Penobatan selir Melati menjadi permaisuri tersebar sampai ke pelosok desa bahkan sampai ke kerajaan Goro. Hal ini menjadi pembicaraan serius antara Raja Goro dan Putera Mahkota Abilon."Informasi dari mata-mata kita yang di tempatkan di perbatasan, Raja Batista berhasil di sembuhkan oleh seorang tabib dari Utara tetapi nenek Kolona sampai sekarang masih dalam tahap penyembuhan, Selir Melati telah melahirkan seorang bayi laki-laki makanya itu dia akan di nobatkan sebagai permaisuri," ucap Abilon."Walau begitu kita tetap bersiaga, menurutmu Raja Batista di sembuhkan oleh tabib dari Utara, apakah tabib Jorgi?" tanya paduka Raja."Benar ayahanda, apakah paduka mengenalnya?" jawab Abilon lalu balik bertanya.Raja Goro terdiam, dia teringat kembali akan persahabatan mereka. Mereka bertiga bersama Raja Billu adalah sahabat baik, tetapi tabib Jorgi lebih cenderung ke kerajaan Billu saat tau kedua kerajaan itu bermusuhan."Harapanku satu-satunya hanya padamu Abilon, musuh yang kita hadapi san
Saat prosesi penobatan permaisuri akan di mulai, Rendy tiba di tempat. Dengan terburu-buru dia masuk ke kediamannya namun tak menemukan putri Balqis. Rendy segera mandi dan mengganti pakaian lalu segera bergegas ke Balairung istana.Rendy tiba tepat waktu, dia segera berdiri di samping isterinya dan memandang permaisuri Melati tak berkedip. "Bagaimana mungkin Melati tak memperhatikan diriku?" ucap Rendy di dalam hati.Dalam benak Rendy Melati adalah mantan kekasihnya di dunia manusia. Jangankan Rendy bahkan semua orang kecuali nenek Kolona dan Raja sekaligus permaisuri sendiri tak tahu jika yang saat ini dinobatkan sebagai permaisuri adalah dayang Nina.Putri Balqis melirik suaminya yang memandang permaisuri tak berkedip. "Apakah kau masih sulit melupakannya? Hati-hati jangan sampai Raja tahu kau mencintai permaisuri maka nyawamu tak akan tertolong," sindir putri Balqis."Apa-apaan kau ini, aku sangat lelah bukan disambut hangat malah kau tuduh yang bukan-bukan, dia hanyalah bagian
Kedatangan Nathan dan Nela membuat istana heboh, Putera Mahkota yang di beritahu segera berlari menuju pintu gerbang menyongsong kedatangan Nathan.Raja yang sedang mengadakan pertemuan dengan para menteri ikut terkejut tatkala mendengar dayang membisikkan kedatangan Nathan pada Kasim yang berdiri tak jauh dari tempatnya duduk."Pertemuan hari ini kita akhiri sampai disini, semua menteri harap menjalankan tugasnya masing-masing, besok aku ingin mendengar hasilnya!" Raja mengakhiri pertemuannya."Baik paduka, semoga panjang umur!" ucap para menteri.Satu persatu meninggalkan ruang pertemuan kecuali panglima kerajaan, karena Raja tak mengijinkannya pergi."Panglima kerajaan harap untuk tetap berada di tempat!"Putera Mahkota datang bersama Nathan dan Nela menuju ruang pertemuan. Dia sengaja membawa kedua kakak beradik itu setelah melihat para menteri keluar bergerombol dari ruang pertemuan."Selamat datang pangeran," sapa para menteri.Nathan hanya mengangguk dan tersenyum sopan. Nela t
Terdengar bunyi terompet dibunyikan dengan nyaring, para dayang berjalan tergesa-gesa, Nela dan Nathan terbangun dan ikut melihat keluar jendela."Bersiap-siaplah dek, sepertinya akan ada perang. Lihatlah para prajurit berpencar di setiap sudut istana,' ucap Nathan."Apa yang harus aku lakukan kak?' Nela kebingungan.Terdengar ketukan di pintu kamar.Dewi muncul dengan perutnya yang terlihat membuncit."Pangeran di tunggu di pintu gerbang dan Nela segera ikut denganku menuju ke tempat berlindung!""Bagaimana aku bisa membantu prajurit yang terluka jika bersembunyi?" tolak Nela."Dengarkan Dewi dek, tempat berlindung yang dimaksud Dewi masih di dalam istana ini, kau akan bisa menyaksikan pertempuran tetapi musuh tak akan bisa melihat kalian yang berada di dalamnya!"Setelah di beri pengertian, akhirnya Nela menuruti kemauan Nathan. Dia mengikuti langkah Dewi tapi sebelumnya dia menarik koper yang berisi makanan kemasan dan obat-obatan.Seperti dugaan Raja Goro, kerajaan Billu menyerang
