Share

Bab 5

last update Last Updated: 2025-05-19 14:05:41

"Chris, gue mau tanya sesuatu tentang kakak lo," kata Alisha kepada Christine saat mereka sedang belajar bersama.

"Apa itu?" tanya Christine dengan rasa ingin tahu.

"Gue ingin tahu lebih banyak tentang Bara. Apa yang disukainya? Apa yang tidak disukainya?" tanya Alisha dengan penasaran.

Christine mengerutkan alis bingung tapi tetap menceritakan tentang Bara. "Bara itu memang cuek dari dulu, gue nggak tahu apa yang ada di pikirannya. Dia suka main game dan membaca buku," kata Christine.

Alisha mendengarkan dengan saksama dan dia merasa bahwa dia sudah mulai memahami sedikit tentang kepribadian Bara. "Kok bisa sih dia cuek banget?" tanya Alisha lagi.

Christine menggelengkan kepala, "Gue nggak tahu, mungkin itu memang sifatnya. Bara memang tidak terlalu peduli dengan orang lain, tapi dia baik kok, tapi ya gitu kalau lagi mode kulkas ngeselinnya minta ampun. Emang kenapa sih? Lo naksir?" tanya Christine.

"Eh, bisa jadi," jawab Allisha kikuk.

Christine tersenyum. "Ya udah, coba aja deh, gue yakin lo bakal bisa mengenal Bara lebih baik," kata Christine.

“Jadi boleh gue deketin kakak lo?”

“Silahkan aja, tapi gue yakin lo bukan tipe kakak gue. Karena tipe kakak gue tuh yang seumuran sama dia.”

“Kita nggak akan tahu sebelum dicoba, ya nggak?”

“Terserah lo, tapi jangan sakit hati ya kalau dicuekin,”

“Urusan belakangan itu.” Kata Alisha.

***

Alisha masih penasaran dengan Bara dan rasa ingin tahunya semakin membesar. Dia memutuskan untuk mengatur strategi agar bisa mendekatinya, berharap bisa memecahkan sikap dingin Bara dan memahami apa yang sebenarnya ada di balik mata yang tajam itu.

Suatu sore, ketika Alisha sedang turun ke dapur, tanpa sengaja ia melihat Bara yang juga tampak mengambil minum. Tetapi bukan itu yang menjadi fokus Alisha, melainkan Bara yang hanya menggunakan celana pendek tanpa atasan.

Pipi Alisha seketika merona melihat pemandangan itu, dia malu dan senyum-senyum sendiri di balik tembok.

“Gila, cuma lihat punggungnya doang udah bikin gue dah dig dug gini.” Gumam Alisha sambil menyentuh pipinya yang terasa memanas.

Tak lama kemudian, Bara lewat tanpa menoleh padanya. Alisha sempat menegang melihat pemandangan indah itu kembali. Namun tiba-tiba, ada yang menepuk pundaknya dari belakang membuat Alisha kaget.

“Hey, ngapain disini?” Tanya seseorang itu yang ternyata adalah Christine.

“Eh, Chris, ngagetin aja lo.” jawab Alisha dengan gugup.

“Ya elo ngapain bengong di sini, katanya tadi mau ke dapur? Emang lagi lihatin siapa sih?” Tanya Christine sambil mengikuti arah pandang Alisha, “Oh, kak Bara? Emang kalau di rumah dia suka pakai celana aja.” Kata Christine blak-blakan.

“Hah?” Alisha ternganga mendengar penjelasan Christine.

"Iya, padahal rumah ini full AC tapi nggak tahu kenapa dia kayak gitu. Udah kebiasaan mungkin, emang kenapa sih kayak kaget gitu?" Tebak Christine.

"Jangan keras-keras, dong, nanti kakak lo denger, kan gue yang malu," kata Alisha.

"Nggak apa-apa kali atau mau gue sampaikan ke orangnya langsung kalau lo naksir dia?" kata Christine sambil tersenyum nakal.

Belum sempat Alisha menjawab, Christine sudah memalingkan pandangannya ke arah Bara.

"Kak, Alisha naksir lo nih!" Christine berteriak, membuat Alisha semakin malu. Alisha segera membungkam mulut Christine dengan tangannya agar tidak bicara keras-keras lagi.

"Christine, malu tahu!" kata Alisha dengan wajah merah.

"Nggak apa-apa kali," jawab Christine sambil tersenyum dan berusaha melepaskan tangan Alisha dari mulutnya.

Bara yang tidak memperdulikan kelakukan absurd adik dan temannya itu segera pergi begitu saja dari sana.

"Chris, kamu ngapain sih teriak-teriak gitu?" tegur mama Christine yang tiba-tiba keluar dari kamar dengan ekspresi yang sedikit kesal.

"Enggak, ma, maaf." kata Christine singkat, berusaha untuk tidak menanggapi teguran ibunya.

