Share

Haruskah Aku Jujur?

Nora mengerutkan keningnya mendengar ucapan Allard tadi. "Apa yang kau maksud, Allard?"

Allard menatap serius wajah Nora. "Nora, aku tahu ini mungkin terdengar gila, tapi aku ingin kau dengarkan dengan baik. Aku tidak ingin kau hamil anak John."

Nora hampir menjatuhkan spatula yang sedang digunakan, tidak bisa percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

"Apa yang kau bicarakan, Allard? Itu bukan keputusan yang bisa kita ambil begitu saja. John mungkin sudah tua, tapi, aku tidak bisa mengiyakan ucapanmu tadi. Bagaimana jika ayahmu menginginkan seorang anak dariku?”

Allard bangkit dari kursinya dan mendekati Nora. Dia berusaha menjelaskan dengan penuh hasrat.

Allard kemudian menggenggam tangan Nora. "Nora, dengarlah aku. Aku mencintaimu, dan aku tahu bahwa aku tidak bisa terus menjadi simpananmu. Aku ingin lebih dari itu, aku ingin mengambilmu dari Daddy, apa pun caranya."

Nora merasa hatinya berdebar kencang. Dia mencintai Allard dengan segala hatinya, tetapi ide untuk mencari cara agar dirinya dan John berpisah tak pernah ada di pikirannya.

Nora menatap Allard dengan tenang. "Allard, kita tidak bisa melakukan sesuatu yang sembrono seperti itu. Ada konsekuensi yang besar, baik aku maupun dirimu.”

Allard menghela napas dalam-dalam, merasa frustasi dengan situasi ini.

"Aku tahu ini gila, Nora. Tapi aku akan mencari cara agar kita bisa bersama. Aku tidak ingin menjadi pilihan kedua dalam hidupmu. Aku ingin kau menjadi milikku sepenuhnya."

Nora tahu bahwa perasaan Allard adalah tulus, tetapi dia juga menyadari betapa berbahayanya rencana ini. Dia merasa terjebak di antara dua pria yang sangat penting dalam hidupnya.

"Kita harus berpikir lebih rasional, Allard. Kita akan menemukan cara untuk mengatasi semua ini tanpa melukai siapa pun,” ucap Nora dengan nada lembutnya.

Mereka berdua saling memandang, menyadari bahwa cinta mereka membutuhkan penyelesaian yang lebih bijaksana daripada apa yang mereka pertimbangkan sebelumnya.

“Maaf, Nora. Jika aku terkesan terlalu terburu-buru. Kau tahu? Aku sudah terjerat lebih dalam di dalam lingkaran yang telah aku buat sendiri. sudah tahu, kau akan menjadi istri ayahk. Tapi, tetap berani mencintaimu.”

Allard menundukan kepalanya. frustasi dan entah apa yang harus dia lakukan selain mencintai Nora yang sudah lama ia cari dan malah berakhir di tangan John—papanya.

**

Waktu sudah menunjuk angka sepuluh malam. Nora dengan berat hati meninggalkan apartemen Allard.

Sebelum pergi, dia merenungkan ucapan Allard tadi tentang keinginannya untuk membuatnya lepas dari John.

Hati Nora terbagi antara cinta yang ia rasakan untuk Allard dan komitmen yang ia miliki terhadap pernikahannya dengan John.

"Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah Allard benar-benar akan mencari cara untuk membuatku lepas dari John?" gumamnya pelan.

Nora memikirkan konsekuensi dari langkah yang mungkin diambil oleh Allard. Dia tahu John sangat menginginkannya dan telah membeli "hak kepemilikan" atas dirinya dari bosnya.

Mengakhiri pernikahannya dan menjadi milik Allard sepenuhnya adalah pilihan yang sangat sulit baginya. Meskipun dia juga menginginkan Allard, dia juga tidak bisa menyingkirkan komitmen dan kewajibannya.

Perjanjian yang telah dia buat dengan John, sebelum akhirnya pernikahan mengikat mereka berdua.

Sementara itu, di apartemen mereka, John pulang dan dengan senang hati menyambut Nora yang telah kembali. Dia menciumnya dengan penuh kasih sayang.

"Aku merindukanmu, sayang. Bagaimana hari ini?" tanya John dengan suara lembutnya.

"Hari ini baik, John. Aku merindukanmu juga." Nora berucap dengan senyum terbit di bibirnya.

John tidak tahu apa yang ada dalam pikiran Nora atau bahwa Allard masih ada dalam hidupnya. Dia bahagia dengan kehidupan pernikahannya dan berpikir bahwa semuanya baik-baik saja.

Namun, di hati Nora, pertarungan antara cinta dan kewajiban terus berlanjut.

Dia tahu bahwa masa depannya tidak akan mudah, dan dia harus membuat keputusan yang sulit tentang siapa yang akan dia pilih, apakah itu John yang menginginkannya sepenuhnya atau Allard yang masih membara di dalam hatinya.

