Share

Bisakah Seperti ini Selamanya?

Sepuluh hari telah berlalu sejak Nora tiba di Italia, dan rindunya pada Allard semakin tidak tertahankan.

Dia tidak sabar ingin kembali ke Texas dan bertemu dengan pria yang telah menghiasi pikirannya selama ini.

Namun, ketika dia akhirnya tiba di rumah mereka di Texas, kekecewaan melanda saat dia tidak menemukan Allard di sana.

"Apa dia sedang di luar? Atau mungkin dia sedang di lantai atas?" gumam Nora kemudian menghela napasnya.

Nora memutuskan untuk bertanya kepada John, suaminya, tentang keberadaan Allard. Dia mencari John dan menemukannya di ruang keluarga.

"John, kau tahu di mana Allard berada? Mengapa tidak ada di rumah?” tanya Nora begitu menemukan John tengah sibuk dengan pekerjaannya.

John yang mengira jika Nora hanya bertanya karena perhatiannya pada anak semata wayangnya itu, dengan santai menjawab, "Mungkin ada di kamar tidur, mungkin tidur siang atau apa."

Nora mengangguk, lalu dengan langkah hati-hati, dia menuju kamar tidur lelaki itu.

Namun, setelah memeriksa kamar tidur, dia menyadari bahwa Allard tidak ada di sana.

“Allard tidak ada di sini. Ke mana lelaki itu?” gumamnya kembali.

Rasa cemas mulai menghampirinya, dan dia merasa perlu menghubungi Allard untuk memastikan bahwa semuanya baik-baik saja.

Nora mengambil ponselnya dan menelepon Allard, namun tak ada jawaban. Kecemasannya semakin memuncak.

Nora: [Allard, aku sudah kembali. Di mana kamu? Aku khawatir.]

Nora mengirim pesan kepada Allard. Berharap lelaki itu membalas pesannya.

Dia menunggu dengan gelisah, hampir lima menit lamanya. Tetapi tidak ada balasan dari Allard.

Nora semakin khawatir dan tidak tahu apa yang harus dia pikirkan. Entah mengapa, dia merasa ada sesuatu yang tidak beres, dan kegelisahan itu semakin mendominasi pikirannya.

**

Sampai malam hari tiba, Allard belum juga kembali, dan kekhawatiran Nora semakin memuncak. Bahkan John, suaminya, tidak tahu keberadaan anaknya.

“Aku pun tidak tahu, dia ada di mana, Sayang. Sudahlah, jangan mencemaskan dia terus menerus. Allard sudah dewasa. Tidak akan diculik, seperti anak kecil.”

Nora tak ingin membuat John curiga padanya. Ia pun tak mau menjawab apa pun lagi selain keluar dari ruang kerja suaminya.

Di dalam kamarnya, Nora menunggu dengan cemas kepulangan Allard, tetapi semakin larut malam, matanya yang sudah lelah akhirnya memilih untuk tidur.

**

Keesokan harinya, saat matahari mulai terbit, Nora terbangun dan pergi ke ruang keluarga.

Dia melihat John dan Allard sedang berbicara dengan penuh serius, tetapi suasana mereka tidak seperti sedang berbincang, melainkan lebih seperti sedang berdebat sengit.

“Daddy, kau harus dengarkan aku—"

John yang terlihat kesal menjawab. “Dengar, Allard. Aku tidak ingin mendengar apa pun yang keluar dari mulutmu! Sebaiknya kau urus saja urusanmu sendiri!” pekik John sangat marah.

Allard yang masih menggebu-gebu itu kemudian memandang ke arah Nora sejenak. Kemudian pergi dengan langkah cepat, meninggalkan John yang terlihat marah padanya.

Nora, yang sepanjang waktu hanya menjadi penonton di situasi ini, merasa semakin cemas dan takut.

Dia khawatir bahwa Allard akan memberitahu John tentang hubungan rahasia mereka, sesuatu yang hanya mereka berdua tahu.

Hubungan itu adalah rahasia yang telah mereka pelihara dengan hati-hati dan tidak ingin terbongkar.

Nora akhirnya menghampiri John yang masih terlihat kesal dan bertanya dengan hati-hati.

"John, apa yang terjadi? Mengapa kalian berdua tadi seperti itu?" tanya Nora dengan pelan.

John menghela napas panjang sebelum menjawab dengan nada frustrasi. "Aku tak ingin membahasnya lagi. Jangan kau tanyakan hal itu padaku. Allard sudah membuatku muak!”

Nora merasa cemas dan tidak tahu apa yang harus dia katakan. Dia tahu bahwa dia harus berbicara dengan Allard secepat mungkin untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi antara anak dan ayah itu.

‘Sepertinya aku harus berbicara dengan Allard. Mereka terlihat tegang sekali. Apa yang sebenarnya terjadi?’ ucapnya dalam hati.

Selesai sarapan, Nora dengan hati-hati merencanakan pertemuan rahasianya dengan Allard.

“John. Aku harus bertemu dengan teman-temanku di café. Mereka merindukanku,” kata Nora pamit kepada John.

“Ya. Pergilah. Aku juga ada urusan dengan para klienku. Ada sedikit masalah yang harus aku selesaikan.”

Setelah tiba di kantor, Nora langsung masuk ke ruangan Allard.

