Share

4). Kandasnya Hubungan

***

"Jangan nangis terus biar matanya enggak sembab. Kalau Ayah tahu kamu nangis, nanti Mas yang kena."

Terus terisak sepanjang perjalanan, Senja menoleh setelah ucapan tersebut dilontarkan Juan dari balik kemudi.

Tak sedang di kamar, saat ini dia dan sang suami tengah berada di perjalanan menuju sebuah hotel tempat Davion menginap, karena memang setelah tak bisa menghubungi sang kekasih sejak kemarin, pagi ini Senja mendapatkan informasi tentang keberadaan Davion bahkan foto-foto pria itu yang tengah terlelap dengan seorang perempuan tanpa menggunakan busana.

Melabrak Davion, itulah tujuan Senja sekarang. Diselingkuhi begini dia tentunya tak terima dan karena Juan tahu apa yang terjadi, pria itu menawarkan diri untuk mengantarnya.

"Ya gimana enggak nangis? Pacar aku tidur sama perempuan lain!" ucap Senja sambil terus mengusap air mata di pipi menggunakan tisu yang dia bawa. "Aku sama Davi pacaran hampir setahun, Mas, dan sekarang aku sakit hati. Aku enggak nyangka dia sejahat itu sama aku."

"Sabar," ucap Juan menenangkan. Tak hanya dengan ucapan, sebuah usapan di bahu lantas dia berikan dan hal tersebut perlahan membuat Senja tenang.

"Ini mungkin jalan terbaik yang Tuhan kasih buat kamu. Tuhan sengaja kasih lihat kelakuan Davi biar kamu enggak terus lanjutin hubungan sama dia karena kalau terus berlanjut, kamu bakalan lebih sakit dari sekarang."

Tak menimpali lagi ucapan Juan, Senja hanya terus terisak hingga setelah setengah jam di jalan, dia juga Juan sampai di tempat tujuan. Tanpa banyak menunda, Senja pun turun diikuti sang suami yang kini mengikutinya.

Masuk ke dalam lobi, tujuan Senja sekarang adalah meja resepsionis. Namun, belum sampai dia si sana, kedatangan Davion lebih dulu menarik atensi sehingga selanjutnya yang dia lakukan adalah; menghampiri sang kekasih dengan emosi mendidih.

"Senja."

Plak!

"Jahat kamu!" ujar Senja yang tanpa ragu mendaratkan tamparan di pipi Davion sesampainya dia di dekat sang kekasih. "Aku pikir kamu beneran setia sama aku, tapi nyatanya kamu malah lakuin hal semenjijikan ini. Brengsek!"

"Nja, kamu tahu dari mana?" tanya Davion—mengabaikan gelenyar perih di pipi yang diciptakan Senja beberapa detik lalu. "Aku bisa jelasin semuanya, Nja. Apa yang kamu lihat enggak"

"Cukup, Davion!" bentak Senja tanpa ragu. "Aku enggak mau dengar penjelasan apa pun dari kamu karena buat aku semuanya udah jelas! Kamu tidur sama perempuan lain dan kamu enggak pake baju. Orang bodoh pun tahu apa yang kamu lakuin. Jadi enggak usah sok baik karena aku jijik sama kamu!"

"Nja, please!"

"Jangan sentuh aku!" bentak Senja sambil menjauhkan lengannya yang hampir di raih oleh Davion. "Aku pikir kamu tulus tahu enggak? Aku pikir kamu juga beneran cinta dan setia, tapi ternyata kamu khianatin aku. Aku enggak suka dikhianatin, Davion! Aku benci!"

"Nja, dengerin dulu aku, Nja. Aku"

"Kita putus," potong Senja yang pada akhirnya mengambil keputusan. "Persetan apa pun alasan kamu sampai bisa tidur dengan perempuan lain, aku mau kita udahan dan mulai hari ini kita enggak ada hubungan apa pun. Jadi jangan pernah temui aku lagi karena aku muak sama kamu."

"Tolong jangan kaya gini, Nja, aku sayang sama kamu dan"

"Mas, ayo kita pergi," ajak Senja pada Juan. Ia tanpa ragu meraih telapak tangan Juan, sebelum akhirnya melangkah pergi meninggalkan Davion begitu saja.

Mengabaikan panggilan sang kekasih, Senja terus menarik Juan menuju mobil. Setibanya di kendaraan yang mereka bawa, Senja segera masuk, tidak mengindahkan Davion yang mengejar untuk memberikan penjelasan.

