Share

Mommy baru?

Penulis: Ele Storie
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-10 18:30:40

“Bibi, kenapa Mommy tidak pulang-pulang?” suara anak kecil yang sedang bermain robot memecah keheningan Shinta.

Wanita muda itu langsung mendekat, ia mengulurkan tangannya mengusap pucuk kepala anak itu dengan lembut.

“Den Rama sabar ya, pasti nanti Mommy segera pulang kok. Mommy kan lagi banyak pekerjaan sayang,” ucap Shinta tersenyum.

“Iya Bibi, Rama sangat merindukan Mommy,” ucapnya dengan sendu, tentu membuat Shinta merasa iba dengannya.

Anak kecil berumur 4 tahun seperti Rama

harusnya mendapatkan kasih sayang yang lebih dari kedua orang tua, namun kini malah sebaliknya. Nyonya Alin tak pernah sedikitpun peduli pada sang anak begitupun dengan Tuan Wilson yang selalu sibuk dengan pekerjaan, sehingga jarang menyempatkan waktu bermain dengan putra semata wayangnya itu.

Ceklek

Pintu terbuka membuat Shinta yang duduk langsung berdiri. Ia membungkuk dengan menangkupkan kedua tangan.

“Selamat Pagi, Tuan,” ucap Shinta menunduk.

Wilson hanya membalas dengan anggukan. Matanya kini tertuju pada anak kecil nan menggemaskan itu, siapa lagi kalau bukan Rama, putra kesayangannya.

“Daddy,” ucap Rama seraya langsung menghambur memeluk Wilson.

“Sayang,” ucap Wilson, kini ia berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Rama.

“Daddy kemana saja?” tanya Rama sembari mengerucutkan bibirnya dengan lucu, Wilson langsung mencubit hidungnya karena gemas.

“Daddy tidak kemana-mana sayang, hanya saja Daddy sudah membawakan Mommy yang baru untukmu,” ucap Wilson membuat Rama berpikir dengan keras.

“Mommy baru, Dad?”

“Iya sayang, mulai besok kau akan di jaga sama Mommy baru,” ucap Wilson membuat Shinta mendelik kaget.

“Ma-maaf, Tuan. Maksud Tuan saya di pecat?” ucap Shinta sedikit takut.

“Tidak, kau hanya di pindahkan ke bagian lain,” sahut Wilson tentu membuat Shinta merasa sedih, pasalnya ia sudah merawat Rama sejak bayi.

Rama menggelengkan kepala dengan cepat.

“Rama cuma mau di jagain Bibi Shinta,” ucapnya merajuk.

🌼🌼🌼🌼🌼

Sementara itu, Kasih yang yang sudah keluar dari kamar mandi langsung bergegas ganti baju. Ia hanya memoles wajahnya dengan bedak serta liptin berwarna pink yang di bawanya dari rumah.

Tidak lama setelahnya, seorang wanita paruh baya masuk dengan memberikan hormat.

“Selamat pagi, Nyonya,” ucap Mbok Sanih.

“Tuan sudah menunggu anda di ruang makan,” ucapnya seraya tersenyum.

“Oh begitu, bisa tolong antarkan tidak, Bi? rumah ini terlalu besar dan aku takut tersesat.”

“Baik, mari ikut saya!”

Mbok Sanih dan Kasih pun menuruni lantai satu dengan menggunakan lift, karena ruang makan berada di lantai paling bawah.

Setibanya di sana, tubuh Kasih kembali beku, jantungnya berdegup kencang setiap kali melihat tatapan mematikan dari laki-laki yang akan menjadi suaminya ini.

“Astaga kenapa dia begitu menyeramkam,” batin Kasih.

“Cepat duduk! kau sudah membuang waktu ku sebanyak lima menit hanya untuk menunggumu,” ucap Wilson geram. Kasih hanya menunduk sembari memainkan jari-jarinya.

“Ma-maaf, Tuan,” ucap Kasih, kemudian langsung menyeret kursi bersebelahan dengannya.

“Daddy, ayok makan,” ucap Rama yang sudah tak sabar sontak membuat Kasih menoleh ke sumber suara.

“Astaga jadi ini anaknya Tuan Wilson, kenapa aku baru melihatnya. Dia terlalu kecil dan imut jadi tidak kelihatan,” batin Kasih sembari tersenyum.

“Daddy, Kakak itu mentertawakan aku,” ucap Rama mengerucutkan bibirnya.

“Eh tidak begitu sayang, aku hanya merasa gemas denganmu,” ucap Kasih membela diri, apalagi Wilson sudah menatapnya dengan tajam.

“Besok kita akan menikah, aku sudah mempersiapkan semuanya,” ucap Wilson setelah menghabiskan suapan terakhirnya.

“I-iya, Tuan,” ucap Kasih menunduk.

“Daddy, jadi Kakak cantik ini akan jadi Mommy aku?” ucap Rama. Wilson pun tersenyum sembari menganggukkan kepala.

“Iya sayang,” ucapnya dengan lembut.

“Hah, aku tidak salah liat kan? Tuan Wilson tersenyum dan bicara dengan nada lembut,” batin Kasih tersenyum.

Tenyata di balik sikap Wilson yang galak dan terkenal kejam ia memiliki sisi lembut yang tidak orang lain ketahui.

