Share

Bab 6

last update Last Updated: 2025-05-20 10:30:36

Alisha mulai mencari tempat tinggal yang sesuai dengan budgetnya, namun semua itu tidak semudah yang dia pikirkan. Tempat tinggal yang sesuai dengan ekspektasinya memiliki harga yang lumayan mahal dan tentu saja uang Alisha tidak cukup. "Gimana ini?" gumam Alisha sambil menggigit jarinya.

"Kenapa, Sha?" tanya Christine ketika melihat raut wajah sahabatnya yang gelisah.

"Eh, enggak, Chris, nggak apa-apa," jawab Alisha berbohong, dia tidak ingin Christine mengetahui kesulitannya kali ini. Dia sudah sangat banyak merepotkan Christine, jadi Alisha tidak ingin merepotkannya lagi.

"Bener nggak apa-apa? Kok kayaknya bingung gitu?" tanya Christine sedikit menyelidik.

"Iya, Chris, beneran gue nggak apa-apa kok," kata Alisha tersenyum dan sebisa mungkin menyembunyikan raut wajah gelisahnya itu agar Christine percaya jika dia baik-baik saja.

"Oh ya, Sha, gimana kakak gue? Masih cuek sama lo?" tanya Christine.

"Iya masih banget, sumpah ya, gue nggak pernah ketemu cowok secuek kakak lo itu," kata Alisha ketika mengingat bagaimana sikap Bara padanya.

Christine tertawa, dia sudah menduga jika kakaknya akan bersikap demikian.

"Gue udah duga kali, Sha. Kakak gue emang tipe cowok yang sulit banget buat ditaklukkan. Kalau gue jadi lo, gue mending cari cowok lain yang ramah, baik, gitu," kata Christine.

"Tapi ya, Chris, buat gue justru tipe cowok kayak kakak lo tuh misterius, tahu nggak. Semakin dia cuek, semakin gue penasaran dan bakalan gue kejar sampai bisa gue taklukkan," kata Alisha.

Christine kembali tertawa, "Hahaha... Iya deh, terserah lo."

"Nanti kalau gue udah bisa dapetin kakak lo, panggil gue kakak ipar ya?" kata Alisha bercanda.

Seketika Christine menoyor kening Alisha hingga terdorong ke belakang. "Pikiran lo kejauhan. Sekolah dulu yang bener," kata Christine.

"Iya... Iya, Chris. Tapi sumpah beneran ya, kakak lo tuh ganteng dan keren banget, tahu nggak," kata Alisha. "Iyalah, adiknya aja cantik gini," kata Christine dengan pose cantik dan pede. Alisha tertawa mendengar jawaban Christine.

Alisha dan Christine terus mengobrol sambil tertawa. Christine tidak bisa menyangkal bahwa kakaknya memang sangat menarik perhatian, terutama bagi Alisha yang tampaknya sudah terobsesi dengan Bara.

**********

Malam ini, seluruh keluarga Hartono termasuk Christine pergi menghadiri sebuah acara pernikahan di gedung dan hanya Alisha sendiri di rumah itu.

Tetapi yang Alisha tidak tahu, Bara pun juga tidak ikut dengan keluarganya.

Lama menunggu Christine kembali, Alisha pun berniat turun ke bawah untuk menonton TV. Dan saat melewati kamar Bara, samar-samar dia mendengar suara desahan yang tidak asing di telinganya.

Perlahan Alisha mendekati kamar Bara dan menempelkan telinganya di pintu. Matanya membulat ketika ia menyadari suara apa itu...

“Gila... Bara nonton film p**n*!” pekik Alisha, setengah berbisik, suaranya tertahan oleh rasa kaget.

Ia kembali menempelkan telinganya ke pintu, mencoba menangkap suara itu lagi...

“Eh, kok udah nggak ada?” gumamnya bingung, lalu mulai mengendap, mencari sumber suara tadi.

Ceklek.

“Sial...”

Pintu kamar Bara mendadak terbuka dan di sana, Alisha masih dalam posisi menguping.

Ia ketahuan.

“Mau apa kamu di sini?” tanya Bara, suaranya dingin dan tenang.

“Eh, nggak, Kak. Cuma... cuma mau cari itu... Pulpen saya jatuh tadi di sini,” jawab Alisha tergagap, menunduk pura-pura mencari pulpen di lantai.

Sebuah senyum tipis terbentuk di bibir Bara. Alisha tak menyadarinya.

“ Kamu nguping, kan?” tanya Bara datar.

“Enggak, Kak! Beneran!” sangkal Alisha gugup.

