesepakatan.Setelah berada di dalam mobil yang dikendarai oleh sopir dengan kece

  • Terjebak Suami Bohongan   Extra Part 15

    Extra Part 15“Tina! Apa kau mendengar semuanya?” tanya Latisa, wajahnya terlihat khawatir pada saudara perempuannya itu. Ia pikir Tina belum pulang dari rumah jompo untuk merawat ayah angkatnya.“Ya!”Tina mendekat sambil menganggukkan kepala, ia sudah pulang dari rumah jompo beberapa saat yang lalu. Namun, ia langsung menuju dapur saat turun dari mobil yang mengantar ke mana pun ia pergi, sejak secara resmi menempati rumah keluarga aslinya. Gadis itu membawa ikan besar yang ia beli saat lewat di pasar tadi. Ia jarang bepegian dan melihat sesuatu yang menarik, hingga saat melihat ikan besar dijual di pasar, ia langsung membelinya. Ketika pulang tadi, kebetulan mobil melintas di jalanan yang macet karena ada keramaian rakyat menengah ke bawah di pasar, keramaian kota yang jarang ia lihat sebelumnya.“Apa yang kau lakukan tadi, kenapa bajumu basah?” tanya Latisha, dia sungguh tidak terbiasa melihat orang-orang di sekitarnya, dalam keadaan kotor atau tidak rapi seperti Tina. Padaha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status