Share

Part 17. Api Cemburu

"Nimas, pelan-pelan. Jalannya licin." ujarku seraya menggenggam tangannya dengan lembut. 

Aroma bulan madu menguar semerbak mewangi. Seperti Kamajaya dan Kamaratih yang selalu memenuhi kebersamaan mereka dengan cinta, begitupun kami berdua. Aroma cinta dan panasnya api asmara membakar hasrat dalam ikatan suci.

Pagi ini kami berdua sedang menyusuri jalan setapak, mencoba untuk mengusir hawa dingin dengan sedikit menggerakkan tubuh. Jalan setapak yang kami lalui adalah jalan menuju ke dalam hutan Gunung Wilis. Tadi malam gadis cantik yang telah menjadi istriku ini berkata, kalau dia ingin menunjukkan sesuatu padaku. Katanya sesuatu yang sangat indah yang tersembunyi di balik hutan dan perbukitan di Gunung Wilis ini. Mengusik rasa penasaran dalam diriku.

Sedikit menyebalkan memang, karena wanita cantik ini tidak mau memberitahu dengan jelas, apa yang ingin ditunjukkannya. Dia hanya tersenyum menggoda jika aku memaksanya memberitahu. Duh, membuatku gelisah saja

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status