“Kamu mau tahu aku nonton apa tadi?” ucap Bara pelan, matanya menatap lurus ke arah Alisha.

Alisha menegang. Matanya membelalak. Ia bingung harus menjawab apa. Mulutnya terbuka, tapi tak ada satu pun kata keluar. Jantungnya berdebar tak karuan.

Kenapa Bara tiba-tiba bersikap ramah? Biasanya cowok itu cuek, dingin, bahkan malas bicara. Tapi sekarang... dia malah menatap Alisha langsung, dengan senyum tipis yang entah apa artinya.

“A-apa maksudnya?” tanya Alisha akhirnya, suaranya nyaris tak terdengar.

Bara menyandarkan tubuh di kusen pintu, kedua tangannya bersedekap. “Kamu penasaran banget sampai rela nguping di depan kamar orang?”

Alisha menunduk, jantungnya berdegup makin kencang. Ia tidak berani membalas tatapan itu.

Bara tetap tak bergeming. “Kamu tuh... lucu ya,” ucapnya pelan, nyaris seperti gumaman. Tapi cukup jelas untuk membuat Alisha membeku di tempat.

Nada suaranya tenang, tapi ada sesuatu di balik kata-katanya yang membuat bulu kuduk Alisha meremang. Ia menggenggam ujung bajunya gugup.

“Apa... maksud Kakak?” tanyanya hati-hati.

Bara menyilangkan tangan di dada, masih berdiri di ambang pintu. “Nguping, pura-pura cari pulpen... akting kamu buruk. Tapi lucu.”

Alisha menunduk. “Aku nggak nguping.”

“Hmm.” Bara mengeluarkan suara pendek, seperti tidak yakin. Lalu ia berbalik masuk ke kamarnya.

Namun sebelum pintu ditutup sepenuhnya, dia berkata tanpa menoleh, “Kalau kamu penasaran, lain kali ketuk pintu saja. Aku mungkin izinkan.”

Ceklek.

Pintu tertutup.

Alisha terpaku. Di balik rasa malu dan kesal, dadanya berdebar. Kata-kata itu dingin dan singkat. Tapi entah kenapa, terngiang-ngiang di kepalanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 46

    Sejak malam itu, Bara tak pernah menghubungi Alisha lagi.Setiap pagi Alisha terbangun dengan mata sembab, menatap layar ponselnya berharap ada pesan masuk dari Bara. Namun nihil. Tak ada nama ‘Bara’ muncul di notifikasinya. Hanya grup keluarga dan pesan broadcast yang masuk.Ia duduk di pinggir ranjang, menatap kosong ke dinding kamarnya. Hatinya semakin hampa.Sementara itu, Bara memilih menenangkan pikirannya. Setiap pulang kerja, ia hanya masuk kamar, menyalakan lampu temaram, duduk bersandar di ranjang sambil menatap foto Alisha di layar ponselnya.Ia menatap mata gadis itu dalam foto. Senyuman lembutnya, tatapan teduhnya, semua selalu berhasil menenangkan hati Bara. Namun kali ini justru membuat hatinya semakin sakit.“Aku butuh waktu, Sha…,” gumam Bara pelan. Suaranya serak menahan tangis.Hari demi hari berlalu. Sudah tiga hari sejak kejadian itu, Bara belum juga menemuinya. Alisha menunggu di rumah, menatap setiap motor dan mobil yang lewat depan rumahnya, berharap salah satu

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 45

    “Bara kamu bercanda kan?” tanya Mama Bara.Bara menggeleng, lalu kembali melangkah keluar menemui Alisha yang masih menunggu di luar dengan bingung, namun dengan cepat Mama Bara kembali menahan pergelangan tangannya.“Bara, Mama lihat dia kemarin…” suaranya bergetar menahan emosi, “ dia cek kandungan sama laki-laki lain.”Bara menatap mamanya dengan dahi berkerut, hatinya berdegup kencang. “Maksud Mama apa? Nggak mungkin.”“Beneran!” sahut mamanya cepat, matanya melotot. “Kalau kamu nggak percaya, tanya adik kamu, Christine… Christine!” panggil mamanya dengan suara tinggi.Tak lama kemudian terdengar langkah tergesa menuruni tangga. Christine muncul dengan ponsel di tangannya.“Iya, Ma. Ada apa? Apa pacar Kak Bara sudah datang?” tanyanya menatap Bara dengan antusias. “Iya sudah datang, tapi kamu pasti kaget siapa pacarnya.” “Emang siapa ma?” “Lihat aja sendiri tuh kedepan! Nggak habis pikir mama, bis

