Daffa terlihat berpikir dalam beberapa detik.
"Jika seandainya kamu memang bisa menyembuhkan kaki saya, kamu bisa pergi sesuka hatimu. Saya tidak butuh kamu di sini. Saya juga tidak butuh istri seperti kamu," cibirnya acuh tak acuh. Ia merasa istrinya tengah berangan-angan tentang sebuah kemustahilan. "Oke! Tunggu sebentar!" Kamila langsung pergi mencari laptop. Tak lama, wanita berkulit putih itu kembali dengan leptop yang dia temukan di kamar Daffa. Ia terlihat memainkan jemari tangannya di atas keyboard laptop. Ia langsung mengetik sesuatu. Setelah itu, dicetaknya sebuah surat yang sudah ia buat. "Apa itu?" Daffa yang masih duduk di kursi roda, bertanya kepada Kamila. "Silahkan baca. Itu adalah surat perjanjian mutlak. Tanda tangan jika kamu setuju," titah Kamila seraya menyodorkan selembar kertas yang berisi surat perjanjian antara dirinya dan Daffa. Daffa segera membaca isi surat di tangannya. Isinya adalah, kesepakatan antara Daffa dan Kamila, jikalau Kamila bisa mengurus dan membuat Daffa benar-benar sembuh dari lumpuh pada kakinya, maka Daffa harus menceraikan Kamila detik itu pula. Daffa terlihat menahan tawa mengejek. Sepertinya Kamila benar-benar tengah berandai-andai pada sebuah kemustahilan. Ia merasa itu semua hanya angan-angan Kamila, di saat paramedis saja tidak yakin dengan kesembuhan pada kaki Daffa. Daffa pun tidak perlu berpikir panjang. Dia segera membubuhkan tanda tangannya di atas kertas yang sudah Kamila tempelkan materai. Namun dalam hati Kamila saat ini, tengah menaruh sebuah harapan dan doa. Ia akan berusaha membuat Daffa kembali berjalan dengan kedua kakinya. Kebetulan, dahulu Kamila pernah bekerja mengurus majikannya yang lumpuh total hingga bisa kembali normal dan sehat dengan meminum beberapa ramuan herbal serta pengobatan tradisional. Ia akan praktekkan pengalamannya. "Saya akan menyimpan surat ini agar tidak rusak dan hilang." Kamila segera menyimpan suratnya. "Terserah kamu!" Daffa mengibaskan tangannya. Siang ini dia benar-benar merasa muak melihat wajah Kamila. Yang Daffa tahu, Kamila adalah wanita penyebab dia menjadi lumpuh. Karena saat tragedi kecelakaan, Daffa hanya mampu melihat plat nomor mobil yang menabraknya. Saat itu dia langsung pingsan. Namun sebelumnya, sekilas, Daffa sempat melihat wanita yang menabraknya, seorang wanita muda yang wajahnya ditutup masker. Sehingga saat ini yang dia tahu kalau wanita itu ternyata Kamila Adelia seperti fotokopi KTP yang didapatkannya. Kesepakatan diantara Daffa dan Kamila telah sah, karena Kamila yang dijadikan tameng dan menjadi pengantin pengganti sesuai permintaan korban yang sebelumnya sudah merencanakan pernikahan. Sementara pelaku aslinya—Melia Agustin terbebas dari kesalahan. Ketika waktu sudah menunjukkan pukul 03.00 sore. Kamila sudah selesai dengan tugas yang diperintahkan Daffa. "Oh ya, bolehkah saya meminta izin keluar?" Setelah niatnya sempat tertunda, akhirnya Kamila baru memberanikan diri. "Mau pergi ke mana kamu?" Daffa mendelik sinis. "Jangan berpikir untuk kabur dari saya. Bodyguard saya ada di mana-mana," lanjutnya mengancam. Kamila mendengus. Ia kini sudah tahu mengenai beberapa bodyguard Daffa yang berwajah sangar dan bertubuh kekar. Sungguh cukup membuatnya bergidik ngeri. Mana bisa ia kabur, yang ada nanti bisa babak belur. "Saya hanya ingin bertemu dengan Mama saja. Lagi pula, saya belum sempat membawa barang-barang milik saya. Pakaian saya juga masih tersimpan di sana." Kamila membuat alasan. "Kamu tidak perlu membawa barang apapun ke rumah ini. Keperluan kamu bisa dibeli melalui toko online, jadi kamu tidak perlu pergi kemana-mana," ketus Daffa terlihat tak mengizinkan. Terlebih, ia memang tidak percaya pada alasan Kamila. "Tapi saya ingin ketemu dengan Mama. Please... Cuman sebentar saja kok. Sebelum jam 06.00 sore juga saya pasti udah kembali ke sini." Kamila menautkan kedua tangannya. Ia juga memasang wajah memelas. Berharap Daffa akan