Sesuai perkiraan Putera Mahkota, musuh mulai menyusup ke istana. Untunglah pasukan elite dan panglima kerajaan selalu siap siaga.Nela Menyaksikan pertempuran itu dari balik tirai pelindung, dalam benaknya berkata anggaplah dia sedang menonton televisi.Nathan dan panglima kerajaan melindungi Raja, rupanya Raja Batista bersama tabib Jorgi berbaur bersama pasukan bayangan dan kini mereka berhadapan langsung dengan Raja Goro. Mereka yang sedang berada di Balairung terkejut."Hahaha, jangan bangga dulu Raja Goro, kalian terkecoh dengan mundurnya pasukanku di Medan laga, tapi lihatlah aku berada di hadapanmu sekarang!""Pengecut!" seru Nathan."Oh kau rupanya ada di sini juga, aku akan membuatmu tak bisa kembali lagi ke duniamu, serang mereka!"Raja Batista menyerang namun dia bukan menghadapi anak kecil, Raja Goro bahkan tak turun tangan, karena yang menghadapi Raja Batista dan tabib Jorgi adalah Nathan dan Panglima Kerajaan."Hadapi aku Raja Goro!" teriak tabib Jorgi sambil menangkis se
Nela teringat jika sebelumnya dia pernah menyelamatkan Raja yang menjelma menjadi kakaknya itu, makanya dia tidak gugup menyentuh tubuh Raja. Melihat kondisi Raja yang sekarat membuat mereka yang ada di ruangan itu tak lagi mempermasalahkan semua tindakan Nela.Sekarang Raja sudah di pindahkan ke kamar di istana utama."Kakak bantu aku membalurkan bubuk obatnya ke tubuh Raja!" pinta Nela.Nathan meminta permisi pada permaisuri dan kakek tua Sutan lalu mulai melakukan apa yang di minta Nela. Dia tahu adiknya menghargai Raja sebagai laki-laki.Semua mata terbelalak tatkala melihat tubuh Raja membiru, tabib istana sampai gemetar memberikan titik akupuntur di kaki Raja. Kakek Sutan memberikan aba-aba agar tabib istana tidak salah dalam menusukkan jarum akupuntur.Nela menemukan senjata beracun seperti jarum yang sangat kecil menempel di dada kiri Raja. Dia mengamatinya sesaat, dulu senjata beracun yang sama di temukan ya di tubuh Raja tetapi masih sedikit panjang."Kakak, temukan senjata
Pernyataan Nela cukup membuat semua orang yang ada di ruangan itu terkejut, bukan tidak ingin Raja sembuh namun sejak turun temurun mereka dilarang berhubungan dengan manusia walau pada akhirnya Sahara telah melanggarnya.Di Kerajaan Billu Raja Batista memikirkan apa yang di katakan kakek tua Sutan. Pikirannya mulai tertuju pada Putri Balqis. Namun sebagai Raja dia berusaha memberikan pengobatan pada prajuritnya yang terluka. Perang kali ini cukup memakan korban yang banyak di pihaknya."Apakah aku harus mengakhiri pertikaian ini?" pikir Raja Batista.Pertikaian karena dirinya, padahal dia tahu ayahnya bersahabat dengan Raja Goro. Hanya karena keinginannya ingin mempersunting putri Sahara yang tidak kesampaian akhirnya membuat kedua kerajaan itu bermusuhan.Nenek Kolona datang mengunjunginya."Oh nenek mari duduklah di sampingku," ucap Raja Batista saat melihat nenek Kolona datang dengan tertatih-tatih. "Kemana tabib Jorgi?" tanya nenek Kolona.Penyihir yang sangat ditakuti di keraja
Nela cukup lega karena diijinkan kembali ke istana timur untuk istirahat. Dia meninggalkan kakaknya bersama keluarga kerajaan. Cukup menegangkan tapi menyenangkan. Nela bangun dari tidurnya dengan perasaan lega, dia tak melihat kakaknya. Berarti semalam dia tidur sendiri. Nela mengambil peralatan mandinya dan bergegas keluar menuju ke tempat pemandian. Dia sudah cukup maklum terjebak di kerajaan yang menurutnya sangat kuno ini. Nela menghibur dirinya seakan-akan dia dikontrak main drama kerajaan. Membayangkan itu membuat Nela tertawa sendirian.Setelah mandi dan berganti pakaian Nela membongkar beberapa persediaan obatnya, jika Raja belum melewati masa kritisnya maka mau tidak mau dia harus membawanya ke dunia manusia. Tak perduli mereka menolak atau tidak, itu sudah menjadi keputusannya, siapa suruh Nathan mengajaknya ke dunia lain.Tok..Tok...! Seseorang mengetuk pintu kamarnya.Nela bergegas keluar dan menemukan dayang istana berdiri di depan kamarnya."Nona di tunggu di istana uta