"Ayo, Mas!"

"Iya sebentar, Nja. Mas nyalain dulu mesin."

Sempat dilanda rasa gugup, pada akhirnya Juan berhasil membawa mobilnya pergi meninggalkan hotel. Tangis kembali pecah dari sang istri.

Tak berusaha menenangkan, Juan memilih untuk terus fokus mengemudi. Ia baru berhenti saat menemukan jalanan sepi, membuat Senja tentunya buka suara.

"Kenapa berhenti, Mas?"

"Biar kamu bisa puasin dulu nangis di sini sebelum ke rumah. Kalau udah di rumah, kamu enggak akan bebas," ucap Juan sambil memandang Senja. "Ayah enggak tahu hubungan kamu sama Davi, jadi beliau akan nyangka kita ada masalah kalau lihat kamu nangis. Jadi di sini aja kalau mau nangis, Mas temenin."

"Mas."

"Butuh pelukan?" tanya Juan. "Semuanya pasti berat buat kamu."

"Emang boleh?"

"Mas suami kamu sekarang, Senja. Of course boleh," kata Juan sambil tersenyum sehingga pada akhirnya Senja pun menerima tawaran untuk memeluk suaminya itu.

Rasanya hangat.

Meskipun sakit yang diciptakan Davion masih terasa, sedikit demi sedikit Senja merasa kehangatan menjalar di tubuhnya tatkala tubuh besar Juan memberikan dekapan erat di tubuh kecilnya.

Apa ini cinta? Ah, sepertinya tidak mungkin.

Senja memang mengagumi sosok Juan, tapi rasanya terlalu tak masuk akal jika dia jatuh cinta pada Juan secepat ini karena kemarin ketika mereka menikah, Senja bahkan tak merasa bahagia sama sekali. Dia ingin menangis karena menikah dengan Juan membuatnya mengkhianati Davion.

Namun, hari ini rasanya benar-benar berbeda karena pelukan Juan perlahan membuatnya nyaman.

"Mas."

Setelah terisak untuk beberapa saat dengan Juan yang terus berusaha menenangkannya, Senja buka suara dan hal tersebut tentunya membuat sang suami lekas menjawab.

"Ya?"

"Mas serius mau belajar mencintai aku seperti yang Mas omongin seminggu lalu bahkan semalam?" tanya Senja—mengingat lagi beberapa penuturan Juan.

"Iya, Mas serius," ucap Juan. "Kenapa? Kamu juga mau buka hati buat Mas?"

"Boleh emang?"

Juan terkekeh. "Ya bolehlah, masa enggak?" tanyanya. "Justru bagus karena kalau kamu juga mau belajar, Mas berarti enggak berjuang sendirian. Iya enggak?"

Melepas pelukan Juan secara perlahan, itulah yang Senja lakukan sebelum akhirnya berkata sambil memandang Juan.

"Ajarin aku buat jatuh cinta sama kamu, Mas," kata Senja. "Aku janji bakalan serius belajar kalau kamu juga mau ajarin aku. Tapi mungkin enggak akan cepat karena aku masih ingat Davion."

"Oke," kata Juan. "Mas bakalan bikin kamu jatuh cinta sama, Mas, tapi sebelum itu gimana kalau nanti sore kita pulang ke Bandung? Kita mulai rumah tangga kita di sana karena Mas pikir enggak ada alasan lagi kamu di sini."

"Bandung?"

"Ya, Bandung, rumah Mas," kata Juan. "Mas mau kamu tinggal di sana biar kita bisa sama-sama belajar buat bangun rumah tangga yang baik."

Tak menjawab, yang dilakukan Senja setelahnya justru memandang Juan dengan lekat sambil berpikir. Bukan keputusan mudah, rasanya dia harus benar-benar matang memikirkannya.

Setelah beberapa detik berlalu, Juan kembali buka suara—melontarkan pertanyaan yang tentunya harus Senja jawab. 

Pria tampan itu mengusap puncak kepala Senja dengan lembut. "Gimana, Nja, mau kan ikut dan tinggal sama Mas di Bandung?"

Komen (29)
goodnovel comment avatar
Hamid Ahmad
senja blum dengar penjelasan davion mungkin di jebak
goodnovel comment avatar
Srie Rahayu
karena kamu sudah jadi istrinya juan, maka kamu harus mau dibawa pulang ke rumahnya di bandung, senja...
goodnovel comment avatar
Srie Rahayu
sebagai seorang istri, sudah seharusnya ikut dengan kemauan suami...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status