Share

Bab 5

Penulis: ning idos
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-04 11:06:48

Malam ini seperti biasa aku tidur sendirian tanpa Kelvin. Termenung meratapi nasib yang seolah mempermainkan hatiku. Entah sampai kapan aku akan bertahan dalam rumah tangga yang seperti ini. Setiap malam selalu kesepian. Tidak ada tempat untuk berbagi keluh kesah.

Jordan..

Sebuah nama yang saat ini mampu mengubah segala kehidupanku. Membuat hari-hari penuh senyum dan bahagia. Jordan selalu pandai untuk mengembalikan mood aku menjadi baik. Dengan obrolan yang kocak, mampu membuat aku terhibur dan balas dengan saling bercanda. Ya walaupun semua hanya lewat telpon atau sekedar chat unfaedah. Tapi bersamanya aku merasa bahagia.

"Sayang, ayolah kapan-kapan kita keluar bukan sekedar makan. Aku ingin lebih leluasa memandang wajah kamu." Ujar Jordan di ujung seberang. Aku menghela nafas kasar. Haruskah ini akan terjadi?

"Sayang? Kamu masih disana kah? Kok diem?" Tuturnya lagi.

"Iya mas, aku di sini kok. Hmm, masalah itu aku pikirkan dulu ya?" Jawabku lirih dan sangat hati-hati takut menyinggung Jordan.

"Boleh aku tanya sesuatu yank?"

"Boleh kok mas. Kamu mau tanya apa?" Jawabku lagi sambil membetulkan posisi tidurku menjadi duduk bersandar di sisi ranjang.

" Kamu cinta nggak sama aku?" Tanya Jordan yang membuat aku tersenyum geli mendengarnya.

" Kamu ngomong apa sih mas? Jelas saja aku mencintaimu sayangku. Aku selalu ada disaat kamu ingin telpon aku. Aku selalu dengan cepat balas chat kamu walaupun aku lagi bersama keluarga aku. Kenapa kamu masih mempertanyakan itu sayang?" Jawabku dan balik bertanya kepada Jordan.

"Kamu mau melakukan apa saja buat aku? Buat perjuangan hubungan kita?" Tanyanya lagi.

"Pertanyaan aneh apalagi ini mas? Selama aku bisa melakukan hal agar kita tetap bersama, aku akan lakukan apapun itu." Jawabku mantap agar Jordan percaya dengan ucapanku saat ini.

"Termasuk kita check in?" Pertanyaan yang membuat aku tercekat sulit menelan saliva. Aku terjebak dengan pertanyaan yang di buat Jordan.

"Kenapa hubungan kita harus berakhir di ranjang mas?" Aku balik bertanya ke Jordan. Aku mendengar hembusan nafas yang berat di ujung telpon.

"Karena aku ingin menjadi prioritas utama di hatimu sejajar atau bahkan lebih di atas Kelvin." Jawaban yang sungguh di luar dugaan ku. Wajahku seketika memanas. Ada rasa bahagia yang tersirat di lubuk hatiku. Bahagia rasanya di cintai oleh dua orang sekaligus.

"Baiklah ayangku jika itu membuatmu yakin akan perasaan aku terhadapmu bukanlah sekedar main-main." Akhirnya akupun menyanggupi ajakan Jordan. Entah bagaimana aku harus meminta ijin pada Kelvin nantinya.

"Trimakasih ya sayang, aku mencintaimu." Ucapan terakhir sebelum Jordan menutup telponnya.

Aku termangu sendiri merutuki kebodohanku. Tidak seharusnya aku mengiyakan ajakan Jordan. Apakah cinta harus di definisikan dengan cara berakhir dalam penyatuan keringat di atas ranjang?

******

"Mam, liburan semester ini boleh ya aku kerumah eyang uti. Kangen ma, udah lama banget kita tidak pulang kampung. Sejakawal covid kita tidak pernah kerumah eyang uti mam." Ujar Farah di sela-sela obrolan saat sarapan sebelum berangkat ke sekolah.

