Share

5). Sebuah Perubahan

Author: Cacavip
last update Last Updated: 2023-09-26 13:14:46

***

"Kami pamit ya, Yah, Bun. Kalian jaga kesehatan di sini."

Sambil mencium punggung tangan kedua mertua, ucapan tersebut lantas dikatakan Juan ketika sore ini dia dan Senja siap pulang ke Bandung.

Patah hati pasca putus dari Davion, Senja mengambil keputusan untuk mulai menerima pernikahannya dengan Juan. Mengungkap niat untuk belajar mencintai suaminya tersebut, dia mengambil langkah awal dengan bersedia tinggal di Bandung bersama Juan dan karena senin besok sang suami harus kembali ke kantor. Jadi hari Minggu sore ini, Senja dan Juan berpamitan.

"Kalian hati-hati juga di jalan," ucap sang ayah pada mereka. Ia beralih pandang ke arah sang menantu, sambil berkata, "Titip Senja ya. Bimbing dia dan tegur dia secara baik kalau lakuin kesalahan. Meskipun Senja bukan anak kandung ayah, ayah harap kamu perlakukan dia seperti kamu memperlakukan Mentari."

"Iya Ayah," kata Juan patuh. "Juan akan lakuin apa yang ayah minta."

Tak lama mengobrol, setelahnya Juan juga Senja bergegas menuju mobil dan dalam hitungan menit, keduanya pergi meninggalkan rumah menuju jalan tol yang akan membawa mereka ke Bandung.

Tak pulang bersama anak-anak, Juan dan Senja kini hanya berdua karena sebelum mereka pulang, kedua anak Juan lebih dulu dibawa supir menuju Bandung.

Tak ada canggung, perjalanan sore ini mereka isi dengan obrolan santai. Melihat bagaimana sang suami bertutur, rasanya Senja semakin tertarik. Tanpa sadar, ia sesekali mencuri pandang ke arah Juan yang fokus mengemudi.

Menempuh perjalanan selama tiga jam nonstop, Senja dan Juan tiba sekitar pukul delapan malam di rumah. Dilanda rasa lelah, keduanya memutuskan untuk pergi ke kamar.

Juan menyambut Senja dengan sangat baik bahkan lemari kosong untuk menyimpan pakaian pun disiapkan. Setelah beristirahat, Senja akhirnya memutuskan untuk beres-beres.

"Mas mandi dulu ya," ucap Juan di tengah kegiatan Senja membereskan pakaian. "Enggak mandi sebelum tidur rasanya enggak nyaman."

"Iya, Mas. Nanti aku nyusul."

"Enggak mau bareng aja?" tanya Juan yang membuat kedua pipi Senja bersemu merah. "Biar lebih irit waktu."

"Mas, apa sih? Enggak usah ngaco deh."

"Kenapa ngaco? Kita sah suami istri."

"Ya iya, cuman kan ... ah, udah deh sana mandi. Nanti aku siapin baju tidur kamu di kasur," ucap Senja.

"Bisa emangnya?"

"Mas." Senja mendesah. "Aku emang jauh lebih muda dari Mas, tapi aku juga bukan remaja belasan tahun kali. Umurku dua puluh dua. Jadi bisalah. Aman."

"Ya udah kalau gitu Mas mandi dulu."

"Yang bersih."

Juan tertawa. "Siap."

Pria itu masuk ke kamar mandi, sementara Senja sendiri melanjutkan kegiatannya. Setelah semua selesai, dia beralih ke lemari pakaian milik Juan untuk memilah piyama tidur yang akan pria itu pakai.

Mengambil piyama satin berwarna biru, Senja menyimpannya di kasur. Selang beberapa menit, Juan keluar dengan tubuh yang terlihat segar.

Sempat merasa malu karena Juan bertelanjang dada, Senja pada akhirnya memberanikan diri untuk melihat sang suami. Ia tersipu.

Setelahnya, mereka berinteraksi seperti biasa. Di tengah kegiatan sang suami memakai baju, Senja tiba-tiba saja dibuat kaget saat Juan mendadak berkata, "Mau tidur sama Mas enggak malam ini?"