mengasihaninya. Hingga Daffa pun mendengus kesal. Sedingin-dinginnya dia, tetap saja tidak bisa melihat wanita bersedih. "Ya sudah, kamu boleh pergi. Tapi sebelum jam 06.00, harus sudah kembali. kalau telat sedikit saja, kamu akan terkena sanksi." Kamila menyeringai. "Tentu saja. Saya akan kembali tepat waktu. Tapi—" Wanita berkulit putih itu menggantungkan kalimatnya. Menekuk wajahnya. Kembali memasang wajah sendu. "Tapi kenapa?" Kamila tampak menggigit bibir bagian bawah. "Saya tidak punya ongkos. Tidak punya uang sepeser pun," keluhnya berbicara jujur. Daffa mendengus, mendebat keluhan Kamila. "Dasar orang miskin. Memalukan!" cibir Daffa. "Mana rekening kamu?" Pria itu terlihat mengambil ponselnya dari dalam saku. Kamila segera menyebutkan deretan angka nomor rekeningnya kepada Daffa. Hingga... Tring! Bunyi notifikasi berbunyi pada ponsel Kamila. Seketika wanita itu terkejut melihat transferan yang masuk dari Dafa. "10 juta!" Matanya membola sempurna seperti hendak loncat dari sarangnya. Apa ia tidak salah lihat? "Kenapa? Kurang?" tantang Daffa. "Saya rasa wanita miskin seperti kamu akan cukup belanja dengan uang saku segitu." "Bukan kurang, tapi ini besar sekali." Bola mata Kamila masih terbelalak. "Ya sudah, kembalikan saja." "Eh, jangan! Masa sudah diberikan malah mau diambil lagi. Itu namanya menjilat ludah sendiri." "Berani kamu menasihati saya!" bentak Daffa. "Eh, maaf. Tidak bermaksud," ralat Kamila. "Ya sudah, saya pergi dulu ya. Terima kasih banyak atas uangnya." Kamila bergegas meninggalkan Daffa. Dengan perasaan senang, ia akan menemui Galang sore ini. Bukan hanya itu, Kamila juga akan segera melunasi hutangnya pada paylater yang bernilai tiga juta lagi. Namun tanpa Kamila sadari, dua orang bodyguard suruhan Daffa nyatanya sudah siap membuntuti perjalanan Kamila sore ini. Dua pria sangar itu tak akan membiarkan Kamila menghilang dari pantauannya.Setiba aja di rumah bersalin, beberapa petugas medis langsung menyiapkan bad emergency.Kamila yang dibantu Daffa keluar dari mobil, lalu segera naik ke atas bed emergency. Paramedis mendorong bad emergency yang ditumpangi oleh Kamila menuju IGD.Kedatangan Kamila disambut dengan sigap oleh petugas medis yang langsung memeriksa. "Untuk keluarganya Mohon tunggu sebentar di luar, hanya ada suaminya yang menemani. Kami akan segera melakukan pemeriksaan," kata petugas medis yang mulai memeriksa Kamila."Baik." Dinda dan Ratih paham. Mereka langsung menunggu di ruang tunggu. Yang menemani Kamila hanyalah Daffa seorang.Ratih dan Dina memang sangat mencemaskan Kamila. Tapi mereka menyerahkan seluruhnya pada petugas medis yang sudah paham. Sementara Daffa yang berdiri di dekat Kamila, menyaksikan tugas medis mulai memeriksa jalan lahir milik Kamila."Mas," desis Kamila sambil memegang erat tangan Daffa. Raut wajahnya nampak cemas.Daffa yang tangannya terus saja membelai lembut rambut Kam
Kediaman Daffa Azriel kali ini tengah ramai oleh orang-orang yang hadir pada acara tasyakuran 7 bulanan Kamila.Keluarga besar Daffa Azril, semuanya turut hadir. Tapi dari keluarga Kamila, hanya ada Ratih seorang. Kamila memang tidak memiliki keluarga besar, dia hanya memiliki Ratih—ibu tirinya. Tapi meskipun begitu, Kamila sangat bahagia, karena dia begitu diratukan oleh seluruh keluarga Daffa Azril. Dia seperti merasakan keluarga yang sebenarnya. Keluarga yang sangat menyayanginya. Seperti hari ini, acara tasyakuran 7 bulanan Kamila seluruhnya diurus oleh keluarga besar Daffa. Kamila dan Daffa tinggal terima beres.Acara pengajian pun akan segera digelar. Kamila sudah berdandan cantik dengan menggunakan gamis berwarna putih serta kerudung berwarna putih. Kamila duduk di samping Daffa. Lantunan-lantunan ayat suci Alquran, beserta dzikir serta mahalul qiyam terdengar sangat sejuk di tengah telinga. Ayat-ayat suci Alquran itu terasa membuat hati siapa saja menjadi tenang tatkala mend
