Desa nampak sangat gelap gulita di malam hari, maklumlah lampu penerangan jalan hanya terpasang sampai di balai desa dan belum menjangkau sampai ke dusun empat dimana Aris tinggal.Dengan gemuruh di dada menahan amarah, Aris sengaja mampir di rumah Tetua Adat dan Kepala Desa. Malam ini dia meminta kedua tokoh masyarakat itu untuk ikut dengannya ke rumah."Ada apa Aris ?" Tanya Tetua Adat."Mohon ikutlah denganku kerumah pak, hari ini aku akan membuat keputusan.""Keputusan apa ?" Tanya Kepala Desa yang kebetulan hari itu sedang berada di rumah Tetua Adat."Aku tak bisa menceritakannya sekarang, mohon ikutlah denganku," Pinta Aris.Akhirnya kedua tokoh masyarakat itu ikut ke rumah Aris. Ningsih yang melihat Aris datang bertiga segera membuka pintu dan mempersilahkan tamunya masuk dan duduk di ruang tamu."Apakah kau sudah menemukan mereka ?" tanya Ningsih cemas."Duduk" Aris meminta isterinya duduk bersama mereka.Walau masih tak mengerti Ningsih ikut duduk tepat disamping suaminya."Ma
Setelah perceraian itu Aries memilih sendiri, untuk mengisi kesehariannya dia bekerja di sawah dan tak kembali lagi ke Malaysia. Uang yang dia peroleh semasa menjadi Tenaga Kerja Indonesia dipakainya membeli sawah. Selain itu dia menjadi juragan beras, semua beras milik warga desa ditampungnya. Jadilah dia sebagai juragan beras. Dia mempekerjakan beberapa warga sebagai karyawan yang membantu usahanya.Besar harapannya kedua anaknya kembali dan meneruskan usahanya kelak.Mantan isterinya datang memohon ampunannya dan meminta untuk rujuk tetapi Aris tak menghiaukannya. Hal inilah yang membuat Ningsih semakin menaruh dendam pada Nathan dan Nela. Dia mencari tukang ramal di desa tetangga. Dan menurut peramal itu jika mantan kedua anak tirinya itu akan kembali ke desa.Nathan menghadap Raja untuk menyampaikan maksudnya kembali ke desa."Maaf baginda, hamba datang mohon pamit karena akan kembali ke desa," Nathan duduk berlutut sambil bermohon."Aku mengizinkanmu untuk pulang ke dunia manusia
Nathan membuka pintu ruangan istana timur, dimana dia meninggalkan Nela yang sedang menekuni racikan obatnya."Aku pulang!" Teriakan Nathan membuat Nela terkejut dan berpaling ke belakang."Kakak dari mana ?" Tanya Nela."Aku mencari emas di hutan untuk biaya menyekolahkanmu sampai ke perguruan tinggi, lagian ayah sekarang sudah tidak bekerja lagi di Malaysia dan memilih jadi petani.""Mana ada emas di hutan rimba ini," cibir Nela."Sini, lihat apa yang aku bawa." Nela akhirnya berdiri dan mendekati Nathan yang membawa sebuah peti berukuran kecil."Dari mana kakak mendapatkan peti ini ?" Tanya Nela sambil mengamati peti yang diletakkan Nathan di lantai."Aku menemukan harta karun di dalam hutan, ternyata di dalam hutan sana banyak harta karun yang tersembunyi.""Alah..menghayal" Cibir Nela namun tak urung dia penasaran juga dengan isi kotak itu.Nathan membukanya perlahan, Nela nyaris berteriak saking kagetnya melihat emas batangan yang berkilau."Dimana kakak mendapatkan emas ini ?