"Kalau mami sih oke-oke saja dek. Tapi tanya papi dulu saja ya untuk keputusan akhirnya." Jawabku seraya menyuapkan makan ke mulutku. Aku melirik Kelvin yang tak bergeming sambil fokus menyantap makanan kesukaannya.

"Boleh ya pap? Lagian kasihan eyang uti sama eyang Kakung berduaan terus di masa tuanya." Jelas Farah menjelaskan keinginannya agar dapat persetujuan dari Kelvin.

"Iya sudah. Tapi papi tidak bisa antar kamu. Biar kakakmu yang antar ya?" Kelvin menyetujui permintaan Farah anak kesayangannya tersebut. Seketika Farah tersenyum senang.

" Farhan tidak bisa antar adek ke rumah eyang pi. Aku ada acara ke puncak B 29 sama teman-teman." Tolak Farhan seketika dengan raut wajah yang kesal.

"Terus kamu mau membiarkan adek kamu berangkat sendirian begitu? Adek kamu itu masih SMP. tidak baik keluar kota sendirian. Orang cuma 2 jam perjalan dari sini ke rumah eyang utimu." Cerocos Kelvin sedikit membentak anaknya.

Anak-anak mulai terdiam mendengar suara bariton Kelvin yang sedang ngomel. Mereka sudah hafal kebiasaan Kelvin jika marah. Akan terus mengomel sepanjang hari kalau sedang di bantah.

"Ehem.. baiklah kalau memang kakak tidak bisa antar adeknya ke rumah eyang uti. Biar mami saja yang mengantar adek. Sekarang kalian selesaikan sarapannya. Udah gitu langsung berangkat ya, takut terlambat." Aku akhirnya memberikan jalan tengah buat anak-anak.

" Tidak usah gitu mam, biar Farah liburan di rumah saja." Tutur Farah pelan.

" Sudah dek, kamu tetap liburan. Biar kakak antar kamu." Jawab Farhan cepat tapi wajah masih tetap di tekuk.

"Tadi di suruh, nolak. Sekarang giliran mami kalian yang mau antar, banyak drama." Dengan sinis Kelvin menatap ke dua anaknya.

" Sudah sudah berhenti debatnya. Mami yang antar ke rumah eyang nanti. Tidak ada penolakan dan tawaran. Ini sudah keputusan. Sekarang kalian buruan berangkat kesekolah." Timpalku menengahi perdebatan.

Mereka akhirnya patuh dan berangkat kesekolah. Aku melanjutkan pekerjaan rumahku. Membereskan sisa piring kotor bekas sarapan kami. Setelah itu aku melanjutkan packing skincare. Karena ada janji dengan kurir yang akan menjemput paketan pagi ini.

"Kamu mau menginap di rumah ibumu mi?" Celetuk Kelvin yang sudah berada di depan TV sambil menghisap rokoknya dan membuat bola asap dari mulutnya.

"Iya, kebetulan aku kangen sama beliau. Kangen masakan ibu juga." Jawabku santai dengan masih menulis alamat paket customerku.

"Kenapa kamu membuat keputusan sendiri tanpa meminta persetujuan aku, suamimu." Tanyanya dengan kesal.

Sudah aku duga, ini akan menjadi sebuah masalah kecil yang akan di sulut Kelvin yang pada akhirnya menjadi sebuah masalah besar. Sudah terbaca dari awal aku mengambil keputusan untuk anak-anak pagi tadi.

"Ada kalanya aku akan mengambil keputusan tegas untuk anak-anak tanpa persetujuan kamu, pi." Jawabku datar dan bersiap menerima makian dari Kelvin nantinya.

"Oh sudah berani ngelunjak kamu ya, lupa surga itu ada di mana? Kamu tahu hukum agama kita yang menyebutkan bahwa ri,,,"

" Ridho Allah terletak pada ridho suami. Jika suami ridho, maka Allah Kan ridho." Potongku cepat. Karena aku tahu dalil itu yang akan Kelvin ucapkan sebagai senjata jika aku menolak apa yang Kelvin perintahkan.