"Bukannya aku emang tidur sama Mas ya di kamar ini?" tanya Senja dengan sikap polosnya—membuat Juan tentu saja tersenyum.

"Bukan itu, Nja," kata Juan mengoreksi. "Tidur yang Mas maksud tuh lain."

"Hah?"

"Kayanya kita perlu mengawali hubungan kita dengan itu deh," kata Juan. "Orang bilang making love tuh bisa bikin perasaan cinta gampang tumbuhnya. Mas pikir enggak ada salahnya kita coba."

"T-tap—"

"Enggak siap?" tanya Juan sambil mencondongkan badan ke arah Senja yang tentu saja membuat perempuan itu dilanda rasa kaget. "Mas bisa bimbing kamu. Mas berpengalaman dan Mas tahu gimana cara memperlakukan seorang perempuan di atas ranjang. Kamu enggak usah takut."

Tak menjawab, Senja hanya memandang Juan dengan perasaan gugup. Pertanyaan mau atau tidaknya berhubungan badan kembali dilontarkan pria itu—membuat Senja pada akhirnya mengangguk pelan.

Setelah itu perintah untuk berdiri didapatnya, sehingga dia pun patuh dan dalam waktu yang cepat, Juan menarik pinggang Senja agar lebih rapat.

Seolah belum cukup rasa kaget Senja, setelahnya gadis dua puluh dua tahun itu kembali terbelalak setelah Juan mendaratkan ciuman di bibirnya. Tak sekadar menempel, ciuman tersebut perlahan semakin dalam.

Kaget, awalnya Senja pasrah tanpa melakukan balasan apa-apa hingga pada akhirnya keberanian untuk membalas pun muncul—membuat dia pada akhirnya mulai melayani permainan Juan. Bahkan kedua tangan yang semula menganggur, perlahan naik kemudian berlabuh di pinggang sang suami.

Ciuman itu semakin intens dan dalam. Juan membaringkan Senja di atas tempat tidur. Tak melakukan perlawanan, Senja pasrah pada apa yang dilakukan sang suami, bahkan ketika pada akhirnya Juan menanggalkan pakaian miliknya, Senja tak menolak.

Hanyut, Senja semakin tenggelam dalam permainan Juan. Setiap sentuhan yang pria itu berikan rasanya mampu membuat dia terbakar. Senja semakin menikmati semua itu.

"Mas Juan..."

Setelah puas dengan ciuman, perlahan Juan turun untuk menyentuh titik-titik sensitif Senja menggunakan bibirnya. Meskipun malu, desahan beberapa kali lolos dari bibir Senja.

Saat Senja hampir mencapai puncak karena sentuhan yang dia berikan, Juan tiba-tiba berhenti. Hal tersebut tentunya membuat Senja memberikan tatapan penuh tanya.

"Mas?"

"Kenapa? Kaget ya karena saya mendadak berhenti?" tanya Juan yang kini duduk di depan Senja yang tentunya masih berbaring. "Apa kamu pikir malam ini akan ada kegiatan bercinta?"

"Maksud Mas apa?" tanya Senja. "Bukannya tadi Mas—"

"Kamu terjebak," celetuk Juan dengan senyuman miring bahkan raut wajah yang juga terlihat dingin. "Kamu berhasil masuk ke dalam jebakan saya Senja."

Kening Senja berkerut. "Mas—"

"Saya bahagia karena meskipun belum apa-apa, setidaknya saya sudah sedikit membalas rasa sakit hati saya pada Mentari."

Bingung sekaligus kaget, itulah yang Senja rasakan. Dia beringsut menutup tubuhnya menggunakan selimut sambil memandang Juan penuh tanya.

"Jelasin sama aku apa maksud dari ucapan Mas barusan," ucap Senja dengan suara bergetar. Gadis itu tidak bisa menutupi rasa terkejut dan gugupnya. "Jebakan, terjebak, sakit hati sama Kak Mentari. Itu maksudnya apa, Mas?"

