Setelah kepergian Wilson, Kasih berjalan menuju taman belakang untuk melihat sekeliling. Gadis manis itu sangat senang karena Wilson telah berangkat kerja sehingga jantungnya kini kembali normal dan ia merasa lega. Lagi pula Wilson belum memberinya pekerjaan, jadi ia bisa menyusuri setiap inci dari rumah tersebut agar suatu saat tidak tersesat.
Baru saja melangkahkan kaki, tiba-tiba sebuah tangan sudah menariknya dengan kasar lalu membawa Kasih ke pojok tembok.
“Auw lepasin.” ringis Kasih sembari mengibaskan tangannya yang sedikit perih.
“Beraninya kau menggoda Wilson, dasar bocah ingusan!”
Plakk
Satu tamparan keras mendarat di pipi mulus Kasih, sontak membuat gadis itu merasa terkejut. Ia memegangi pipinya sembari menangis. Selama 18 tahun hidup tidak ada seorang pun yang berani menamparnya termasuk sang Ayah sekalipun. Tapi kini seorang wanita sexi yang belum ia kenal sudah berani berbuat kasar padanya.
“Ta-tante siapa? kenapa Tante menamparku?” ucap Kasih sedikit takut.
“Itu hadiah untukmu karena kau telah mengambil Wilson ku!”
“Wi-Wilson mu? maksud Tante, Tuan Wilson si galak itu?”
“Ya, siapa lagi?” ucap Alin sembari berkacak pinggang.
“Tapi aku,” ucap Kasih terputus, karena di hadapannya kini telah muncul dua laki-laki berbadan tegap dengan pakaian serba hitam.
“Nyonya, anda ikut kami sekarang juga! Tuan Wilson ingin berbicara dengan anda di kantor.”
“Kenapa harus di kantor? nanti saja saat Wilson pulang,” ucap Alin menolak.
“Tidak bisa, ikut kami sekarang!” kedua pengawal itu menyeret Alin dengan paksa sementara Kasih menyeka air matanya, lalu ia pun tertawa puas.
“Rasain tuh, dasar Tante galak we,” ucapnya menjulurkan lidah.
🌼🌼🌼🌼🌼
Setibanya di kantor, Alin merasa cukup tegang bertemu dengan mantan suaminya itu. Ia tahu betul sifat Wilson seperti apa. Jika dirinya sudah di panggil, akan di pastikan sesuatu yang buruk akan terjadi padanya.
“Tuan, kami sudah membawa Nyonya Alin,” ucap seorang pengawal menyeret wanita sexi itu hingga tersungkur tepat di kaki Wilson.
“Bagus, sekarang kalian keluar!”
“Baik, Tuan.”
Alin berdiri merapihkan bajunya yang sedikit berantakan. Sekujur tubuhnya sudah terasa dingin karena Wilson terus mentapnya dengan tajam.
“Honey tu-tumben kau memanggilku kesini, ada apa?” ucap Alin membuat laki-laki bertato itu merasa muak.
“Berhenti memanggilku dengan sebutan menjijikan seperti itu!”
“Ta-tapi honey aku sangat merindukan mu, apakah sebaiknya kita rujuk saja demi kebaikan kita dan si kecil Rama,” ucap Alin dengan tak tahu malu.
“Cih, rujuk katamu, untuk apa? aku sudah mendapatkan yang lebih muda dan tentunya masih fresh.”
“Kau jahat honey,” ucap Alin sembari menyeka air matanya.
“Dasar wanita murahan! hapus air mata buayamu itu!”
Alin mendekat kemudian duduk di pangkuan Wilson. Dengan tak tahu malu dia memamerkan paha mulusnya agar laki-laki yang pernah berstatus sebagai suaminya itu tergoda. Alin kini mulai menyentuh wajah tampan itu dengan jari-jarinya yang lentik. Mulai dari hidung turun ke bibir, ia mendekatkan bibirnya dengan bibir Wilson tapi tiba-tiba...”
Brakkk
Lemparan dahsyat Wilson hadiahkan untuk mantan istrinya yang gila harta itu.
“Auw honey, kenapa kau tega melemparku,” ucapnya meringis kesakitan.
Wilson mendekat lalu berjongkok dengan menumpu pada satu kaki, ia menangkup wajah wanita sexi itu dengan keras. Sorot mata yang tajam membuat Alin benar-benar ketakutan.