"Kamu.... Ah sudahlah. Terserah, aku lagi malas berdebat sama kamu. Makin hari kamu makin sering membantah. Setan apa yang mempengaruhi kamu saat ini hah." Bentak Kelvin yang hampir kehabisan kata-kata buat membungkam mulutku. Aku hanya tersenyum menang dalam hati. Adakalanya memang kita harus sedikit memberontak agar tidak selalu tertindas.

"Itu hanya pikiran kamu saja. Aku merasa biasa saja kok. Aku bukan membantah. Hanya saja aku ingin meluruskan kekacauan yang ada tadi." Pungkasku lagi seraya merapikan alat packing yang sudah selesai aku kemas.

" Terserah kamu, mau kamu pulang ke ibumu. Mau kamu minggat, bodo amat. Aku capek ngadepin kamu yang sudah mulai berubah." Kelvin dengan kesal langsung berlalu begitu saja. Aku tersenyum menang. Akhirnya aku ada jalan menuju Roma. Eh, menuju ke hati Jordan.

Aku mengeluarkan ponsel dan mencoba menghubungi Jordan. Aku ingin memberi kabar baik yang akan membuat seorang Bripka Jordan bahagia mendengar kabar dariku. Tanpa sadar aku senyum-senyum sendiri membayangkan bagaimana wajah tampan Jordan yang akan tersenyum bahagia mendengar berita baik ini.

"Halo istri mudaku yang cantik. Tumben vidcall duluan. Kangen ya cantik?" Suara lembut Jordan membuat mood ku kembali membaik.

"Sayang, seminggu lagi aku akan antar Farah ke Surabaya. Kerumah ibu aku. Katanya dia mau liburan begitu. Kita bisa atur jadwal buat ketemuan yank." Aku mau naik bus nantinya.

Benar dugaan ku. Jordan tersenyum sambil menatap aku sayu. Membuat aku ingin meraup habis wajah itu seandainya ada di depanku.

"Tapi aku kangennya sekarang sayang." Jawabnya sedikit menggodaku. Aku tersenyum geli melihat mimik wajahnya yang di buat sok polos.

"Aku lagi halangan sayang. Tidak bisa ketemuan sekarang." Jawaban yang keluar dari mulut aku membuat Jordan menarik nafas panjang dan menghembuskan dengan kasar.

"Sekarang di kantor aku sendirian sayang. Teman-teman yang lain lagi pada di lapangan. Ada eksekusi pembongkaran mayat yang terbunuh oleh tetangganya itu." Jelas Jordan.

" Kamu kesini sebentar ya sayang. Aku kangen sekali sama kamu. Please,,,, aku lagi tidak enak badan ini. Kepalaku pusing yank." Lanjutnya lagi dengan wajah melas.

"Aku takut mas. Kalau ada yang tahu bagaimana? Tunggu seminggu lagi ya sayangku?" Tolakku kemudian. Tapi Jordan kekeh memaksa aku untuk datang saat ini juga dengan alasan laporan kehilangan nanti sewaktu-waktu ada yang melihat aku kantor Jordan. Dengan berat hati aku menyanggupi ajakan Jordan.

Di ruangan yang sedikit terbuka, Jordan memeluk aku erat. Menciumi setiap inci wajahku. Melumat habis bibirku yang sudah basah. Tangannya pun ikut meremas setiap area sensitifku. Sehingga aku melenguh menahan banyak rasa yang membuncah.

" Sayang, makasih sudah datang kesini. Aku bahagia sekali hari ini. Sakitku mendadak sembuh setelah kedatangan dokter cinta." Ungkapnya sambil menggigit telinga aku pelan. Aku menggelinjang menahan geli yang di buat oleh Jordan.

"Apapun asal kamu bahagia. Bukti perjuangan cinta ku." Sahutku yang tidak kalah gombal. Jordan terkekeh kecil mendengar gombalanku.

Dalam pangkuan Jordan, kami pun terlibat percakapan yang seru dan nyambung.

"Menstruasi biasanya terjadi dalam 7 hari kan ya yank? Kira-kira Minggu depan ketika kamu ke Surabaya, kamu sudah bersih nggak yank?" Tanyanya dengan suara parau menahan gejolak hasrat yang ingin tersalurkan.

