Share

3 Ah Menyebalkan

Penulis: Miss_Pupu
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-19 20:19:43

Apa!

Kamila terkejut. Bersamaan dengan itu, air mata yang sempat dibendung akhirnya merembes, membasahi pipinya yang mulus.

"Tolong ampuni. Saya benar-benar belum siap. Kita tidak saling mengenal, saya tidak bisa melakukan—" kalimat Kamila tersendat. Bibirnya gemetar, tak sanggup menyelesaikan ucapannya.

"Memangnya kamu pikir kita akan melakukan apa?" potong Daffa.

Kamila mendongak. "Hubungan badan 'kan?" tanyanya sambil terisak.

Daffa terlihat memutar bola mata, mendendengus kesal. "Kamu pikir saya mau melakukan HB denganmu? Menjijikan!"

"Memangnya apalagi selain itu?" Kamila menjadi tak paham. Ia segera mengusap pipi yang sempat basah.

"Tugas seorang istri bukan hanya sekedar HB bersama suaminya. Tugas istri adalah, melayani keinginan suaminya, mengurus suaminya, tapi saya tidak ingin HB denganmu. Saya tidak akan pernah berhubungan badan dengan wanita yang tak saya cintai, termasuk kamu!" tegas Daffa menatap jijik pada wajah Kamila.

Kamila menyeringai. Nafasnya yang sempat tersengal di tenggorokan seketika menjadi lancar. baru kali ini sebuah hinaah membuatnya merasa senang.

"Katakan, apa yang harus saya lakukan?" Kamila segera bertanya.

"Kamu harus urus semua keperluan saya. mulai dari pakaian, makanan, kamu juga harus memandikan saya." Daffa memutar kedua roda pada kursinya. Sedikit menjauh dari Kamila. "Mulai besok pagi, mama saya akan pergi ke luar negeri. Hanya kita berdua yang tinggal di rumah ini," jelasnya.

Kamila kembali terkejut. Ia menelan ludah begitu berat. "Memandikan? Melihat tubuhmu?" Ia sampai mengulanginya lagi.

Beruntung Daffa sudah membalikan tubuhnya membelakangi Kamila. Sehingga tak bisa melihat wajah Kamila yang masih tercengang.

"Kamu pikir, kamu akan melihat tubuh saya dalam keadaan telanjang? Jangan negatif thinking, Kamila! Kamu cukup siapkan keperluan saya untuk mandi." Daffa semakin kesal.

"Oh baik." Kamila manggut-manggut paham. Akhirnya nafasnya kembali lega.

Huhh!

Hari ini isi dada Kamila terasa dibuat campur aduk. Gadis berkulit putih itu tidak pernah menyangka kalau dia akan tinggal satu kamar dengan pria yang baru saja dikenal beberapa jam yang lalu. Pria itu terlihat dingin. Beruntung Daffa tidak terlalu jahat seperti yang sempat dia pikirkan.

Daffa sudah terbaring lelap di atas ranjang empuknya. Sementara Kamila, memilih untuk tidur di atas sofa yang tak jauh dari tempat tidur Daffa.

Malam ini Kamila tidak bisa tidur nyenyak. Bahkan ketika jarum pada benda bundar sudah menunjukkan pukul 12.00 malam, kelopak mata Kamila masih saja tidak bisa tertutup rapat. Gadis berkulit putih itu nampak gelisah.

Kamila mengambil ponselnya di dalam tas selempang. Ia akan berusaha menghubungi Galang untuk menjelaskan sesuatu.

Tuuttt tuutttt!

Suara telepon terhubung, ketika Kamila telah menempelkan ponselnya ke telinga.

Kamila langsung menyeringai, Karena itu adalah suara pertanda kalau nomor yang Kamila tuju masih aktif.

Namun sayang, sambungan telepon dari Kamila tidak dijawab oleh Galang.

Sesak di dalam dada Kamila, manakala Galang sudah tak sudi lagi menerima sambungan telepon darinya.

Kamila tak bergeming, ia segera mengirimkan pesan singkat kepada Galang.

Kamila: [Galang, tolong jawab telepon dari aku. Aku ingin menjelaskan sesuatu. Aku mohon.]

Pesan yang dikirimkan oleh Kamila langsung ceklis dua dan berwarna biru. Tandanya, pesan dari Kamila telah dibaca oleh Galang.