“Kau tahu kenapa aku memanggilmu kemari?” tanya Wilson dengan pelan namun terdengar menakutkan bagi Alin.
“Ka-kau mau apa Wilson? lepaskan tanganmu ini sangat sakit,” ucap Alin, namun Wilson malah semakin kencang meremas wajahnya.
“Kau sudah menampar calon istriku dan membuatnya menangis,” ucap Wilson tersenyum smirk.
“Kau tahu hukuman apa yang tepat untuk jala*g sepertimu yang sudah berani menyentuh milikku?” tanya Wilson menyeringai.
“A-aku,” ucap Alin terbata-bata. Ia mengutuki kebodohan nya yang sudah ceroboh dalam bertindak. Alin lupa Wilson adalah pria yang memiliki segalanya, dia memiliki banyak mata-mata yang tidak terlihat oleh siapapun.
Wilson melepaskan cengkraman nya kemudian memberi kode agar kedua pengawalnya masuk.
Pintu terbuka
Dua orang pengawal yang tak kalah galaknya dari Wilson maju beberapa langkah membuat Alin ketakutan.“Wi-Wilson ku mohon maafkan aku.. aku,” ucapnya terputus karena kini dua pengawal tersebut telah menyeretnya keluar dan membawa ia ke ruang bawah tanah.
Wilson merapihkan jas kemudian kembali duduk di kursi kebesarannya. Ia sangat kesal ketika membuka Cctv mendapati Alin tengah menampar Kasih. Walaupun tak ada perasaan dengan gadis itu, tetap saja dia miliknya dan hanya Wilson yang berhak menyentuh gadis kecilnya itu.
🌼🌼🌼🌼🌼
Malam menunjukkan pukul 22.00 Wib.
Para pembantu besarta pengawal yang berkerja di kediaman Wilson Alexander kini tengah berjejer rapi menyambut kedatangan sang Tuan. Tidak heran jika Wilson selalu pulang larut malam, karena semuanya mengetahui siapa itu bos besarnya.
Tidak lama kemudian, suara klakson mulai terdengar. Hito, sopir pribadi Wilson segera membukakan pintu mobil untuk Tuannya.
Wilson membuka kacamata lalu berjalan dengan cool melewati deretan para pekerja di rumahnya.
Namun langkahnya terhenti, sebab Wilson tidak melihat batang hidung Kasih di antara jejeran tersebut.
“Dimana gadis itu?” Wilson menatap satu-persatu para pekerja yang berbaris.
“A-anu Tuan, Nyonya Kasih sepertinya sudah tidur,” ucap Mbok Sanih membuka suara.
“Apa, gadis itu tidur? dia tidak menyambut kedatangan ku?” teriak Wilson menggema di ruangan itu membuat semuanya menunduk takut.
Dengan amarah yang memuncak Wilson berjalan menuju lift lalu memencet angka 3.
Setibanya di sana matanya terbelalak tatkala melihat Kasih tengah tertidur pulas di kamarnya sambil memeluk guling.
“Sial, siapa yang menyuruh dia untuk tidur di sini.”
Wilson berjalan menuju ruang ganti. Ia sudah mandi di mansion keduanya, jadi setiap pulang laki-laki itu langsung tidur, tapi kini ada seorang gadis yang berani tidur di ranjang tanpa ijin darinya. Kasih, satu-satunya wanita yang berani memasuki kamar Wilson, bahkan Alin pun tak berani mengusik kamarnya dan mereka tidur terpisah.
Dengan menggunakan kimono berwarna hitam membuat Wilson semakin terlihat hot, di tambah lagi dengan tato yang menghiasi tubuhnya membuat ia terlihat lebih manly.
Perlahan Wilson menaiki ranjang serta mengambil selimut untuk menutupi tubuh Kasih yang sedikit terbuka. Senyum tipis pun hadir di sudut bibirnya.
“Kau ingin menggodaku gadis kecil, lihatlah cara tidurmu bahkan terlihat sexi,” gumam Wilson dengan nada serak.
“Belum saatnya aku menjebol gawang mu,” ucap Wilson seraya mengelus wajah Kasih dengan jari panjangnya. Pasalnya ia akan menikahi gadis yang umurnya sangat terpaut jauh.
