Enrah karena sudah dua kali menghadapi situasi ini, Nela terlihat sangat tenang, dia bergegas ke sebelah kamar mengambil tas ranselnya yang berisi obat. Nela tak menghiraukan bunyi mobil yang berhenti tepat di depan rumah. Gadis cantik ini kembali ke dalam kamar, dengan sangat hati-hati dia membuka kemeja Nathan."Bantu aku membuka seluruh pakaiannya kak," pinta Nela pada Rafik. Dia menutupkan selimut ke tubuh Nathan agar tubuhnya masih tetap tertutup walau seluruh pakaiannya di buka.'Apa yang terjadi?" tanya paman Badar yang kini berdiri di depan pintu."Paman, bantu aku membalurkan bubuk ini ke tubuh bagian bawahnya kak Nathan," pinta Nela yang sudah menghafal suara paman Badar tanpa harus menengok ke belakang.Tanpa banyak bicara paman Badar segera menghampiri Nela, dia mengambil obat dari ransel Nela dan mulai membalurkannya ke seluruh tubuh Nathan.Dalam beberapa detik Nela menemukan dua jarum yamg tertancap di dada dan leher Nathan."Lihatlahlah jarum seperti ini paman, siapa t
Lady Sina bagai tersengat aliran listrik ribuan volt, dalam penglihatan batinnya Nathan sedang duduk bersila melakukan meditasi, tubuhnya terlihat kurus tapi segar di bandingkan dengan Nathan yang diserangnya di dunia manusia.Lady Sina mengurungkan niatnya untuk menemui Raja, dia harus menemui mata-matanya di dapur istana, siapa tau dia akan mendapatkan petunjuk.Jika benar ini Nathan, lalu siapa yang berada di dunia manusia? Pikir Lady Sina.Dia bergegas menuju dapur istana, semua dayang maupun prajurit yang berpapasan dengannya tetap mengangguk hormat padanya. Dengan demikian Lady Sina merasa masih aman, tak ada yang tau penghianatannya. Jika Raja tau sudah pasti keberadaannya di kerajaan Goro tidak akan aman.Mata-mata Lady Sina menghampirinya, dia terlihat sangat gembira melihat dayang tertua di istana datang menemuinya, sudah pasti dayang cantik itu akan memberinya perhiasan seperti sebelum-sebelumnya. Mereka tak tahu jika pasukan Elite mengawasinya."Bisakah kau menceritakan pa
Akhirnya Nathan mengikuti Abilon menuju lapangan. Dari jauh Nathan tak melihat apapun."Kata paman, Lady Sina terperangkap di lapangan. Mana dia? Bahkan perangkap kaca yang kau ceritakan juga tak ada. Jangan-jangan dia sudah melarikan diri," ucap Nathan.Putera Mahkota tertawa lalu mengusap wajah Nathan. Kini Nathan bisa melihat dari jauh sebuah kaca berukuran besar, di dalamnya dayang istana tertua kerajaan sedang duduk bersila. Tak ada yang bisa melihat perangkap itu kecuali orang-orang tertentu saja, itupun atas ijin Raja dan Putera Mahkota."Baguslah! Tapi jika Lady Sina kembali lalu dimana Raja'?" Nathan menghentikan langkahnya sambil melayangkan pertanyaan pada Abilon.Putera Mahkota ikut berhenti dan menatap Nathan yang sedang kebingungan."Sudah past Raja di balairung istana," jawab Putera Mahkota meyakinkan."Apakah kau sudah melihat Raja secara langsung bebera hari ini? Dengar paman! Lady Sina tak akan kembali ke kerajaan dengan tangan kosong. Artinya dia kembali karena tela
Sudah seminggu Nathan terbujur kaku di Rumah Sakit, setelah Nela mengeluarkan semua racun dari dalam tubuhnya nyawanya masih tertolong tetapi kondisinya masih sangat kritis. Ada yang mengganggu pikiran Nela, sampai saat ini tindakan transfusi darah tidak bisa di lakukan karena golongan darah Nathan tidak di temukan lagi."Paman, sepertinya dia bukan Nathan!" kata Nela saat dia dan paman Badar kebingungan dengan situasi ini.Badar terhenyak dan mendongak, di tatapnya Nela lalu mengarahkan kembali pandangannya kepada Nathan yang terbujur kaku di atas ranjang pasien dengan selang infus yang menempel di tangan."Jika dia bukan Nathan lalu siapa? Dan dimana Nathan?""Paman lihatlah di atas bibirnya yang di bawah hidung, tak ada lekukan di sana, sepertinya dia dari dunia lain menggantikan posisi kak Nathan, aku yakin kak Nathan sekarang ada di dunia lain itu," ucap Nela.Hanya mereka berdua yang berada di dalam ruangan menjaga Nathan sehingga mereka bebas membicarakan kondisi Nathan yang ses