"Iya jelas sayang. Aku biasanya menstruasi 5-6 hari. Tenang saja, pasti dapat kok." Jawabku sambil berkelakar dan pada akhirnya aku dan Jordan tertawa lepas.

Suara mobil Sabhara terdengar dari luar. Dengan cepat aku dan Jordan merapikan pakaian dan rambut yang sedikit acak. Jordan duduk sambil pura-pura mengetik. Sedangkan aku duduk di depan Jordan dengan gugup.

" Lho, ini kan Bu Kelvin, ada masalah apa Bu Kelvin di sini?" Tanya pak Matius dengan heran melihat aku di kantornya.

Mati aku, pak Matius teman bermain bulu tangkis Kelvin bisa satu shift dengan Jordan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak cinta semu sang polisi   BB 39

    Aku berada dalam dua pilihan yang sulit aku putuskan. Memiliki keduanya dengan kelebihan masing-masing itu adalah impian aku. Terkesan serakah memang aku. Tapi hatiku telah bercabang dan terbagi antara Fiona dan Tsania. Fiona yang keibuan dan sabar dalam menghadapi sifatku. membuat aku takut untuk kehilangan dia. Tapi Tsania dengan kecantikan dan goyangan yang membuatku candu akan tubuhnya, tak menginginkan aku untuk mengakhiri hubungan gelap ini. "Sayang, bagaimana kalau untuk sementara waktu kita nikah di bawah tangan dulu. Aku tidak mau kita melakukan dosa lebih jauh lagi. Sambil kamu menyiapkan perceraian kamu dengan istrimu itu. " usul Tsania tiba-tiba membuyarkan lamunanku. "Apa beb? nikah? jangan dulu lah beb. Kita pasti nikah. Tapi kita ga perlu nikah di bawah tangan segala. Aku sudah bilang untuk bersabar terlebih dulu beb. " elak ku dengan menutupi kegugupan yang menyerang hatiku. "Halah, selalu itu terus yang kamu bilang yank. Sabar, sabar dan sabar. Apa harus n

  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 38

    POV Kelvin " sayang,, kamu jangan pulang dulu. Aku masih kangen sama kamu." Rengek Tsania yang sedang bergelayut manja di lenganku. " Beb, jangan begitulah. Kamu tahu aku masih ada istri dan anak yang ada di rumah. Nanti mereka curiga kalau aku tidak pulang malam ini. " Tolakku halus. Sudah setahun lebih aku menjalin hubungan asmara dengan Tsania. Seorang gadis periang yang aku kenal saat motorku mogok kehabisan bensin diwaktu touring ke gunung Ijen. Seorang gadis tiba-tiba berhenti di sampingku dan menawarkan bantuan. Tanpa aku pinta, dia menawarkan diri untuk membelikan aku bensin eceran. Itulah awal pertemuan aku dengan Tsania. Sebagai ucapan rasa terimakasih aku yang sudah di bantu olehnya, aku mengajak Tsania untuk makan nasi goreng keliling yang kebetulan lewat. Siapa sangka, pertemuan yang tak sengaja membawaku pada sebuah hubungan yang terlarang bersama Tsania. Wajahnya yang cantik, periang dan memiliki wawasan yang luas membuat aku terpikat akan pesonanya. Awalnya aku men

  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 37

    Udara malam ini terasa sangat dingin setelah diguyur hujan sejak sore tadi. Suara nyanyian kodok saling bersautan menambah sunyinya suasana di sekitaran perumahan yang aku tempati. Aku termenung seorang diri di teras rumah. Menunggu Kelvin yang sedari tadi susah di hubungi. Ku lirik jam tangan sudah menunjukkan pukul 23.18 WIB. Seharusnya Kelvin sudah sampai rumah sejam yang lalu. Kemana dia?"Mami belum tidur? " Tanya Farhan yang tiba-tiba nongol dengan membawa dua gelas coklat hangat. "Biasanya habis hujan begini enaknya itu minum yang hangat-hangat mi." Ujarnya dengan menyodorkan segelas coklat hangat. Aku menerimanya sambil mengulum senyum. "Makasih ya kak." Farhan membalas dengan senyum. Aku kembali menatap lurus ke arah jalanan. Pikiran yang menumpuk di otak sangat menggangguku." Nungguin papi ya mam?" Tanya Farhan melirikku. "Hu'um." Jawabku sambil menyeruput coklat hangat. " Boleh mami tanya sesuatu kak?""Mau tanya apa mam?" Jawabnya dengan balik bertanya." Kalau boleh

