Allard duduk di samping Nora, wajahnya penuh dengan kebingungan ketika dia menjelaskan mengapa Mark mencuri desain miliknya."Nora, kau harus tahu, Daddy sendiri yang memperlihatkan desain itu pada Mark. Dia memberi tahu Mark bahwa nilai desain itu sangat fantastis. Dengan hanya menjual seribu produk saja, kita bisa menghasilkan jutaan dolar."Nora mendengarkan penjelasan itu dengan mata terbelalak. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa John akan terlibat dalam konspirasi ini, bahkan memperlihatkan desain milik Allard pada Mark untuk keuntungan besar."Ini sungguh tak masuk akal, Allard! John dan Mark melakukan kerja sama untuk mencuri desainmu? Itu ... itu sungguh licik!" Nora berucap dengan wajah terkejutnya.Allard mengangguk, merasa semakin kesal dengan tindakan John.“Ya, kau benar, Nora. Daddy memang benar-benar gila. Seandainya aku tidak mengancam Mark untuk memasukannya ke penjara, karena telah mencuri desain milikku, mungkin aku tidak akan tahu yang sebenarnya.”Ia kemudian me
Sementara di kediaman rekan bisnis Allard.Pertemuan yang cukup tegang berlangsung dengan Allard dan Jay, rekan bisnisnya, berfokus pada rencana peluncuran produk terbaru.Mereka tahu betapa pentingnya meresmikan produk ini secepat mungkin sebelum Mark, pesaing utama mereka, berubah pikiran."Allard, kita harus segera meresmikan produk ini. Mark sudah mengintai peluang untuk mencuri desain kita lagi. Kita tidak boleh memberinya kesempatan,” ucap Jay dengan nada serius.Allard mengangguk. "Kau benar, Jay. Kita tidak boleh memberinya kesempatan untuk mendahului kita. Aku akan segera mempersiapkannya,” ucapnya penuh tekad.Allard dan Jay bekerja keras merencanakan semua detail untuk peluncuran produk ini. Mereka tahu bahwa kesuksesan produk ini sangat penting bagi bisnis mereka, dan mereka tidak boleh meremehkannya.“Ingat, Allard. Mark masih terus mengintai kesempatan untuk mencuri idemu. Sebab Mark merasa terjebak dalam situasi sulit dengan media yang terus bertanya mengenai penundaan
Allard bergegas menuju ke tempat Nora berada, merasa bahwa saatnya untuk mendapatkan jawaban atas banyak pertanyaan yang menghantuinya selama ini.Nora menolehkan kepalanya dengan cepat usai mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Allard tadi.“Da—dari mana kau tahu soal itu, Allard?” tanya Nora dengan nada terkejutnya.Allard mengerutkan keningnya menatap wajah Nora. “Berarti benar, ada yang kau sembunyikan dariku. Mengapa kau menyembunyikan hal ini dariku, Nora?” tanya Allard dengan suara datarnya.Nora menelan salivanya dengan pelan mendengar pertanyaan Allard.“Kau belum menjawab pertanyaanku, Allard. Dari mana kau tahu tentang itu?”Allard menghela napasnya. Tatapan tajam yang berhasil menghunus jantung Nora membuat wanita itu menelan salivanya berkali-kali.“Sangat pentingkah dari mana aku tahu soal ini, huh? Jika aku tidak tahu, maka kau tidak akan pernah memberi tahuku, bukan?”Nora memejamkan matanya sejenak sembari mengusapi keningnya. “Bukan begitu maksudnya, Allard. Aku ha
Waktu sudah menunjuk angka tujuh malam. Nora membuka matanya lalu mengambil ponselnya yang sedari tadi berdering."Halo, John." Nora berucap dengan nada seraknya karena baru bangun dari tidurnya."Nora, apa kau berhasil menemukan Allard? Sudah tiga hari lamanya kau di sana,” ucap John dengan nada tegasnya.Nora menghela napasnya. "Maaf, John. Aku belum bisa menemukannya. Tadi aku mencoba menghubunginya, tapi dia sepertinya tidak bisa dihubungi,” ucap Nora berbohong.”“Apa? Bagaimana mungkin, Nora? Kau tahu kan, ini sangat penting, Nora! Aku ingin kau segera menemukannya. Jika aku meminta orang untuk mencari tahu dia di mana, maka dia akan semakin curiga padaku!” pekik John amat sangat marah.“Baiklah. Aku akan mencoba mencarinya lagi, John.”Nora menutup panggilan teleponnya dan menoleh kepada Allard yang sedang mendekap tubuhnya dengan ekspresi ragu."John sangat marah dan ingin kau segera di sini. Apa yang akan kita lakukan, Allard?" tanya Nora penuh khawatir.Allard tersenyum tipis