Mama Christine memperhatikan Alisha yang berada di sebelah Christine. "Oh ya, Sha, kebetulan tante lihat kamu," kata mama Christine dengan senyum hangat, "Minggu depan, mau tidak mau orang tua kamu sudah harus menjemput kamu ya di sini? Tante tahu kamu sedang mengalami kesulitan dengan orang tua, tapi tante khawatir kalau kamu terlalu lama di luar rumah."

Alisha bergeming, tidak tahu harus berbuat apa. Melihat raut wajah Alisha, mama Christine merasa tidak enak. Dia pun kembali berkata, "Bukannya tante tidak membolehkan kamu di sini, tapi tidak baik terlalu lama keluar dari rumah, apalagi dalam keadaan sedang bertengkar dengan orang tua. Tante hanya ingin yang terbaik untuk kamu, Sha."

Alisha merasa sedikit terharu dengan perhatian mama Christine. "Iya, Tante, aku akan hubungi papa untuk menjemput. Maaf ya, sudah merepotkan," kata Alisha dengan nada yang sopan.

Mama Christine tersenyum dan mengangguk. "Iya, tidak apa-apa, Sha. Tante hanya ingin membantu. Kamu bisa tinggal di sini sampai orang tua kamu datang menjemput," kata Mama Christine sebelum kembali masuk ke kamar.

Alisha mengangguk pelan, memahami maksud Mama Christine. Ia kemudian kembali menatap Christine yang sekarang melihatnya cemas. Allisha tersenyum menenangkan, "Gapapa Chris, mungkin emang sebaiknya gue pulang saja. Tapi bingung aja si gimana caranya gue pulang, papa usir gue dari rumah sementara mama nggak bisa dihubungi." Kata Alisha lirih.

Christine memegang tangan Alisha,"Apa lo mau gue temenin buat ketemu papa lo? Gue yakin orang tua lo pasti akan luluh dan terima lo lagi,“

Alisha menggeleng, dia merasa saran dari Christine akan percuma karena dia yang lebih mengenal papanya. Dan Alisha tahu jika papanya sudah memutuskan, tidak ada yang bisa mengubahnya sekalipun itu mamanya.

“Makasih ya? Lo udah banyak bantu gue. Tapi kayaknya cara lo nggak akan berhasil karena papa gue nggak semudah itu orangnya. Selama papa gue belum hubungin gue lagi itu artinya gue nggak bisa balik ke rumah. Kayaknya gue mau cari kos aja, Chris,” kata Alisha.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 55

    Tok... Tok... Tok... Alisha yang masih tidur, segera terbangun karena suara ketukan pintu di ruanganya. Matanya masih setengah terpejam, rambutnya berantakan, ia bergumam pelan.“Ya...?” tanyanya dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.“Pagi, princess!” terdengar suara riang dari balik pintu.Alisha terkejut. Ia langsung mengenali suara itu. “Bara? Kamu datang? Ini masih pagi loh...”Bara di luar kamar terkekeh. “Coba tebak aku bawa apa?”Alisha mengucek matanya sambil duduk di ranjang. “Apa? Bunga?”Bara menggeleng, meski Alisha tak melihat.“Coklat?” tebaknya lagi.“Salah juga.”Alisha mulai mendengus. “Ya terus apa dong? Jangan-jangan kamu malah nggak bawa apa-apa.”“Sabar, aku hitung ya. Satu... dua... tiga...”Tiba-tiba terdengar suara lain menyusul. “Taraaa...!”Pintu terbuka, dan sosok yang tak asing masuk ke kamar.“Christine?!” seru Alisha kaget, seketika rasa kantuknya hilang.Gadis itu tersenyum lebar lalu berlari kecil menghampiri Alisha. “Hai Sha! Gue kangen ban

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 54

    Puas mengobrol dan bersenda gurau hingga malam, Bara pun akhirnya pamit. “Aku pulang ya? Besok aku ke sini lagi,” katanya sambil merapikan jaketnya. Alisha menggeleng pelan. “Kalau capek nggak usah, Bara. Nanti aja ketemu kalau aku udah sembuh, oke?” Bara tersenyum miring, mencondongkan tubuh. “Ehm… nggak janji, ya? Soalnya kaki aku biasanya gerak sendiri kalau lagi kangen kamu.” Alisha mendengus gemas. “Mulai deh… habis kena sihir di mana sih kamu tiba-tiba jadi senang ngegombal gini?” “Itu, di depan pintu ruangan kamu sihirnya kuat banget. Bisikin aku katanya gombalin Alisha terus, Bara. Dia kalau malu pipinya gede merah kayak bakpau tomat.” Alisha ternganga, lalu cekikikan. “Emang ada bakpau tomat?” “Ada, ini.” Bara menunjuk pipi gembung Alisha, menekannya dengan jahil. Wajah Alisha kembali memerah. Ia menutup pipinya dengan tangan. “Kalah aku hari ini sama kamu, Bara.” Bara mengangkat alis nakal. “Se