Tring!

Kamila kembali menyeringai senang, pesan yang ia kirimkan langsung dibalas oleh Galang.

Galang: [Jangan ganggu aku lagi. Aku tidak butuh penjelasan apapun dari istri orang. Aku akan berusaha melupakanmu. Melupakan kisah pahit yang sudah kau berikan.]

Balasan dari Galang nyatanya membuat isi dada Kamila semakin terasa sesak.

Dia akan kembali membalas pesan dari Galang, namun pesan yang kamila kirim terlihat ceklis satu. Nampaknya Galang sudah memblokir nomor milik Kamila.

Sepertinya kekecewaan yang Galang rasakan teramat dalam, sehingga sudah tak sudi lagi berhubungan dengan Kamila.

Kamila menutup matanya dengan sebelah tangan. Apakah dia akan benar-benar kehilangan Galang? Kesedihan kembali menyeruak di dalam dada. Ia berusaha memejamkan mata, walau sulit untuk terlelap.

***

Hari ini, hanya ada Daffa dan Kamila di rumah mewah itu. Ibunda Daffa sudah terbang ke luar negeri untuk urusan bisnis selama satu minggu.

Sebenarnya mereka tidak hanya berdua saja, ada tiga orang pembantu yang mengurus rumah dan 4 orang satpam yang berjaga di bagian luar.

Ketika kamila sudah selesai mengurus semua keperluan Daffa, ia segera menemui Daffa di ruangan yang lain—ruang televisi. Kamila akan meminta izin untuk pergi keluar. Ia merasa harus tetap menemui Galang untuk menjelaskan semuanya.

Tapi begitu kamila sampai di ruang televisi, langkahnya tertahan tatkala melihat Daffa nampak bersedih.

Daffa tengah menonton sebuah berita selebriti mengenai pernikahan seorang anak konglomerat bersama selebriti papan atas.

Kamila melihat, sepasang manik berwarna coklat itu nampak basah, tapi tidak sampai menetes. Kedua tangan Daffa nampak dikepalkan, seperti tengah membendung emosi. Bibirnya nampak bergetar dan mengerut, dengan rahang yang nampak mengeras.

Mengapa Daffa terlihat sangat bersedih siang itu?

'Ternyata pria dingin dan terlihat kuat itu bisa bersedih?' gumam Kamila dalam hatinya.

Wanita berkulit putih itu menjadi penasaran, apa yang membuat Daffa tiba-tiba bersedih.

"Harusnya kamu tidak menikah dengannya!"

Brang!

Daffa melempar sebuah gelas pada layar televisi, membuat kedua benda yang beradu itu pecah berserakan di atas lantai..

Ya Tuhan!

Kamila terkejut. Nampaknya pria di depan televisi itu bukan hanya bersedih, tapi sangat marah.

Kamila jadi mengerti penyebab kemarahan dan kesedihan Daffa siang itu. Ternyata, wanita yang diberitakan di layar televisi adalah kekasih yang meninggalkan Daffa menjelang pernikahannya.

Perlahan Kamila mendekatkan dirinya kepada Daffa. "Mengapa harus merusak benda yang tidak bersalah?" tanyanya dengan pelan dan hati-hati.

"Karena yang harusnya saya lempar dengan gelas itu bukanlah televisi, melainkan kamu!" bentak Daffa. Sorot matanya kembali terlihat dingin dan tajam, berbeda jauh dengan semalam.

Kamila terkesiap. Ia menggeleng pelan kepalanya.

"Pergi kamu dari sini! Saya sedang muak melihat wajah kamu!" usir Daffa.

Apakah Daffa benar-benar mengusir Kamila? Itu sih bisa menguntungkan Kamila.

Kamila melangkah mundur. "Kamu mengusir saya?" Ia bertanya pelan.

Namun Daffa malah terdiam. Dadanya nampak kembang kempis. Nafasnya memburu begitu kencang dari biasanya. Bersamaan dengan itu, urat pada rahngnya terlihat menggaris, mengeras tatkala membendung amarah.

"Saya tidak akan pernah melepaskanmu sebelum kamu mampu membuat kaki saya sembuh dan mampu berjalan kembali. Dosa besarmu adalah, membuat kaki saya menjadi lumpuh dan menghancurkan semuanya!" Daffa berbicara dengan hardiknya.

