Share

5. Pengasuh Bayi

Pengasuh Bayi

 

Keesokan harinya, Nawa berangkat untuk bekerja menjadi seorang pengasuh, pada keluarga Misela. Seperti biasa dia diantar oleh Rasyid sampai di pintu gerbang rumah mewah itu, sekaligus melanjutkan perjalanan ke tempatnya bekerja di sebuah perusahaan swasta.

Sebenarnya, Rasyid mampu menanggung kehidupan mereka berdua, hingga Nawa tidak perlu bekerja, tapi, adik perempuannya tidak mau. Dengan alasan, tidak akan selamanya bergantung pada sang kakak, karena dia pun harus kuat seorang diri bila Rasyid menikah suatu hari nanti.

Nawa tidak memiliki ijazah sarjana karena dia berhenti kuliah saat kedua orang tuanya tiada. Jadi, dia memilih menjadi pengasuh anak di keluarga kaya itu, untuk menyambung hidup. Apalagi dia memang menyukai anak-anak.

Gadis itu beraktivitas seperti biasa begitu sampai di sana, membersihkan dan memberi makan si kembar, Anna dan Anne, yang sekarang sudah berumur tiga bulan.

Soyu, teman seprofesinya sudah tiba lebih dulu. Mereka bekerja sejak bayi kembar perempuan itu dilahirkan, oleh Misela, yang berprofesi sebagai foto model terkenal di kota mereka.

Tanpa Nawa sadari, ada seorang pria yang mengamatinya sejak dia muncul di taman samping rumah untuk menyuapi Beby Ane bersama Soyu, sambil mendorong kereta bayi kembar itu.

“Kakak, apa aku bisa meminta semua data dari para pelayanmu di sini?” kata Jayid di telepon, sambil berdiri di sisi jendela kamarnya di lantai dua. Dia baru datang tadi malam, karena Misela—kakaknya, memintanya untuk menginap barang semalam, karena kesibukan membuat adiknya itu jarang sekali berkunjung.

“Kenapa kau tidak turun untuk sarapan? Kenapa kau bertanya soal pelayanku?” jawab Misela dari ponsel, saat itu dia dan suaminya tengah menikmati sarapan sebelum melakukan aktivitas masing-masing.

“Sepertinya .. tahun ini aku  ingin menginap di rumahmu lebih lama dan tentu saja aku membutuhkan data itu! Kau tahu, kan, aku sangat teliti dengan orang-orang di sekitarku?”

“Apa kau masih penasaran dengan keluarga Lawira? Ayolah, ini sudah belasan tahun, kita tidak perlu meneruskan tradisi keluarga konyol itu! Cari saja wanita lain untuk kau nikahi. Bagaimana kalau ternyata keluarga itu tidak memiliki seorang pun anak wanita? Lupakan saja!”

Mencari data beberapa orang yang ada disekitarnya, adalah kebiasaan Jayid sejak beberapa tahun terakhir setelah dia lulus dari program strata duanya.

“Bukan begitu, aku hanya sudah terbiasa saja. Oh iya, katakan pada Jonu, aku tidak akan sarapan hari ini!” Jayid berkata bukan tanpa alasan, dia tidak begitu menyukai kakak iparnya yang terlalu berlebihan dalam memuji semacam penjilat saja.

“Lebih baik tidak usah menginap, kecuali kau memang peduli denganku, dasar konyol!”

“Baiklah, kalau kau tidak mau memberiku data, aku akan menginap di hotel dan tidak akan peduli lagi dengan perusahaan untuk selamanya!”

Jonu dan Misela—istrinya, menarik napas panjang mendengar ancaman Jayid yang keras kepala. Akhirnya dia memberikan apa yang diinginkan Jayid, sebelum berangkat bekerja, dan Misela pun pergi untuk melakukan pemotretan.

Di kamar itu, Jayid membaca dokumen milik Nawa sambil menatapnya lekat, hanya wanita itu yang tidak mencantumkan nama belakang pada data pribadinya. Pria itu turun dari lantai dua, setelah beberapa jam kemudian.

Nawa sempat menangkap bayangan seorang pria yang keluar dari rumah, membuatnya heran. Namun, karena situasi tidak berubah atau mencurigakan maka, dia pun mengabaikannya. Dia belum pernah melihat orang lain di rumah itu sejak dia mulai bekerja.

Demikianlah hari-hari berlalu di rumah itu, hampir setiap hari Nawa melihat bayangan seorang pria yang masuk atau keluar rumah tanpa permisi, disaat rumah dalam keadaan sepi. Jika dia menanyakan hal itu pada orang-orang di sekitar maka, mereka hanya menjawab tidak tahu saja.

Setiap malam pula, Nawa menerima telepon dari pria sewaannya yang, mengingatkan tentang utang.

Sampai tiba saatnya Nawa harus melunasi utangnya pada Jayid hari itu. Namun, sejak semalam dia tidak menerima panggilan atau pesan apa pun, mengenai tempat di mana mereka akan bertemu.

Padahal, hari ini dia akan sangat sibuk mengurus baby twins dan mengawasinya, karena mereka akan diajak untuk pergi pada acara perhelatan memperingati berdirinya perusahaan Alrazee.

Nawa dan Soyu sudah memakai seragam baru dan berdandan lebih rapi dari biasanya. Walaupun, mereka hanya seorang pengasuh di sana, tapi, tetap harus terlihat baik, hingga pantas menjadi pelayan di keluarga Razee.

Pekerjaan mereka hanya mendorong kereta, ke mana pun pasangan Jonu dan Misela berjalan pada acara itu, kecuali saat berada di atas panggung. Saat sang CEO Perusahaan memperkenalkan putri kembar keluarga Razee sebagai keturunan yang, kelak akan meneruskan estafet dalam mengelola perusahaan.

Misela memilih menjadi foto model sesuai profesi yang dia sukai sedangkan perusahaan dia serahkan sepenuhnya pada Jayid—adiknya.

Saat acara itu berlangsung baik Nawa dan Soyu tidak ada di sana karena kebetulan pergi ke toilet. Sementara mereka sedang tidak dibutuhkan untuk melayani dan membantu majikan wanitanya mengurus sang buah hati.

Disela-sela kesibukannya itu, Nawa menerima panggilan dari nomor telepon yang setiap malam selalu menghubunginya, untuk menagih utang.

“Di mana kamu? Bayar utangmu sekarang juga!” kata suara di telepon.

 

❤️❤️❤️

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status