Kicauan burung di pagi hari terdengar begitu merdu. Matahari mulai menampakkan sinarnya melalui celah-celah jendela. Seorang gadis manis terbangun dengan merentangkan kedua tangan serta mulut yang menguap lebar.“Hoamm nyenyak banget,” gumam Kasih. Ia pun hendak melanjutkan tidurnya kembali. Namun baru saja memejamkan mata suara pletakan terdengar dari kening nya.“Auws.” ringis Kasih memegangi jidatnya yang terasa sakit.“Tu-Tuan, kenapa anda tidur di sini?” ucapnya sedikit kaget, Kasih pun langsung bangkit dan duduk di sisi ranjang.“Bagus sekali, harusnya aku yang bertanya seperti itu,” ucap Wilson menatap tajam ke arahnya sontak membuat Kasih menunduk takut.“Ma-maaf, Tuan saya ketidu...”“Ketiduran? Dasar alasan. Cepat kau mandi! bersihkan badanmu yang bau asam itu!” ucap Wilson, ia pun berlalu keluar.Kasih langsung mengendus ketiaknya kiri dan kanan. &ldquo
“Buka matamu! kau membayangkan apa?” ucap Wilson dengan heran.Kasih sangat terkejut, wajahnya memerah seperti udang rebus. Bisa-bisanya mengkhayal Tuan Wilson menciumnya dengan lembut.“Ah tidak-tidak kenapa aku mengharapkan dia menciumku lagi seperti kemarin, ciuman nya masih berasa di bibirku,” batin Kasih.“Kenapa bengong? kau terpana dengan ketampanan ku?” ucap Wilson membuat Kasih salah tingkah sendiri.“Eh ti-tidak Tuan aku...”“Jadi maksud mu aku tidak tampan?”“Sangat tampan,Tuan.Tuan juga menggoda,” ucap Kasih yang langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan.“Astaga apa yang aku katakan. Tuan Wilson pasti berpikir yang tidak-tidak,” batin Kasih.“Benarkah aku menggoda?” tanya Wilson tersenyum tipis, laki-laki itu kini semakin mendekat dan menarik pinggang Kasih.“I-iya,Tuan,” ucapnya menunduk malu.
“Hah?” Kasih melongo tatkala Tuan Wilson memujinya.“Benarkah aku sangat imut, Tuan?”Tuan Wilson tidak menjawab melainkan kembali fokus membaca koran. Kasih pun mengerucutkan bibirnya dengan lucu, tentu Wilson bisa melihatnya dari balik koran.1 jam kemudianTangan Kasih sudah terasa pegal, rasanya ia sudah tak sanggup lagi. Pahanya juga sudah mulai keram akibat kaki Tuan Wilson yang begitu berat.Kasih menyeka keringatnya dengan telapak tangan. Ia menarik nafasnya dalam-dalam.“Tuan, sudah ya,” cap Kasih yang masih terus memijat.“Tuan, saya lelah,” gumam Kasih.“Tuan, jawab dong,” ucap Kasih memelas. Namun Tuan Wilson tak kunjung menjawab. Wajahnya di tutupi koran.“Jangan-jangan ketiduran,” gumam Kasih. Ia pun mengambil koran yang menutupi wajah Wilson kemudian menaruhnya di atas meja.“Tuh kan benar Tuan Wilson ketiduran,” uca
“Kau sedang mendongeng atau membicarakan ku?” ucap Wilson dengan datar. Kasih hanya menunduk sembari meremas jemarinya. Wilson bisa melihat dengan jelas betapa gadis itu sangat ketakutan. Ia pun mengusap wajahnya dengan kasar, lalu menghampiri Rama yang sedang bersandar manja di bahunya. “Sayang, kenapa kau belum tidur?” Wilson berkata lembut dengan tangannya yang membelai pucuk kepala Rama. “Aku belum ngantuk, Dad. Aku masih ingin mendengar dongeng dari Mommy.” “Tapi ini sudah malam sayang, besok lagi ya,” ucap Wilson membujuk. “Iya Daddy,” ucap Rama menurut. Rama memang anak yang pintar. Terkadang Wilson merasa bersalah karena tidak pernah ada waktu untuk mengajak putra semata wayangnya itu jalan-jalan. Wilson merebahkan tubuh Rama lalu menyelimutinya. Dia pun menyetel musik pengantar tidur kesukaan Rama yang berjudul Girls Like You. Perlahan musik mulai terdengar, alunan nya yang begitu merdu dan sangat menyentuh membuat Rama memeja
