Share

3). Senja Dilema

***

"Ish, Davion ke mana sih? Enggak biasanya deh dia ngilang seharian gini. Bikin khawatir aja."

Duduk di tepi kasur, rutukan tersebut akhirnya dilontarkan Senja setelah Davion sang kekasih tak bisa dia hubungi baik itu lewat telepon mau pun chat yang bahkan sampai sekarang belum dibalas.

Entah ke mana pria itu, Senja sendiri tak tahu. Namun, yang jelas dia dilanda rasa khawatir karena semenjak berpacaran dengannya, Davion tak pernah menghilang seharian penuh seperti sekarang.

"Kenapa sih? Mas dengar-dengar kayanya daritadi kamu ngerutuk terus."

Sejak tadi fokus pada layar ponsel, selanjutnya Senja mengangkat pandangan setelah pertanyaan tersebut didapatkannya dari Juan yang kini duduk di depan meja belajar, dan alih-alih menjawab pertanyaan dari pria itu, Senja justru sedikit menunduk untuk memandang sebuah cincin yang kini tersemat di jari manis miliknya.

Tak mau hubungan dia juga Davion terbongkar, minggu lalu Senja memang menerima tawaran dari Juan sehingga hari ini—tepatnya hari Sabtu, dia resmi dipinang sang kakak ipar di kediaman kedua orang tuanya.

Tak ada pesta meriah, pernikahan hanya meliputi akad nikah yang dihadiri orang terdekat, karena tentunya sampai beberapa waktu ke depan Senja masih ingin merahasiakan hubungannya dengan Juan dari Davion.

Juan tak keberatan jika setelah menikah, Senja masih berhubungan dengan sang kekasih. Hal itu perlahan membuat rasa kesal di hatinya pada sang kakak ipar pun hilang, karena sejauh ini Juan mulai memihak dirinya.

"Kok diem?" tanya Juan setelah Senja mengabaikan pertanyaannya. "Mas nanya lho."

"Davion, Mas," ucap Senja pada akhirnya. "Semalam kan aku bilang ke dia kalau hari ini aku ada acara dan kalau bisa jangan hubungi aku setidaknya sampai sore."

"Terus?"

"Ya dia bablas sampai sekarang enggak hubungin aku," ucap Senja sambil mendesah. "Dichat enggak balas dan ditelepon juga enggak jawab. Padahal, aku khawatir."

"Tapi nomornya aktif?"

"Nomor biasa sih aktif, cuman ya gitu. Enggak diangkat."

"Tidur mungkin," kata Juan yang membuat atensi Senja beralih pada jam dinding di kamar mereka.

"Mana ada," kata Senja. "Davi tuh tidur minimal jam sepuluh karena kadang setiap malam kita teleponan. Jadi seharusnya dia belum tidur."

"Nongkrong sama teman-teman mungkin?" tanya Juan, coba menebak yang selanjutnya disanggah kembali oleh Senja.

"Enggak," kata Senja. "Davi kalau nongkrong pasti bilang dulu ke aku"

"Dan bisa aja dia lupa buat kabarin kamu hari ini," kata Juan, memotong ucapan Senja dengan sengaja. "Karena nyangka kamu masih ada acara keluarga, Davi nongkrong tanpa izin ke kamu dan karena enggak mau keganggu, dia matiin data."

"Masuk akal sih," ucap Senja dengan raut wajah yang masih terlihat merengut.

"Lagian ada suami, ngapain cari pacar?" tanya Juan yang kembali membuat Senja memberikan tatapan padanya. "Suami lebih bebas lho mau diajak ngapain juga."

"Maksud Mas?" tanya Senja yang entah kenapa tersipu. Namun, juga terganggu setelah Juan melontarkan lanjutan dari ucapannya.

"Ya menurut kamu apa?" tanya Juan. "Ini malam pertama kita, Senja, dan"

"Enggak ya, Mas," potong Senja dengan segera sebelum Juan bicara lebih dalam. "Aku nikah sama Mas itu karena terpaksa. Jadi tolong jangan berharap apa pun di malam pertama kita karena aku belum siap dan enggak tahu juga kapan bakalan siap karena sampai sekarang cinta aku masih buat Davi."

"Secinta itu kamu sama Davi?"