Saat dia membuka pintu dan melangkah masuk, dia melihat Allard berdiri di depan jendela, menatap pemandangan dengan ekspresi serius.

Tanpa berpikir panjang, Nora mendekatinya dan dengan perlahan memeluknya dari belakang.

"Allard ….” Suara Nora begitu lembut dan memabukan.

Allard terkejut oleh kehadiran Nora, dia membalikkan tubuhnya dengan cepat dan menyambar bibir Nora dengan penuh nafsu.

Ciuman mereka penuh hasrat, mencerminkan rindu yang telah lama terpendam.

Setelah ciuman mereka berakhir, Nora mencoba menenangkan napasnya yang terengah-engah.

"Apa yang kau bicarakan tadi dengan John, Allard?" tanya Nora dengan mata menatap wajah Allard yang tengah menatapnya penuh hasrat.

Allard menatap Nora dengan mata yang dipenuhi keinginan, tetapi dia hanya tersenyum dan tidak menjawab.

"Kau tahu, Allard, aku ingin tahu. Aku ingin tahu apa yang telah kau bicarakan padanya."

Allard masih tidak menjawab, tapi dia tersenyum dengan penuh arti.

"Oh, kau ingin tahu, huh?” tanya Allard dengan nada penuh menggoda.

Nora tersenyum, kemudian menganggukkan kepalanya. “Iya. Aku ingin tahu, Allard.”

Allard menyunggingkan senyum menyeringai. “Jika kau ingin tahu, maka berikan apa yang aku inginkan.”

Nora menelan salivanya kemudian menatap wajah Allard. "Baiklah, Allard, apa yang kau inginkan?”

Allard meraih pinggang Nora dan menariknya lebih dekat.

"Mungkin kau bisa mulai dengan memberiku alasan untuk memberitahumu apa yang aku bicarakan tadi,” ucap Allard dengan lembutnya.

“Aku khawatir. Aku takut kau memberi tahu John tentang kita, Allard.”

Lelaki itu tertawa pelan. “Aku bukan orang gila, Nora. Aku masih menginginkanmu. Jika aku memberi tahu Daddy tentang kita, aku tidak tahu apakah kita masih bisa bercinta atau tidak.”

Nora menghela napas lega. Ia pun mengusapi sisian wajah Allard dengan senyum nakalnya terbit di bibir wanita itu.

“Aku pikir kau akan melakukan itu. Aku sangat khawatir, Allard.”

Pria itu kembali menyunggingkan senyumnya. “Kau tak ingin hubungan gila yang kita jalani ini berakhir begitu saja, hum?” tanya Allard dengan suara beratnya.

Nora mengadahkan kepalanya menatap Allard. “Ya. Aku tidak ingin hubungan gila ini berakhir begitu saja, Allard. Kau sendiri yang memintaku un—”

Tidak mau lagi mendengar ucapan Nora. Allard langsung membungkam mulut Nora dengan sebuah ciuman yang menggunjang hasrat wanita itu.

Kemudian menggendong tubuh mungil wanita itu ke dalam kamar privasi miliknya di ruangan tersebut.

Mengunci pintu kamar itu kemudian menghubungi Jemmy—sang asisten agar jangan mengganggunya.

Ciuman itu kembali menyatu di antara bibir kedua insan itu. Dengan gerakan yang sangat lihai, Nora membuka kancing kemeja Allard satu persatu hingga tersingkap kemeja itu.

Ciuman itu semakin panas dan membara. Saling menginginkan satu sama lain karena rindu yang menggunjang diri mereka.

“Aku sangat merindukan belaianmu, Allard. Kau tahu itu,” bisik Nora dengan suara seraknya.

Allard meletakan bibirnya di pucuk ranum merah muda milik Nora. “Aku lebih sangat merindukanmu. Aku rindu melakukan hal gila ini denganmu, Nora!” bisik Allard.

Nora membusungkan dadanya menikmati sentuhan gila yang dilakukan oleh Allard padanya. Memekik tak karuan, menghiasi ruangan yang didominasi oleh cat hitam sehingga mencipatkan ruangan itu sangat kelam.

Di pagi hari itu. Allard diberikan sebuah pelayanan yang luar biasa oleh Nora. Menikmati tubuh ibu tirinya dengan penuh guncangan yang hebat. Tidak bisa dibayangkan, akan tetapi bisa mereka rasakan.

Satu jam saling berbagi erangan dan desahan, keduanya lunglai menjatuhkan diri di atas tempat tidur.

Allard kemudian memeluk tubuh Nora. Menghidu aroma wangi di tubuh wanita itu.

“Allard. Bisakah kita seperti ini selamanya?” tanya Nora dengan suara lembutnya.

Allard mengangguk lalu mencium bahu lembut wanita itu. “Ya. Tentu saja. Kita bisa seperti ini selamanya. Aku tidak akan pernah melupakan permainan luar biasamu ini, Nora.

“Kau benar-benar luar biasa. Membuatku tidak ingin melepaskanmu. Meski kau adalah ibu tiriku, istri dari ayahku. Persetan dengan itu semua. Daddy hanya ingin kepuasan, bukan cinta tulus untukmu.”

Nora menelan salivanya. Kemudian menatap wajah Allard dengan penuh.

“Apakah kau pun begitu, Allard? Hanya menginginkan tubuhku, bukan benar-benar mencintaiku?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status