“Aku harus mandi, Nora. Badanku sangat lengket,” ucap John lalu melangkah ke dalam kamar mandi.

Nora menghela napasnya kemudian memandang ke apartemen yang ada di depannya. Tempat di mana Allard tinggal di sana.

‘Apa yang sedang kau pikirkan di sana, Allard? Maafkan aku, jika aku membuatmu pusing. Apakah aku harus memberi tahu dia, jika perjanjian yang pernah kuucapkan dulu padanya itu salah?’

Batin Nora bergejolak. Ia bingung, apa yang harus ia lakukan dengan hubungannya dengan Allard. Dia sudah menjadi milik John, namun hatinya terus tertuju pada Allard.

Nora kemudian menoleh ke arah John yang sudah menyelesaikan acara mandinya.

John mendekati Nora dengan tatapan penuh hasrat. "Sayang, bisakah kau melayaniku malam ini? Aku merindukanmu,” pinta John dengan lembut.

Nora, meskipun merasa bersalah karena tidak dapat memenuhi permintaan suaminya, dengan lembut menolaknya.

"Maaf, John, tapi aku merasa tidak enak badan malam ini,” ucap Nora dengan suara lembutnya.

John mengernyitkan kening, khawatir.

"Tidak enak badan? Kau baik-baik saja, hum?"

Nora mengangguk. "Ya, aku hanya merasa lelah setelah seharian keluar keliling kota yang indah ini. Aku membutuhkan istirahat."

John merenung sejenak, lalu mengangguk mengerti.

"Baiklah, aku mengerti. Kita bisa menunda sampai nanti. Aku juga lelah setelah pertemuan dengan para klien di sini."

Nora merasa lega karena John memahaminya. Dia tahu bahwa John memang sangat menginginkannya setiap hari, tetapi malam ini dia benar-benar merasa kelelahan setelah pertemuan dengan Allard.

Mereka berdua merenungkan momen mereka masing-masing dan menyadari bahwa hubungan mereka adalah kompromi yang rumit.

Meskipun ada perasaan yang berbeda-beda di hati mereka, mereka selalu mencari cara untuk menghormati dan memahami satu sama lain.

**

Di apartemen, Allard meneguk wine merah dengan perasaan yang campur aduk. Dia merenungkan ucapannya tadi pada Nora, tentang niatnya untuk mengambil Nora dari John.

Meskipun dia sadar bahwa itu adalah tugas yang mustahil, tetapi Allard merasa bahwa dia telah jatuh begitu dalam dalam cinta pada Nora.

Perasaannya begitu kuat sehingga dia merasa tidak mungkin hidup tanpa wanita itu.

"Apa yang aku bisa lakukan? Bagaimana aku bisa memilikinya sepenuhnya? Nora adalah segalanya bagiku, dan aku tidak ingin terus menjadi simpanannya." Allard bergumam dengan mata sayunya.

Allard merasa perlu mendapatkan pandangan dari seseorang yang bisa dipercayanya. Dia mengambil ponselnya dan menghubungi sahabatnya, Stev.

"Halo, Stev. Aku butuh saranmu tentang sesuatu yang sangat penting."

"Tentu, Allard. Apa yang sedang kamu hadapi?" tanya Stev. “Tentang Nora?” tebaknya kemudian.

“Ya. siapa lagi jika bukan wanita yang sudah mengusik pikiranku selama ini.”

Allard kemudian menjelaskan seluruh situasi dengan jujur kepada Stev, tentang perasaannya pada Nora dan niatnya untuk mencoba mengambilnya dari John.

"Allard, ini adalah situasi yang rumit. Aku tahu kau sangat mencintai Nora, tetapi kau juga harus mempertimbangkan perasaannya dan komitmen yang dia miliki terhadap John. Ini bukan keputusan yang bisa diambil begitu saja."

"Aku tahu, Stev. Tapi aku merasa terjebak dalam perasaanku. Aku tidak tahan melihat dia bersama Daddy setiap hari, dan aku ingin menjadi bagian dari hidupnya."

"Coba fokus pada apa yang bisa kamu kendalikan, Allard. Cobalah memahami perasaan Nora lebih dalam lagi, dan terus berkomunikasi dengan baik. Jangan lupakan bahwa cinta sejati akan menemukan caranya sendiri."

Allard merenung sejenak atas saran dari sahabatnya. Dia tahu bahwa perjalanan menuju hati Nora akan sulit, tetapi dia juga tahu bahwa dia tidak akan menyerah begitu saja.

Cinta mereka mungkin rumit, tetapi itu adalah cinta yang akan dia perjuangkan dengan segala daya yang dimilikinya.

“Haruskah aku bicara jujur pada Daddy, jika aku mencintai Nora?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status