"Iya," kata Senja. "Lagian Mas harusnya enggak move on secepat ini dari Kak Mentari, karena dia baru pergi tiga bulan lalu dan pernikahan kalian juga enggak sebentar. Dengan bersikap manis ke aku kaya sekarang, Mas malah bikin aku ragu kalau cinta Mas ke Kak Mentari selama ini besar dan itu juga bikin aku ragu kalau Mas bisa cinta sama aku seperti yang Mas janjikan karena"

"Kesedihan itu enggak melulu harus ditunjukan, Senja, dan Mas adalah salah satu orang yang enggak suka ngumbar rasa sedih Mas di depan orang lain," ucap Juan.

"Lagipula Mas bersikap kaya gini juga buat kabulin amanat Kakak kamu karena sebelum meninggal, dia minta Mas belajar sayang sama kamu seperti Mas sayang sama Mentari, tapi kalau sikap Mas bikin kamu enggak nyaman, Mas minta maaf."

"Mas," panggil Senja yang seketika dilanda rasa bersalah setelah mendengar ucapan Juan yang kini bahkan terlihat mendung. "Aku enggak bermaksud ngatain Mas, aku cum"

"Enggak apa-apa," potong Juan. "Kamu berhak kok ragu. Mas enggak masalah. Sekarang karena udah malam, Mas tidur duluan ya. Capek. Kamu juga tidurnya jangan malam-malam biar besok pagi bangun segar."

"Mas mau tidur di mana?"

"Di sofa mungkin?" tanya Juan. "Kamu pasti enggak nyaman kalau Mas tidur di kasur kamu. Jadi mas di sofa aja."

"Enggak apa-apa?" tanya Senja yang semakin dilanda rasa kasihan.

"Enggak apa-apa."

Tak diam, selanjutnya Juan beranjak kemudian berpindah pada sofa kamar yang terletak tak jauh dari kasur. Membaringkan tubuh di sana, selanjutunya Juan memejamkan mata dan apa yang dia lakukan tentunya tak luput dari pengawasan Senja yang entah kenapa semakin dilanda rasa bersalah.

Memandangi Juan yang sepertinya terlelap, Senja dilanda rasa dilema. Selain rasa bersalah pada Juan, dia juga merasakan hal yang sama terhadap Davion karena status mereka yang masih berpacaran, tapi Senja justru menikah dengan pria lain yang notabenenya kakak ipar dia sendiri.

"Ya Tuhan, aku harus apa?" tanya Senja dengan suara pelan. "Lihat Mas Juan tidur di sofa gitu aku kasihan, tapi kalau aku suruh di kasur, aku berarti khianatin Davion lagi dan ah! Aku harus apa coba? Mas Juan suami aku, tapi Davi juga pacar aku."

Tenggelam dalam rasa bingung, pada akhirnya Senja beranjak sambil membawa selimut untuk kemudian menutupi tubuh jangkung Juan dan di momen itu, pandangannya sempat terkunci sehingga untuk beberapa saat, atensi Senja terarah pada wajah tampan sang suami.

"Enggak munafik setiap dengar cerita Kak Mentari, aku kagum sama sosok Mas Juan dan aku memimpikan suami seperti dia, tapi kenapa ketika aku sama Mas Juan nikah, aku justru enggak senang ya?" tanya Senja. "Perasaan aku campur aduk karena menikah dengan Mas Juan bikin aku berkhianat dari Davi. Padahal, aku udah janji buat selalu ada di samping dia."

"Ah, Senja! Kenapa jalan hidup kamu mendadak kaya gini sih?"

Beberapa menit mengoceh di dekat Juan, Senja akhirnya kembali ke kasur dan tak lagi memikirkan Davion, dia memutuskan untuk terlelap dan setelah tidur panjang selama beberapa jam Senja terbangun pukul lima pagi.

Beringsut secara perlahan, Senja mengambil ponselnya dari atas meja untuk mengecek notifikasi yang mungkin masuk dan benar saja karena kini beberapa pesan didapatinya, sehingga dengan segera dia membuka pesan tersebut dan voila!

Bukan pesan dari Davion, Senja justru menerima pesan dari nomor asing dan bukan teks, yang dia terima pagi ini adalah beberapa foto yang membuatnya dilanda rasa shock.

"D-Davion," panggil Senja tergagap. "Dia tidur sama siapa? Kok enggak pake baju?"

Comments (28)
goodnovel comment avatar
Srie Rahayu
pantesan nggak ada kabar seharian, rupanya si davion lagi bersenang-senang sama cewek lain... ......
goodnovel comment avatar
Srie Rahayu
davion, maaf typo.. ...
goodnovel comment avatar
Srie Rahayu
astoge... apa-apaan ini, pengantin baru tidurnya terpisah, tapi malah si davino yang tidur sama cewek lain...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status