John mengangguk dengan tampang angkuhnya. "Ya, Allard. Aku harus mengakui bahwa aku merasa cemas dengan situasi ini, dan aku pikir ini adalah satu-satunya cara.""Kau pikir mengkhianatiku adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan apa yang kau inginkan? Apa kau tidak mempercayai kemampuanku, Dad? Apa kau pikir aku tidak bisa menyelesaikan masalah ini sendiri?"Allard menyunggingkan senyum meremehkan sang ayah. Kemudian menatap John kembali dengan tatapan tajamnya.“Aku telah berhasil memenangkan masalah ini. Mark mengaku bersalah, dan kau … yang telah merencanakan ini semua.”Nora: (Mencoba menengahi) "Allard, mungkin ini hanya kekhawatiran John terhadap bisnismu yang membuatnya melakukan ini. Kita semua ingin yang terbaik untukmu. Kalian berdua telah mengkhianatiku. Aku tidak ingin melihat wajah kalian di sini lagi. Pergilah!"Perdebatan sengit yang terjadi pada anak dan ayah itu berlangsung cukup dramatis. Nora yang melihatnya lantas bingung harus berpihak pada siapa.Ia ingin memba
Sementara di kediaman Allard.Jemmy menghampiri Allard yang tengah duduk di ruang kerjanya, ditemani satu botol red wine di atas meja kerjanya. Allard tampak tengah dalam pemikiran mendalam ketika Jemmy datang."Allard, saya mendengar Nora dan John sudah pergi dari rumah ini." Jemmy memberi tahu Allard.Allard mengangguk sambil memandang botol wine di tangannya, tampak sedikit merenung."Ya, mereka pergi. Aku membiarkan mereka pergi,” ucap Allard dengan nada yang tenang."Tapi mengapa, Tuan? Apakah Anda tidak ingin mereka tinggal? Maksudku, Nora. Bukankah Anda sangat menginginkan Nora tetap di sampingmu?” tanya Jemmy terlihat bingung dengan tindakan Allard yang mengusir mereka.Allard tersenyum tipis, meskipun ekspresinya tetap serius."Jemmy, ini demi kebaikan hubunganku dengan Nora. Ada sesuatu yang masih belum terendus oleh John, sesuatu yang akan menghancurkan semuanya jika dia mengetahuinya. Maka dari itu, sebaiknya aku membiarkan mereka pergi.”“Begitu rupanya. Namun, mengapa An
Pacuan itu semakin menjadi. Cukup kencang dan tak terkendali. Pekikan dan desahan dari bibir Nora bergemuruh di dalam kamar nan luas itu.Tangannya mengepal lengan Allard karena sudah tidak tahan lagi menopang gairah gila lelaki itu.“Aku sudah mau sampai, Sayang. Bertahanlah!” rintih Allard dengan suara beratnya.Kemudian meledak lah peluh itu di bawah sana. Tubuhnya lunglai dan langsung menubruk Nora yang sudah lemas tak berdaya.“Terima kasih, untuk malam ini, Nora. Kau benar-benar membuatku semakin gila,” bisik Allard dengan napas yang terengah-engah.Nora tersenyum hangat dan mengusapi sisian wajah Allard. “Apakah benar, kau sangat menyukaiku, Allard?” tanyanya dengan suara pelan.Allard menatap wajah Nora. “Kau meragukan cintaku, hum?”Nora menggeleng pelan. “Tidak. Aku tidak ragu sama sekali. Aku hanya bertanya, Allard.”Lelaki itu kemudian mengusapi sisian wajah Nora yang penuh oleh keringat. “Ya. Aku sangat mencintaimu, Nora. Aku tak pernah segila ini pada wanita. Apalagi dia
Menyimpan sendiri rasa bingungnya terhadap John yang sudah membohonginya. Maksud dari kebohongan itu benar-benar tidak dimengerti oleh Nora.“Nora? Ada apa? Mengapa raut wajahmu menjadi masam seperti itu?” tanya Allard begitu melihat ekspresi wajah Nora.Perempuan itu menghela napasnya dengan panjang dan menatap wajah Allard.“Aku pernah bertanya mengenai hubunganmu dengan ibumu. Namun, John mengatakan hal yang sebaliknya. Sebenarnya, siapa yang harus aku percaya, Allard? Kau, atau John? Mengapa jawaban kalian tidak sama?” Allard mengerutkan keningnya karena bingung dengan ucapan Nora tadi yang mengatakan bahwa John pernah memberi kesan jika hubungan Allard dengan ibunya tidak baik. Ia memandang Nora dengan ekspresi campur aduk antara keheranan dan kebingungan."Nora, apa yang kau maksud tadi? John mengatakan apa tentang hubunganku dengan ibuku?" tanya Allard dengan nada bingung.Nora tertegun kemudian menatap Allard. "Well, dia pernah mengatakan bahwa hubunganmu dengan ibumu tidak ba