Dengan sangat cekatan, Nela memasukkan obat ke mulut Raja sampai semua larutan obat itu tertelan. Dan hanya beberapa menit kemudian Raja segera siuman."Kalian? Ah...dimana Lady Sina? Dia hampir saja membunuhku," katanya dengan geram sambil berusaha untuk bangun."Jangan bangun dulu kak, aku akan meminta perawat untuk mencabut alat-alat ini," cegah Nela."Begini saja dek, kau buka sendiri alat-alat ini, aku akan menggantikan tempatnya dan paduka Raja berubahlah menjadi diri anda, kembalilan ke kerajaan, terima kasih untuk semua yang telah anda lakukan padaku," Nathan memberi hormat.Nela mengerti apa yang di maksud kakaknya, untuk itu dia segera mencabut semua peralatan yang menempel di tubuh pasien yang tiba-tiba berubah menjadi sosok pria dewasa yang sangat tampan dan berwibawa. Nela menatapnya dengan takjub, wajahnya bercahaya dan tubuhnya tinggi besar dan tegap. Perutnya rata bagaikan tubuh seorang atlit."Sekarang paman turunlah dari ranjang, dan kak Nathan berbaringlah sebelum p
Perawat masuk bersama dokter, seakan tak percaya dengan laporan keluarga pasien mereka datang memastikan sendiri apakah pasien yang dinyatakan kritis itu telah bangun dari komanya."Ini sungguh keajaiban, patut di syukuri semuanya," ucap dokter sambil memeriksa kondisi Nathan.Dokter memasukkan kembali stetoskopnya ke dalam saku jaket putihnya. Setelah menginstruksikan beberapa hal yang di catat oleh perawat, dokter segera keluar dengan sebelumnya menepuk-nepuk bahu Nathan."Cepat sembuh, lihat perkembangan besok jika kondisi pasien stabil sudah boleh pulang," kata dokter.Paman Badar dan Nela tersenyum bahagia, semua masalah sudah teratasi. Nela menatap Nathan dengan tatapan yang sulit diartikan. Kisah Nathan masih disimpannya dalam benaknya untuk di dalaminya sendiri. Percaya atau tidak tetapi itulah yang terjadi. Andai dulu dia tidak di sekap di dunia lain maka dia akan membantah semua cerita Nathan.Sementara itu Raja dan Putera Mahkota kembali ke kerajaannya dengan di kawal Pangl
Fajar telah menyingsing, ayam berkokok bersahutan membangunkan setiap insan yang masih tertidur lelap. Para dayang istana sudah di sibukkan dengan berbagai pekerjaan, ada yang bersiap-siap untuk memasak di dapur istana, ada yang bertugas membersihkan lokasi istana dan ada pula yang mempersiapkan air untuk mandi Raja dan Permaisuri.Raja bangun dari tidurnya, di sampingnya sudah duduk permaisuri menunggunya untuk mandi. "Aku belum ingin mandi, hubungi putera mahkota untuk menemaniku berolahraga di lapangan," pinta Raja Goro.Dayang istana baru saja hendak keluar menuju kediaman Putera Mahkota namun yang hendak di tuju sudah berdiri di depan pintu bersama ayah mertuanya."Kami datang menghadap baginda." Keduanya memberi hormat."Syukurlah kalian sudah datang, temani aku merenggangkan otot-ototku di lapangan, jangan ada yang mendekati lapangan itu selama aku berolahraga di sana," ucap Raja.Dayang yang mendengar hal itu segera memberi tahu kasim untuk mengosongkan jalan yang akan di lal
Lady Sina tertunduk lesu, sifat aslinya yang terkubur dalam kini nampak ke permukaan. Dia memprovokasi Raja, melihat gelagat yang tidak baik ini Putera Mahkota mengirimkan telepati pada ayahandanya."Maafkan atas kelancangan hamba baginda, jangan terpengaruh dengan Lady Sina, dia sengaja memprovokasi. Kita tidak tahu apa yang sesungguhnya yang terjadi, mungkin saja dulunya dia menghabisi kembarannya itu."Raja terdiam, dia kembali menarik nafas dalam mencoba mencerna apa yang di sampaikan puteranya. Jika apa yang di sampaikan puteranya ini benar maka dia tak akan memaafkan Lady Sina walau di lubuk hatinya yang paling dalam dia tak tega karena wajahnya yang sangat mirip dengan orang yang sangat di cintainya di masa lalu.Kilasan tentang kematian Lady San masih membekas dalam ingatan sang Raja. Karena kepergok menggauli kembarannya sendiri, Lady San berlari masuk ke dalam hutan dan berhasil di kejar Raja yang saat itu sebagai Putera Mahkota. Namun sayangnya saat melihat Raja mendekat, L