"Tapi 'kan—"

"Saya tidak butuh pembelaanmu!" potong Daffa membentak.

Kamila mengatur nafasnya. Ia sadar kalau pria depannya itu tengah emosi. Harus dengan cara apa Kamila menjelaskan kalau ia tak pernah menabrak Daffa. Kamila bukanlah penyebab semuanya, tapi apa pun pembelaannya, Daffa tak akan percaya.

Kamila memijat keningnya. 'Mikir, Kamila! Mikir!'

Hingga akhirnya Kamila mendapatkan ideu.

"Baiklah, bagaimana jikalau saya memang bisa menyembuhkan kakimu? Apa saya bisa lepas dari ikatanmu?" tanya Kamila menantang dengan nada lembut.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak di Pangkuan Pria Lumpuh   84 Happy Ending

    Setiba aja di rumah bersalin, beberapa petugas medis langsung menyiapkan bad emergency.Kamila yang dibantu Daffa keluar dari mobil, lalu segera naik ke atas bed emergency. Paramedis mendorong bad emergency yang ditumpangi oleh Kamila menuju IGD.Kedatangan Kamila disambut dengan sigap oleh petugas medis yang langsung memeriksa. "Untuk keluarganya Mohon tunggu sebentar di luar, hanya ada suaminya yang menemani. Kami akan segera melakukan pemeriksaan," kata petugas medis yang mulai memeriksa Kamila."Baik." Dinda dan Ratih paham. Mereka langsung menunggu di ruang tunggu. Yang menemani Kamila hanyalah Daffa seorang.Ratih dan Dina memang sangat mencemaskan Kamila. Tapi mereka menyerahkan seluruhnya pada petugas medis yang sudah paham. Sementara Daffa yang berdiri di dekat Kamila, menyaksikan tugas medis mulai memeriksa jalan lahir milik Kamila."Mas," desis Kamila sambil memegang erat tangan Daffa. Raut wajahnya nampak cemas.Daffa yang tangannya terus saja membelai lembut rambut Kam

  • Terjebak di Pangkuan Pria Lumpuh   83 Akan Melahirkan

    Kediaman Daffa Azriel kali ini tengah ramai oleh orang-orang yang hadir pada acara tasyakuran 7 bulanan Kamila.Keluarga besar Daffa Azril, semuanya turut hadir. Tapi dari keluarga Kamila, hanya ada Ratih seorang. Kamila memang tidak memiliki keluarga besar, dia hanya memiliki Ratih—ibu tirinya. Tapi meskipun begitu, Kamila sangat bahagia, karena dia begitu diratukan oleh seluruh keluarga Daffa Azril. Dia seperti merasakan keluarga yang sebenarnya. Keluarga yang sangat menyayanginya. Seperti hari ini, acara tasyakuran 7 bulanan Kamila seluruhnya diurus oleh keluarga besar Daffa. Kamila dan Daffa tinggal terima beres.Acara pengajian pun akan segera digelar. Kamila sudah berdandan cantik dengan menggunakan gamis berwarna putih serta kerudung berwarna putih. Kamila duduk di samping Daffa. Lantunan-lantunan ayat suci Alquran, beserta dzikir serta mahalul qiyam terdengar sangat sejuk di tengah telinga. Ayat-ayat suci Alquran itu terasa membuat hati siapa saja menjadi tenang tatkala mend

  • Terjebak di Pangkuan Pria Lumpuh   82 Makan Berdua

    Kamila akan fokus pada kehamilannya. Biarkan orang lain berpikiran buruk tentangnya. Yang pasti saat ini Kamila merasa bahagia karena memiliki suami seperti Daffa. Takdir Tuhan memang tidak pernah salah. Pantas saja dia tidak jadi menikah dengan Galang, karena ternyata Tuhan sudah menyiapkan Daffa untuk Kamila. Meskipun awal pertemuan Daffa dan Kamila memang tidak mengenakkan. Banyak sekali intrik di dalamnya. Namun pada akhirnya, kini Kamila sangat sadar dan yakin bahwa Daffa adalah yang terbaik untuknya. Kamila segera melebarkan tangannya, memeluk Daffa begitu erat. "Mas, Aku sangat mencintai kamu. Aku sangat bahagia sekali bisa menjadi istri kamu. Aku tidak pernah menyangka kalau rasa ini benar-benar kuat." Kamila berucap sambil memeluk suaminya. Pelukan Kamila pun langsung dibalas oleh Daffa. "Aku juga sangat mencintai kamu, Sayang. Aku juga sama seperti kamu, tidak pernah menyangka kalau rasa ini benar-benar sangat kuat. Tuhan memang adil. Pertemuan kita begitu banyak