Aris yang baru pulang dari sawah melihat kerumunan disamping rumahnya merasa heran."Ada apa ? Apa yang terjadi ?" tanyanya sambil menyeruak di kerumunan massa."Nathan, Nela !!" Seru Aris. Dia tak menyangka jika yang di kerumuni warga adalah kedua anaknya. Tak bisa heran, siapa yang tidak akan terkejut jika anak yang dinyatakan menghilang di hutan yang angker itu selama setahun dan kini kembali dengan segar bugar.Aris memeluk kedua anaknya erat, Nathan dan Nela tak bisa berkata-kata selain memeluk ayahnya dengan penuh haru."Bubar...bubar...!" Kepala desa membubarkan kerumunan warga.Satu persatu warga pulang kerumahnya dengan berbagai macam pertanyaan di benak mereka.Dulu empat warga tak pernah kembali dari hutan itu, namun kini kedua anak remaja itu malah pulang dari hutan dengan tubuh sehat tak kurang satu apapun. Mereka menyimpan pertanyaan itu sampai besok pagi, karena waktu sudah menjelang magrib.Aris membawa kedua anaknya masuk ke dalam rumah diikuti tetua adat dan kepala d
Nathan dan Nela datang ke ruang makan, mereka ikut makan bersama ayah dan tamunya. Menu yang dihidangkan lumayan menggugah selera. Nela jadi teringat makanan yang dia makan di hutan."Makanan ini seperti makanan yang dimasak kak Nathan di hutan."Aris hanya bisa menatap haru kedua anaknya, dia tahu jika makanan yang dimakan mereka pastilah disiapkan para dayang kerajaan.Usai makan, mereka menuju ruang tamu. Nathan dan Nela membantu merapikan peralatan makan minum."Biar saya saja dek, kalian berdua ditunggu tuan Aris di ruang tamu."Akhirnya Nathan dan Nela bergegas ke ruang tamu dan duduk di samping ayahnya."Apakah kalian berdua sehat ?" tanya Tetua Adat.Kedua anak remaja itu hanya mengangguk."Ceritakan pada kami bagaimana kalian bisa bertahan selama itu di hutan, apa saja yang kalian lakukan disana.""Hutan itu terasa seperti di rumah, kami mendapat sebuah gubuk, mungkin itu pernah dibuat oleh warga pada zaman dulu, karena terlihat mulai rapuh. Kami tidur di atas jerami, tapi aya
Kepulangan Nathan dan Nela sampai pula ke telingan Ningsih. Darahnya mendidih, gara-gara kedua anak itu dia diceraikan suaminya."Anaknya Alena ternyata sangat cantik dan sangat mirip dengan ibunya." Ucapan salah satu warga membuat emosinya memuncak. Sehingga dia mencari cara bagaimana mencelakakan kedua anak itu. Terutama Nela. Dia akan memulainya satu persatu. Yang akan menjadi targetnya lebih dulu adalah Nela.Sekarang yang harus dia lakukan adalah bagaimana memikat kembali mantan suaminya. Dia lalu menemui seorang dukun untuk memakaikannya susuk padanya."Aku bersedia membayar berapapun yang kau minta, asalkan buatlah sesuatu yang bisa membuatlku rujuk kembali dengan Aris."Dukun yang ditemui Ningsih merapal mantera untuk melihat apakah permintaannya bisa terkabul atau tidak. Mulutnya komat kamit dan tangannya diputar-putar di depan sebuah cermin bulat."Kau bisa mendekatinya melalui anak perempuannya, kau harus bisa merebut hati anak itu agar memaafkanmu.""Lalu bagaimana caranya
Nathan dan Nela kembali ke rumah, mereka tak menceritakan mengenai Ningsih yang bertemu di Pasar. Setelan menaruh belanjaan di dapur, Nathan masuk ke kamarnya. Dia memastikan emas yang dibawanya apa masih berada di tempatnya atau tidak. Menurutnya, itu adalah hartanya, yang akan dia gunakan di saat mendesak saja. Toh sekarang ayahnya terbilang mapan dan sukses. Belum saatnya Nathan membantu meringankan beban ayahnya.Aris melongokkan kepalanya di kamar Nathan."Oh sudah pulang ?!""Iya, aku tadi minta Nela membantu ibu-ibu memasak di dapur," jawab Nathan.Ibu-ibu tetangga yang sudah dikabari kepala desa datang dengan suka rela membantu memasak makanan untuk acara selamatan. Sudah menjadi kebiasaan di desa ini, setiap kali ada hajatan maka tanpa diundangpun ibu-ibu pasti akan datang turun tangan dalam urusan dapur. Sedangkan bapak-bapak biasanya berkumpul main domino."Ayah, aku ingin Nela di daftarkan di sekolah menrgah atas, dia harus belajar dan sekolah sampai ke perguruan tinggi,"
Nela terus memperhatikan ayahnya, sejak bertemu Ningsih Aris selalu terlihat murung. Bahkan ketika mengantar Nela mendaftar di sekolah menengah atas, lagi-lagi Aris tak fokus."Kakak, apakah kau melihat perubahan pada ayah ?" Tanya Nela saat mereka sedang duduk di sebuah warung makan."Perubahan apa ?""Tuh coba lihat tingkah ayah, kita ngomong saja seakan tak di dengarnya," kening Nela terangkat disusul dengan mulutnya yang dimonyongkan dan tatapan matanya ke arah depan.Nathan menengok ke belakang lalu kembali menatap adiknya sambil tertawa."Wajar dong kalau ayah tak mendengar obrolan kita. Kan jarak duduk kita lumayan jauh dengan tempat duduk ayah."Nela cemberut mendengar jawaban kakaknya. Dia lalu memperhatikan ayahnya dengan seksama. "Kakak, ayah berubah murung setelah melihat ibu semalam." "Ah kau ini, pikirkan sekolahmu, jangan urusi apa yang bukan menjadi urusanmu." "Kasihan ayah kak, tak ada yang mengurusnya, apa salahnya jika ayah balikan lagi sama ibu." Nathan menatap