Pagi menjelang, Kasih terbangun dari mimpi indahnya. Ia merentangkan kedua tangan ke atas serta mulut yang menguap lebar. Semalaman tidurnya terasa nyenyak, namun seperti ada sesuatu yang janggal dengan tubuhnya, tapi apa?Kasih meraba-raba dan mendapati dirinya tidak menggunakan bra. Kasih terkejut setengah mati. Jika tidur di rumah Bundanya ia memang tidak pernah memakai bra. Tapi semenjak tinggal di kediaman Tuan Wilson Kasih tak pernah melepas bra nya saat tidur. Lalu siapa yang melepas? Kasih melirik kesana kemari dan menemukan bra nya tergeletak di samping bantal.“Astaga siapa yang sudah menyopot ini?” Kasih memegangi kedua gunung kembarnya dengan panik.“Apa mungkin Tuan Wilson,” gumam Kasih. Ia merasa sedih karena untuk ke sekian kalinya laki-laki tua itu menjamah tubuhnya lagi.Di saat bersama, Wilson masuk membawakan segelas susu serta roti untuknya. Ia menaruh di atas nakas samping tempat tidur. Matanya melirik ke
Kring Bunyi ponsel berdering membuat Wilson menghentikan aktivitas nya. Ia menurunkan Rama dari gendongan lalu memberikan pada Kasih. “Bagaimana?” Wilson menerima telepon sangat pelan. “Sudah dapat, Tuan,” ucap suara dari seberang sana. “Ok, tunggu aku sekarang,” ucap Wilson. Panggilan pun terputus. “Siapa Tuan?” tanya Kasih dengan lancang. Tuan Wilson mengernyit. “Bukan siapa-siapa! anak kecil pengen tahu saja,” ucap Wilson membuat Kasih malu setengah mati, bisa-bisanya dia kepo dan bertanya siapa yang menelepon. Wilson kini berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Rama. Ia mengusap pucuk kepala bocah itu dengan lembut. “Daddy ada urusan, kau jangan nakal ya!” ”Iya Dad,” sahut Rama tersenyum. “Kau jaga Rama! aku ada urusan. Mungkin nanti malam baru pulang,” ucapnya pada Kasih. “Baik, Tuan.” Wilson pun masuk ke dalam kemar untuk berganti baju, setelahnya menuju garasi dimana Hito beserta
“Tidaaaakkk.” teriak Kasih tatkala tangan mungilnya menyentuh sesuatu yang keras di balik sana.Buru-buru ia mendorong tubuh Wilson hingga laki-laki itu tersungkur ke bawah lantai.“Sial, badanmu kecil kenapa tenagamu sangat kuat,” maki Wilson tidak terima. Ia pun berdiri dan menarik Kasih ke dalam dekapannya. Kasih meronta-ronta melepaskan diri, namun Wilson semakin kencang memeluknya.“Malam ini kau harus melayaniku,” bisik Wilson di telinga Kasih.“Tidak! aku tidak mau, Tuan.” teriak Kasih menangis histeris. Wilson benar-benar membuatnya takut.“Sebentar saja setelah itu aku akan...”DUAAAAKKWilson tidak melanjutkan bicaranya saat Kasih menendang sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya. Laki-laki itu meringis kesakitan sambil memegangi keperkasaan nya dengan kedua tangan.“Kasih.” teriak Wilson menggema di kamar itu membuat Kasih menutup telinga nya
Pagi menjelang, arah jarum jam menunjukkan pukul enam pagi. Dua orang manusia yang sedang berbagi tempat tidur begitu terbuai dengan posisi saling berpelukan. Bibir Wilson sudah menjelajah di sekitar punggung mulus Kasih. Dia juga melepas tali bra agar bisa mengekpose lebih leluasa lagi. Kasih tidak peduli apa yang di lakukan oleh Wilson. Toh laki-laki itu pasti akan menuntut lebih jauh jika dirinya menolak. Kasih memejamkan mata dengan menggigit bibir bawahnya. Tuan Wilson kini tengah menyusu seperti bayi. Bibirnya yang hangat dan basah membuat Kasih terbang bagai di awang-awang. “Tuan, jangan di gigit,” ucap Kasih dengan suara yang serak. “Tidak, kau nikmati saja,” sahut Wilson. Tidak lama kemudian terdengar ketukan pintu yang tak biasa. Bukan lagi ketukan seperti biasanya, namun lebih seperti menggedor-gedor pintu. “Tuan, ada orang,” ucap Kasih menjauh. Ia membenarkan baju nya kembali. Wilson berdecih di saat seperti ini ada