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 53

    Sementara Alisha bersama Bara di ruangannya, Andin masih setia berada di ruangan Marchel sejak tadi. Ia duduk di kursi samping ranjang, tangannya menggenggam tangan Marchel. Suaranya lirih mengajak bicara Marchel, karena sesuai anjuran dokter agar otot sensorik dan kesadaran Marchel lebih cepat pulih.“Kamu tahu nggak, Mas… anak kita udah punya pacar loh,” ucap Andin sambil tersenyum tipis, berusaha mencairkan suasana. “Ganteng, CEO baru. Namanya Bara, tapi ya namanya hubungan, pasti ada jatuh bangunnya. Kayak kita dulu, kan? Hubungan kita yang awalnya hambar, tapi entah kenapa aku selalu percaya, suatu saat nanti aku dan kamu bakal jadi kita yang utuh.”Suara Andin mulai bergetar. Ia menunduk, menahan air mata. “Aku sadar, Mas… yang benar-benar mencintaiku bukan orang yang sekadar bilang ‘aku cinta kamu’, tapi orang yang selalu ada waktu aku butuh. Yang nggak pernah ingin aku menderita. Dan aku merasakan itu… cuma dari kamu, Mas. Bukan dari Marco.”Nafasn

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 52

    Setelah Bara pergi, Alisha masih tersipu malu. Pipinya panas, jantungnya berdegup kencang tak beraturan. Lelaki itu benar-benar mampu membuat suasana hatinya berubah drastis. Jika kemarin ia merasa sendirian, sekarang ada Bara yang hadir membawa kehangatan dan membuat dunianya kembali terasa penuh warna.Tok tok…“Sha, Mama boleh masuk?” terdengar suara lembut Andin dari balik pintu.Alisha buru-buru menarik selimut, merapikan posisi tidurnya. “Eh iya, Ma… masuk aja.”Andin membuka pintu sambil tersenyum. “Loh, Bara mana?”“Beli makanan, Ma.” jawab Alisha cepat, tapi senyum malu-malu yang menyertai membuat Andin langsung mengerti.Andin duduk di tepi ranjang, jemarinya membelai rambut putrinya penuh kasih. “Kamu sudah lebih baik, Nak?”“Iya, Ma. Udah mendingan,” sahut Alisha lirih.Andin mengangguk pelan. “Mama juga melihatnya begitu. Apalagi sejak Bara datang… wajah kamu lebih segar, hatimu juga pasti ikut memb

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 51

    Bara menatap Alisha serius. “Takut kenapa, Sha?”Alisha menarik napas pelan, lalu menunduk. “Takut kalau kamu punya pacar baru.”Bara sontak terkekeh kecil, lalu menggeleng. “Mana ada, Sha. Kan kamu pacar aku.”Alisha langsung melotot kecil, wajahnya memerah. “Ih, Bara… ngomongnya gampang banget. Lagian sejak kapan kita jadi pacar kamu aja nggak pernah nembak aku.”Alisha langsung melotot kecil, wajahnya memerah. “Ih, Bara… ngomongnya gampang banget. Lagian sejak kapan kita jadi pacar? Kamu aja nggak pernah nembak aku.”Bara menaikkan alis, lalu tersenyum nakal. “Lah, tadi udah nembak.”Alisha berkerut bingung. “Kapan?”“Ya tadi,” jawab Bara santai, “waktu aku cium kamu. Kalau dipikir-pikir, kita udah beberapa kali ciuman, jadi anggap aja itu momen aku nembak kamu.”Alisha spontan menepuk lengannya, separuh malu separuh kesal. “Kamu ini ya… CEO, ganteng, punya segalanya, tapi nggak bisa romantis sama sekali. Mas

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 50

    “Papa…” suara Alisha bergetar ketika memasuki ruangan.Di ranjang rumah sakit itu, Marchel sudah membuka mata. Tubuhnya masih lemah, selang infus menempel, tapi sorot matanya hidup, tajam namun rapuh.Alisha mendekat, berusaha menahan air mata. “Ini Alisha, Pa… syukurlah Papa sudah sadar.” Tangannya gemetar saat mengelus pipi lelaki tua itu. Meski hatinya menyimpan luka atas perlakuan sang ayah di masa lalu, tak pernah sedikit pun terbersit rasa benci.Andin yang berdiri di samping mereka ikut menenangkan. “Papa masih belum bisa bicara, Nak… dokter bilang butuh waktu untuk pulih. Tapi lihat, tatapan Papa nggak lepas dari kamu.”Marchel menatap Alisha lama sekali, matanya basah, seolah ada ribuan kata yang ingin ia sampaikan tapi terhalang oleh kelemahan tubuhnya. Jemarinya bergetar, berusaha mengangkat, namun hanya mampu sedikit bergerak.“Pa…” Alisha makin terisak, menggenggam tangan ayahnya erat-erat. “Nggak apa-apa kalau Papa belum bis

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status