  • Terjebak di Pangkuan Pria Lumpuh   81 Kesal

    "Ada apa, Kamila?" Daffa yang tengah menyetir, jadi bertanya melihat Kamila mendumel sendirian."Ini Melia, Mas. Kata Mama bilang Melia itu pergi ke luar negeri dengan pacar bulenya. Melia juga telah sudah menguras harta Mama. Meninggalkan hutang yang banyak sampai Mama sengsara menjadi pengemis. Tapi di dalam sosial media, dia malah enak-enakan dengan pacar bulenya. Tega sekali dia padamu," dalam kamila. Dia segera menutup layar ponselnya karena muak dengan penampilan Melia. "Biarlah, nanti dia juga akan kena karmanya sendiri. Dia pikir menelantarkan ibu kandung itu tidak dosa? Ya pasti akan merasakan akibat dari perbuatannya." Daffa menanggapi dengan santai. "Kalau bisa kamu jangan mengatakan kabar Melia kepada Mama ya. Aku hanya ingin Mama tenang saja. Tanpa terus-terusan memikirkan Melia. Aku juga senang karena Mama turut tinggal bersama kita. Mama sangat baik padaku dan juga Dinda. Mama sudah jauh berubah. Dia juga selalu terlihat baik padamu," lanjut Daffa masih dengan tanggap

  • Terjebak di Pangkuan Pria Lumpuh   80 Periksa Kandungan

    Kehidupan Daffa dan Kamila semakin terlihat harmonis dan romantis.Semakin hari, berganti minggu, berganti bulan, bertambah pula usia kehamilan Kamila. Seperti saat ini, menginjak usia kehamilan ke 7 bulan, Kamila merasakan getaran pada perutnya. Bukan hanya itu, bayinya bergerak sangat lincah di dalam perut Kamila. "Mas, bayinya bergerak," panggil Kamila pada suaminya yang baru saja keluar dari kamar mandi.Daffa yang baru saja selesai mandi, langsung antusias dan mendekati Kamila. Dia segera mengangkat baju Kamila, selalu menempelkan telinganya pada perut Kamila. "Katanya anak kita sangat bahagia karena mama dan papanya sudah saling mencintai." Daffa menggoda Kamila. Kali ini bahkan dia terlihat mengusap-ngusap perut Kamila dengan sangat lembut. Kamila dan nafas saling melemparkan tatapan dan senyuman penuh rasa bahagia dan haru. "Oh iya, bukankah ini waktunya kamu periksa kandungan?" Daffa segera mengingatkan Kamila, saat mengingat sesuatu."Oh iya, Mas. Benar. Bisa-bisanya a

  • Terjebak di Pangkuan Pria Lumpuh   79 Malam Pertama

    4 bulan berlalu. Di kediaman Daffa hari ini.Kamila terlihat sangat bahagia karena Daffa berencana akan mengadakan tasyakuran 4 bulan kehamilan.Banyak sekali yang Daffa undang untuk acara bahagianya itu. Termasuk seluruh keluarga besar Daffa. Mereka tak hanya berdua, Ratih yang kembali tinggal di sana turut andil mengurus semua keperluan untuk tasyakuran. Acara tasyakuran itu akan berlangsung sekitar satu minggu lagi. Tapi kesibukan sudah mulai terlihat dari sekarang. Seperti persiapan buah-buahan, makanan kering, pesanan makanan basah, dan banyak lagi. Itu semua di handle oleh Ratih. Ratih tak akan membiarkan Kamila kecapean. Semua dihandle olehnya. Ratih kini terlihat sangat menyayangi Kamila, melebihi anaknya sendiri.Ratih juga selalu mempersiapkan susu dan makanan sehat untuk Kamila. Dia sangat senang karena sebentar lagi akan memiliki cucu."Jaga kesehatan kamu ya, Kamila. Mama akan pastikan kesehatan kamu. Seandainya almarhum papa kamu masih ada, beliau pasti akan sangat b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status