  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 36

    POV Fiona " Mamiii,,," seru Farah lemah ketika melihatku di pintu UGD. Aku menghambur memeluk Farah yang baru sadar. Putri manjaku menangis dalam pelukanku. " Adek apanya yang sakit sayang?" Tanyaku setelah mengurai pelukannya. Aku meneliti setiap inci tubuh anak gadisku. Tangan dan kakinya terdapat luka lecet-lecet. " Tidak apa-apa mi, hanya luka ringan." Jawabnya sambil meringis. Aku mengelus rambut anakku. Mataku menoleh ke ranjang di depan Farah. Ada Farhan yang masih di jahit pelipisnya oleh pihak puskesmas. Aku mendekati Farhan dengan hati yang miris. " Maaf ya mam, Farhan belum bisa jaga adek dengan baik. " Ujarnya setelah selesai ia di jahit. Aku mencium keningnya sesaat. " Tidak ada yang perlu di maafkan kak. Ini musibah. Jangan merasa bersalah begitu. " Jawabku lembut dengan mengelus rambutnya. " Farhan, motor kamu mengalami kerusakan. Papi mau bawa ke bengkel motor langganan kamu. Oh ya, apa kalian sudah hubungin pihak sekolah kalau hari ini tidak bisa masuk?" Kelvin b

  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 35

    Aku membantu Almira menyiapkan perlengkapan Dira sekolah. Pagi-pagi aku sudah antri membeli sarapan untuk kami bertiga. Almira memang bisa di hitung kalau mau masak. Tidak seperti istri muda aku. Sesibuk apapun, selalu menyempatkan waktunya untuk menyiapkan makan untuk keluarganya. Ups,,, istri muda aku. Kedengarannya sangat menggelitik telinga. " Pa, habis antar Dira, langsung pulang! Jangan mampir kemana-mana dulu." Seru Almira saat aku tengah memanaskan mesin motor. " Iya. Kamu jangan balik tidur lagi. Mandi kek, atau beberes rumah gitu." Balasku dengan mengingatkan Almira akan tugasnya sebagai seorang ibu rumah tangga." Ogah." Cibirnya sambil masuk ke dalam rumah. Istri macam apa yang telah aku nikahi ini. Andai tidak memiliki ke tiga anak, sudah aku kembalikan ke orang tuanya. Hampir semua kerjaan rumah aku yang handle. Kalau aku suami pengangguran mungkin aku tidak akan mengeluh, tapi disini aku sudah menjadi suami yang tidak melalaikan tanggung jawab aku untuk mencukupi kelu

  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 34

    POV JORDANSetelah kejadian di puncak, aku semakin mencintai Fiona. Bukan hanya karena nafsu, tapi memang aku benar-benar mencintai dia. Karena kepribadian Fiona yang sangat menyenangkan. Bersama Fiona, aku merasa menjadi diri sendiri. Fiona yang humoris bisa mengimbangi sifat aku yang sebenarnya suka bercanda. Tapi sayangnya aku hidup dengan istri yang selalu serius dalam hidup. Susah diajak bercanda. Yang ada omelan yang kerap aku dapatkan. Tapi aku adalah seorang suami yang tidak suka mencari keributan, jadi jika istriku Almira suka uring-uringan, aku tidak pernah menanggapi. Memilih keluar rumah mencari ketenangan dengan kumpul bersama para pecinta burung.Sore ini Dira memaksa makan di gacoan. Almira juga merengek mengajak jalan-jalan. Kebetulan aku sedang tidak dinas, jadi aku menyanggupi ajakan Almira dan Dira. Kami menikmati makan dengan santai. Sesekali Dira bertingkah berlarian kecil. Aku hanya memantau saja. Wajar menurut aku,anak sekecil Dira bertingkah seperti itu. Tapi s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status