Semoga suka(✿❛◡❛)
Pagi ini Bella seperti sangat malas untuk pergi kerja. Tapi ia perlu ini untuk bertahan hidup. Ia memakai kalungnya yang berasal dari dunia nyata itu, berharap bisa menguatkannya di saat ada rasa ingin menyerah. Bella mengubah sedikit style pakaiannya, masih sopan tapi make up-nya agak tebal dan keliatan glamor. Namun justru tampilannya malah membuat auranya semakin kuat. Ia menaiki busway seperti biasa. Regan menyediakan mobil tapi tidak dengan sopirnya. Ia bisa menyetir mobil tapi tidak sepandai Bella. Mobil mahal pemberian Regan, takut lecet jika skill menyetirnya dipakai. Awalnya ia ingin menghilangkan semua sifat turunan dari Bella asli, tapi sayangnya semua tidak berlaku untuk keseluruhan. Ada hal baik dari Bella yang tidak ditransfer padanya, termasuk kemampuan menyetir mobil yang lihai. Sesekali ia meminjam motor dari Satpam. Tapi ia lebih suka jalan ke halte yang jaraknya 10 menit dari lingkungan gedung apartemen. Semua tampak normal saat ia belum sampai di kantor. N
Bella sedang bertugas membawakan baranghnarang Yola yang sangat banyak bersama staff lain. Ia masuk ke ruangan Yola, dan seperti biasa melakukan tugasnya. Yola yang merupakan orang penting dalam bisnis kolaborasi ini tentu harus memantau dan mengevaluasi setiap prosesnya, ia datang untuk rapat. Yola yang dikenal sebagai wanita elegan dan sangat perfeksionis. Seperti yang banyak orang tau, sejak awal, Yola tidak menyukai Bella, dan kali ini dia tidak menutupi kekesalannya."Kenapa kamu berpakaian seperti mau ke pesta? Ini kantor, bukan panggung fashion show." Suara Yola tajam.Bella menoleh pelan, lalu menatap dirinya sendiri. Ia memakai dress selutut dengan outher crop top. Cukup sopan. Lalu menatap Yola dari ujung rambut ke ujung kaki. "Kalau saya mau ke fashion show pun, sepertinya masih lebih menarik daripada jas mahal yang bikin orang kelihatan sepuluh tahun lebih tua."Yola mengangkat alis. "Excuse me?""Oh, saya pikir Anda senang dikomentari. Ternyata nggak ya?"Ruangan mend
Regan menatap layar iPad-nya sambil memutar-mutar stylus pen di tangannya. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran. Sudah beberapa hari ini Bella bersikap aneh, seolah kembali ke versi lamanya, bahkan lebih buruk malah. Ia terlalu cerewet, terlalu banyak menuntut perhatian, dan kadang seperti sengaja bikin ia jengkel. Karena penasaran dan khawatir, Regan menghubungi dr. Vita--psikiater yang dulu pernah mengurus Bella. Kenapa harus dia, karena ia sudah terkenal kompeten di usia mua dengan menangani pasien-pasien dengan trauma kompleks. Ia memintanya untuk menemui Bella secara personal. Pertemuan itu terjadi diam-diam. Bella tidak tahu kalau kedatangan dr. Vita adalah karena inisiatif Regan. Namun hasilnya jauh dari yang Regan harapkan. "Regan," suara dr. Vita terdengar lewat telepon, tenang tapi jelas menyimpan amarah. "Eh... maksud saya, Tuan Regan." "Iya, bagaimana hasilnya?" tanya Regan to the point. “Nona Bella bukan hanya menolak sesi konseling, dia bersikap sangat tidak sop
Bella menatap buku catatannya dengan tatapan kosong. Cahaya lembut dari lampu meja menyorot wajahnya yang letih. Ia kembali membuka catatan pribadinya itu yang tak mungkin bisa diakses oleh Regan karena ia tidak menulisnya di IPad. Di sana tertulis sebuah daftar yang sudah ia tulis dari pagi tadi, berisi karakteristik 'Bella' dari novel asli: - Ceria berlebihan - Cerewet dan terlalu banyak bicara - Centil, suka flirting terang-terangan - Obsesif terhadap Regan - Tipe sosial butterfly, semua orang bisa jadi temannya. Tapi pickme di mata cewek lain. - Suka update sosial media kegiatan tiap hari dan flexing - Tidak tahu malu, sering minta jatah seks dari Regan bukan sebaliknya (hyper) “Bella yang dulu,” gumamnya pelan. Itulah Bella yang seharusnya ada dalam cerita. Tapi sejak Mila--dirinya sekarang. Ia engambil alih tubuh itu, semuanya berubah. Bella jadi lebih pendiam, penuh perhitungan, dan tidak lagi membabi buta dalam menyukai Regan. Sayangnya, perubahan itu juga bera
Regan makin pusing dengan Bella yang makin hari makin melankolis. Harusnya Bella hanya perlu nurut kan, mengapa harus memikirkan hal lain. Ia sudah siap badan untuk semua resiko, tapi Bella membuatnya makin sulit untuk fokus. Regan || "Kamu perlu Spa sepertinya Sayang, dateng aja ke tempat Spa milik kenalanku." Regan || "Kalo udah gak capek, tolong bales ya." Sayang sekali Bella bukan tipe perempuan yang suka upload kegiatan sehari-harinya, jadi Regan tak bisa memantau di media sosial. Di Apartemen, Bella juga melakukan kegiatannya membaca buku, dan mencatat di IPad. Namun Bella memang tidak menyentuh ponselnya sejak Regan memantaunya. Regan kembali menatap layar ponsel di tangannya. Ia akan rapat sebentar lagi, tapi masih berharap Bella segera membalas. Namun di CCTV yang ia cek dari laptopnya, Bella justru tidur. Regan hanya takut kalau Bella menjauh. Itu jelas terasa. Bahkan dari pesan yang singkat pun, Regan bisa membaca ada sesuatu. “Aku gak marah. Aku cuma lel
Dua hari kemudian, di pagi itu kantor terasa lebih sibuk dari biasanya. Beberapa staf terlihat lalu-lalang membawa berbagai katalog, bahan kain, dan papan moodboard besar. Tak sulit bagi Bella menebak kalau itu untuk proyek produk baru yang kolaborasi dengan brand fashion milik Yola. Ia baru ingat memang diadakan mulai hari ini produksinya. Hal yang membuat ia malas kalau ada produk baru apalagi kolaborasi dengan brand milik Yola. Itu karena ia harus lebih sering bertemu dengan Yola karena mereka menggunakan studio produksi di gedung perusahaan itu. Itu bagus untuk kemajuan perusahaan, tapi itu menyesakkan untuk Bella. Karena ia takut Yola akan punya kesempatan menindasnya, apalahi Regan tak ada di Indonesia. Dan benar saja. Saat ia baru menaruh map laporan di atas mejanya, seorang staf datang menghampirinya tergesa-gesa. “Bella, Nona Yola udah datang. Beliau nanya kamu.” Jantung Bella langsung mencelos. Secepat itukah? Yola. "Kenapa harus Yola, sih Regan?" gerutu B