Kamila akan fokus pada kehamilannya. Biarkan orang lain berpikiran buruk tentangnya. Yang pasti saat ini Kamila merasa bahagia karena memiliki suami seperti Daffa. Takdir Tuhan memang tidak pernah salah. Pantas saja dia tidak jadi menikah dengan Galang, karena ternyata Tuhan sudah menyiapkan Daffa untuk Kamila. Meskipun awal pertemuan Daffa dan Kamila memang tidak mengenakkan. Banyak sekali intrik di dalamnya. Namun pada akhirnya, kini Kamila sangat sadar dan yakin bahwa Daffa adalah yang terbaik untuknya. Kamila segera melebarkan tangannya, memeluk Daffa begitu erat. "Mas, Aku sangat mencintai kamu. Aku sangat bahagia sekali bisa menjadi istri kamu. Aku tidak pernah menyangka kalau rasa ini benar-benar kuat." Kamila berucap sambil memeluk suaminya. Pelukan Kamila pun langsung dibalas oleh Daffa. "Aku juga sangat mencintai kamu, Sayang. Aku juga sama seperti kamu, tidak pernah menyangka kalau rasa ini benar-benar sangat kuat. Tuhan memang adil. Pertemuan kita begitu banyak
"Ada apa, Kamila?" Daffa yang tengah menyetir, jadi bertanya melihat Kamila mendumel sendirian."Ini Melia, Mas. Kata Mama bilang Melia itu pergi ke luar negeri dengan pacar bulenya. Melia juga telah sudah menguras harta Mama. Meninggalkan hutang yang banyak sampai Mama sengsara menjadi pengemis. Tapi di dalam sosial media, dia malah enak-enakan dengan pacar bulenya. Tega sekali dia padamu," dalam kamila. Dia segera menutup layar ponselnya karena muak dengan penampilan Melia. "Biarlah, nanti dia juga akan kena karmanya sendiri. Dia pikir menelantarkan ibu kandung itu tidak dosa? Ya pasti akan merasakan akibat dari perbuatannya." Daffa menanggapi dengan santai. "Kalau bisa kamu jangan mengatakan kabar Melia kepada Mama ya. Aku hanya ingin Mama tenang saja. Tanpa terus-terusan memikirkan Melia. Aku juga senang karena Mama turut tinggal bersama kita. Mama sangat baik padaku dan juga Dinda. Mama sudah jauh berubah. Dia juga selalu terlihat baik padamu," lanjut Daffa masih dengan tanggap
Kehidupan Daffa dan Kamila semakin terlihat harmonis dan romantis.Semakin hari, berganti minggu, berganti bulan, bertambah pula usia kehamilan Kamila. Seperti saat ini, menginjak usia kehamilan ke 7 bulan, Kamila merasakan getaran pada perutnya. Bukan hanya itu, bayinya bergerak sangat lincah di dalam perut Kamila. "Mas, bayinya bergerak," panggil Kamila pada suaminya yang baru saja keluar dari kamar mandi.Daffa yang baru saja selesai mandi, langsung antusias dan mendekati Kamila. Dia segera mengangkat baju Kamila, selalu menempelkan telinganya pada perut Kamila. "Katanya anak kita sangat bahagia karena mama dan papanya sudah saling mencintai." Daffa menggoda Kamila. Kali ini bahkan dia terlihat mengusap-ngusap perut Kamila dengan sangat lembut. Kamila dan nafas saling melemparkan tatapan dan senyuman penuh rasa bahagia dan haru. "Oh iya, bukankah ini waktunya kamu periksa kandungan?" Daffa segera mengingatkan Kamila, saat mengingat sesuatu."Oh iya, Mas. Benar. Bisa-bisanya a
4 bulan berlalu. Di kediaman Daffa hari ini.Kamila terlihat sangat bahagia karena Daffa berencana akan mengadakan tasyakuran 4 bulan kehamilan.Banyak sekali yang Daffa undang untuk acara bahagianya itu. Termasuk seluruh keluarga besar Daffa. Mereka tak hanya berdua, Ratih yang kembali tinggal di sana turut andil mengurus semua keperluan untuk tasyakuran. Acara tasyakuran itu akan berlangsung sekitar satu minggu lagi. Tapi kesibukan sudah mulai terlihat dari sekarang. Seperti persiapan buah-buahan, makanan kering, pesanan makanan basah, dan banyak lagi. Itu semua di handle oleh Ratih. Ratih tak akan membiarkan Kamila kecapean. Semua dihandle olehnya. Ratih kini terlihat sangat menyayangi Kamila, melebihi anaknya sendiri.Ratih juga selalu mempersiapkan susu dan makanan sehat untuk Kamila. Dia sangat senang karena sebentar lagi akan memiliki cucu."Jaga kesehatan kamu ya, Kamila. Mama akan pastikan kesehatan kamu. Seandainya almarhum papa kamu masih ada, beliau pasti akan sangat b