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 44

    “Maaf kalau Alisha ada salah ya, Mi,” kata Alisha setelah berpamitan untuk mengundurkan diri.“Sama-sama.”Alisha pun keluar dari tempat karaoke itu.“Untung aja orang tuanya kasih jaminan. Kalau nggak, nggak bakalan gue lepasin. Udah bikin masalah, nggak ngasih duit lagi,” gumam sang mami saat melihat Alisha pergi meninggalkan tempat karaoke.Begitu keluar dari tempat karaoke setelah menemui Mami, Alisha menarik napas panjang. Ia kini akhirnya bisa bernafas dengan lega dan tidak perlu lagi berurusan dengan pekerjaan yang penuh resiko seperti pemandu lagu.Di tangannya, ia masih tergenggam ponsel yang bergetar pelan. Ia menatap layarnya sejenak sebelum mengetik pesan.Bara,Tak lama, ponselnya langsung bergetar lagi. Balasannya datang begitu cepat.Iya, ada apa sayang? Butuh sesuatu?Alisha menatap layar sambil menahan senyum kecil. Tangannya mulai terasa dingin karena angin malam, tapi hatinya justru m

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 43

    Setelah mendapat izin dari Mamanya, Alisha akhirnya pulang untuk menemui Mami, bos di karaoke tempat kerjanya. Ia ingin berpamitan baik-baik, walau hatinya berat. Bagaimanapun, Mami sudah menolongnya saat ia terpuruk dulu.Dengan langkah cepat, Alisha berjalan di lorong rumah sakit menuju parkiran. Matanya sedikit sembab karena habis menangis menatap Papa yang masih belum sadar, meski sudah ada gerakan di jarinya pagi tadi. Doanya hanya satu, agar Papa segera pulih.Tanpa sengaja, saat melamun sambil menunduk, brakk!Ia menabrak seseorang cukup keras hingga tubuhnya terpental sedikit. Suara ringkikan kesakitan terdengar pelan.“Aduh!” rintih seorang wanita. Alisha cepat-cepat menoleh.Ia melihat seorang ibu hamil dengan perut besar, mengenakan gamis panjang warna mocca dan jilbab senada. Wanita itu memegangi perutnya sambil meringis.“Astaga… maaf ya, Bu! Saya nggak sengaja!” seru Alisha panik, matanya menatap perut sang Ibu deng

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 42

    Alisha senang sekali mendengar kabar baik dari Dokter tentang kondisi Papanya. Setelah menunggu cukup lama dengan perasaan cemas, akhirnya hari ini ia bisa bernapas lega. Papanya menunjukkan perkembangan signifikan dan diperkirakan dapat pulang dalam beberapa hari ke depan.Ia menatap Mamanya, Andin, dengan mata yang berembun, lalu memeluknya erat."Ma, Papa pasti cepat sembuh ya," ucapnya dengan suara bergetar menahan tangis haru."Iya, Nak. Tuhan pasti mendengar doa kita," balas Andin sambil mengusap punggung putrinya penuh kasih sayang.Dalam suasana bahagia itu, tiba-tiba terdengar suara ketukan pelan di pintu ruangan.Tok... Tok... Tok...Keduanya menoleh bersamaan. Seorang pria berjas rapi masuk sambil membawa sebuah bingkisan besar dengan pita putih di atasnya."Nona Alisha?" tanyanya sopan."Iya, itu saya," jawab Alisha sambil melepaskan pelukan Mamanya."Ini ada kiriman dari Pak Bara," ucap pri

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 41

    Alisha berjalan di samping Andin menyusuri lorong menuju ruang ICU tempat Marchel dirawat. Bau antiseptik yang khas memenuhi udara, membuat suasana terasa semakin sunyi dan tegang. Setibanya di depan pintu ruangan, seorang dokter keluar dan Andin segera menyapanya, "Bagaimana perkembangan suami saya, Dok?" tanya Andin, suaranya tenang namun jelas menyimpan kekhawatiran. Dokter itu menghela napas pelan, lalu menjawab dengan sopan, "Masih seperti kemarin, Bu. Kondisinya stabil, tapi belum ada respon kesadaran yang signifikan. Namun kami akan terus berusaha semaksimal mungkin." “Tetapi ada kemungkinan suami saya untuk sembuh kan, Dok?” Tanya Andin dengan penuh harap. Dokter itu mengangguk pelan, “Semoga saja bu, kita hanya bisa berdoa dan melakukan yang terbaik untuk kesembuhan Pak Marchel,” "Baik, Dok. Terima kasih atas usahanya." Sahut Andin. Setelah dokter itu berlalu, suasana

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status