Juan kembali tersenyum miring sebelum berkata, "Kamu pikir tujuan saya menikahi kamu itu untuk membangun cinta? Enggak, Senja." Pria tampan itu mendenguskan tawa sinis. "Saya enggak punya niatan untuk mencintai kamu. Saya menikahi kamu untuk balas dendam."

"Apa?" tanya Senja dengan raut wajah takut yang kini begitu kentara. "Dendam? Aku ada salah apa sampai Mas Juan dendam sama aku?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (24)
goodnovel comment avatar
Marlien Cute
Ternyata Juan nikah with Senja hanya untuk balas dendam ke Mentari. Seandainya Mentari memang punya salah ke Juan kenapa balas dendamnya ke Senja yg tidak ada hubungannya dengan Mereka!.
goodnovel comment avatar
Joni Asmal
kok dak ada lanjutan babnya
goodnovel comment avatar
Isni Indarti
bagus sekali alur cerita tolong lanjut kembali
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   195). Mengunjungi Mentari (Ending)

    ***"Ah, akhirnya acara aqiqah Tian berjalan dengan lancar ya, Mas. Rasanya baru kemarin deh dia lahir, tapi ternyata udah dua minggu yang lalu."Tersenyum sambil memandang para tamu yang kini pergi meninggalkan rumahnya, ucapan tersebut lantas Senja lontarkan pada Juan. Tak berada di dalam, saat ini dia dan sang suami masih berada di teras karena memang setelah acara selesai, keduanya mengantar para tamu seraya mengucapkan terima kasih.Dua minggu pasca melahirkan, Senja dan keluarga sepakat untuk mengadakan acara aqiqah baby Tian. Tak digelar di gedung, Senja dan Juan sepakat mengadakan acara di rumah.Mengundang para tetangga komplek, acara berlangsung dengan lancar dan tak sedikit, tamu yang diundang pun cukup banyak karena dari banyaknya tetangga yang diberitahu, hampir semua datang sore ini ke rumah Juan."Iya, akhirnya acara berjalan dengan lancar," kata Juan. Menoleh kemudian memandang Senja, dia kemudian berkata, "Semoga Tian seh

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   194). Senja Pulang

    ***"Welcome home, Mama Senja!"Membulatkan mata dengan raut wajah kaget, itulah Senja setelah sambutan tersebut didapatkannya dari orang-orang yang siang ini menyambut di ruang tengah.Dua hari menetap, Senja dan sang bayi memang diizinkan pulang hari ini untuk menjalani pemulihan di rumah. Tak dijemput siapa pun, Senja pulang berdua saja dengan Juan dan jujur dirinya sedih, karena dia pikir orang-orang rumah akan menjemputnya, mengingat kepulangan dia bukan di hari kerja melainkan hari libur.Tak menunjukan kesedihan, Senja terus berusaha tersenyum selema di jalan hingga ketika tiba di rumah, kehadiran dua mobil yang tak asing untuknya membuat dia bertanya-tanya.Bukan mobil Juan ataupun Gian, yang dilihat Senja adalah mobil Davion juga kedua orang tuanya sehingga dengan rasa penasaran yang tiba-tiba melanda, Senja bertanya.Namun, alih-alih memberikan jawaban, Juan justru meminta dia untuk masuk sehingga sambil menggendong san

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   193). Kelahiran Bayi Mungil

    ***"Ayo, Bu, coba dorong."Bersandar pada bed, yang sejak tadi dia tempati, Senja menoleh ke arah Juan sebelum kemudian mengambil ancang-ancang. Menutup rapat mulutnya seperti yang disarankan, Senja mulai mengejan sekuat tenaga sambil berpegangan pada sang suami.Bukaan lengkap setelah menunggu selama beberapa jam, persalinan Senja memang segera dilakukan. Aman untuk melahirkan secara normal, Senja membiarkan tubuhnya kesakitan karena gelombang cinta yang beberapa waktu lalu datang, dan sekarang perempuan itu kembali berjuang.Bayi yang dikandung tak langsung keluar dalam sekali ejanan, Senja menjatuhkan punggungnya di bed dengan napas terengah. Beristirahat sejenak, itulah yang dia lakukan sekarang sementara dokter sibuk memeriksa sesuatu."Kuat ya, kamu pasti bisa," ucap Juan yang terus berada di samping Senja. "Doain ya, Mas," pinta Senja yang dijawab senyuman oleh sang suami."Pasti."Waktu istirahat seles

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   192). Kado untuk Gian

    ***"Gi, anak kita lucu."Berdiri persis di samping inkubator, ucapan tersebut Diandra lontarkan dengan perasaan yang terasa begitu hari. Melahirkan beberapa jam lalu, sore menjelang malam Diandra meminta untuk dibawa ke ruang Nicu. Dioperasi menggunakan metode yang cukup bagus, perempuan itu sudah mampu berdiri bahkan duduk sehingga setelah meminta izin pada Dokter, Gian membawa istrinya itu menemui sang putra.Lahir dengan tubuh yang sangat mungil, putra pertama Gian dan Diandra terlihat persis seperti sang ayah, Gian. Memiliki hidung mancung, dua alis yang tak terlalu tebal kemudian rambut hitam, bayi mungil tersebut nampak begitu baik sehingga meskipun harus menetap di inkubator hingga kondisi dan berat badan stabil, Gian mau pun Diandra lega karena sejauh ini, tak ada kelainan yang ditunjukan Pradikta atau yang lebih akrab disapa baby Dikta."Mirip banget sama aku enggak sih?" tanya Gian yang setia di samping Diandra, guna berjaga-j

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   191). Kelahiran Putra Pertama

    ***"Gimana, Dok? Apa istri saya harus lahiran sekarang karena ketubannya udah pecah?"Melihat dokter selesai memeriksa Diandra, pertanyaan tersebut lekas Gian lontarkan dengan raut wajah yang cukup tegang.Mendapat kabar tentang Diandra yang tiba-tiba mengalami pecah ketuban, Gian memang sigap membawa istrinya itu ke rumah sakit terdekat. Meskipun Diandra tak merqsa kesakitan, Gian membawa perempuan itu ke IGD sehingga tanpa perlu menunggu lama, penanganan pun dilakukan dengan cepat."Betul sekali, Pak," kata sang dokter, memberi jawaban. "Karena air ketuban yang tersisa hanya tinggal sedikit, istri Bapak harus segera melahirkan bayinya dan demi mencegah sesuatu yang tidak diinginkan, kami akan melakukan tindak operasi secepatnya. Apa bapak setuju? Jika iya, nanti berkas-berkasnya disiapkan pun dengan ruang operasi.""Kalau itu yang terbaik, saya setuju, Dokter," ucap Gian. "Tapi usia kandungan istri saya baru dua puluh sembila

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   190). Waktu Berlalu

    ***"Silakan dinikmati basonya ya, Mbak, Kak, Dek, semoga bakso buatan Mamang cocok di lidah kalian."Sambil menyimpan satu persatu mangkuk bakso di atas meja makan, ucapan tersebut lantas Juan lontarkan untuk istri dan kedua anaknya yang sejak beberapa menit lalu menunggu di sana.Tak bisa menolak ngidam Senja yang katanya ingin bakso buatan dia sendiri, Juan mendadak cosplay menjadi mang bakso komplek. Membuat adonan bakso kemudian mengolahnya menjadi bulatan kecil dan sedang, semua dia lakukan sendiri tanpa bantuan siapa pun.Tak hanya membuat bakso, Juan juga berpakaian seperti tukang bakso demi mengabulkan keinginan Senja. Kaos abu pendek, celana pendek juga topi bulat dan handuk, semuanya dia pakai dan hal tersebut membuat Senja bahagia, sehingga meskipun harus menunggu satu jam lebih bakso yang diinginkannya jadi, perempuan itu tak bosan sama sekali."Waw," ucap Kirania takjub. "Udah cocok kayanya Papa jadi tukang bakso. Persis bua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status