“Apa dia akan galak seperti Mommy Alin?” ucap Rama seketika membuat Wilson geram. Selama ini Wilson tahu Alin tak pernah memperlakukan putranya dengan baik, bahkan sering terpantau Cctv mendapati Alin tengah Memukuli Rama dengan gagang sapu. Untung saja Wilson melihat dan langsung membawa istri durjananya itu ke ruang bawah tanah. Namun wanita itu tidak ada kapoknya dan terus mengulangi perbuatannya.

“Jika dia bersikap kasar padamu adukan saja pada Daddy. Biar Daddy yang akan menghukumnya,” ucap Wilson membuat Kasih menelan salivanya dengan susah.

Wilson berdiri kemudian mengambil tissue lalu mengelapnya ke bibir bekas sisa-sisa makanan.

“Rama, hari ini kau boleh bermain dulu dengan Bibi Shinta, tapi besok orang ini yang akan menjagamu,” ucap Wilson tanpa menoleh ke arah Kasih.

“Orang ini? saya teh punya nama Tuan,” batin Kasih.

“Asyikk, ya sudah Rama ingin bermain dengan Bibi,” ucapnya seraya berlari mencari Shinta.

🌼🌼🌼🌼🌼

Wilson mengibaskan jasnya dengan gagah, lalu melirik ke jam tangan yang di pakainya. Waktu sudah menunjukkan pukul 06.30 Wib.

Itu berarti dirinya telah siap berangkat kerja.

Ya, walaupun ia seorang mafia dan memiliki harta yang tidak akan habis tujuh turunan, tetap saja bagi Wilson bekerja adalah hal utama. Ia memiliki rumah mewah beserta aset berharga bukan dari hasil kejahatan nya sebagai seorang mafia, melainkan dengan usaha dan kerja kerasnya selama ini, selain itu Wilson juga keturunan bangsawan. Dia anak pertama dari dua bersaudara, adiknya seorang laki-laki dan kini sedang menjalani praktek kedokteran di luar negri.

“Kau.” tunjuk Wilson tepat di wajah Kasih.

“Bawakan tas itu, antar aku sampai depan!”

“Baik, Tuan,” sahut Kasih, kemudian ia mengambil tas kerja yang sudah di siapkan Mbok Sanih di atas kursi sebelahnya.

“Ini tas anda, Tuan. Dan selamat bekerja,” ucap Kasih yang terus menunduk.

Wilson meraih tas itu dan melemparnya ke dalam mobil. Sesaat setelahnya ia malah menarik Kasih ke dalam pelukannya.

Deg

Deg

Deg

Jantung kasih sudah tidak bisa di kondisikan, tubuhnya gemetar hebat manakala Tuan Wilson mencium bibirnya dengan mesra.

“Eumpp.” Kasih hendak melepaskan diri, namun Wilson menahan pinggangnya.

“Lakukan tugasmu dan jangan membantah keinginanku,” bisik Wilson di telinga Kasih.

Merekapun berciuman sangat lama dan mesra di ruang terbuka itu. Sang sopir yang ingin mengantarnya segera menutup mata dan menarik nafasnya dalam-dalam.

Kasih pun di buat bingung dengan sikap Wilson yang seperti ini. Dia hampir saja kehabisan nafas jikalau tidak mencubit perut laki-laki itu, Wilson tidak akan melepaskan ciumannya.

Dan dari arah sana, sepasang mata memperhatikannya dari jarak jauh menatap tajam gadis itu dengan gigi yang mengerutuk.

“Awas kau anak kecil,” ucapnya seraya tersenyum licik.

Seulas senyum penuh kemenangan pun terbit di sudut bibir Wilson tatkala ia melihat siapa wanita yang berdiri dari arah sana.

“Ini belum seberapa, Alin. Kau akan terus tersiksa melihat kedekatanku dengan gadis jelek ini,” batin Wilson tersenyum smirk.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta Mafia Sexi   Bonus

    Beberapa tahun kemudian... Oekkk.. oekkk.. Suara bayi menggema di dalam sebuah kamar. Erland yang tengah berkutat dengan laptop melirik ke arah Shinta yang kini tengah sibuk memoles dirinya di depan cermin. "Sayang, bayi kita nangis," ucap Erland. Shinta menoleh ke suaminya dengan tatapan sebal. "Ya kenapa gak di gendong? Kebiasaan deh, belum punya anak pengen punya anak, giliran sudah dikasih malah begitu." Shinta pun beranjak menggendong baby L dan menenangkannya. "Begitu apanya, sayang. Aku kan lagi sibuk ini. Salah kamu sendiri gak mau pakai baby sitter," ucap Erland dengan enteng. "Aku masih sanggup ngurusin sendiri, Erland." "Hem, terserah," sahut Erland. "Malam ini dandan yang cantik. Karena kita akan ada acara keluarga nanti malam." "Kok mendadak?" "Hemm, permintaan Kak Wilson. Entahlah mau bicara apa." "Ikuti saja daripada ngamuk," jawab Shinta. Erland terkekeh mendengarn

  • Terjerat Cinta Mafia Sexi   Akhir yang bahagia...The end!

    1 bulan kemudianWilson membawa Kasih ke rumah sakit untuk memeriksa kandungan. Awalnya Kasih menolak, untuk apa juga suaminya memaksa ia untuk di periksa, tapi setelah di jelasin panjang lebar mengenai kehamilannya, Kasih terkejut setengah mati. Bagaimana tidak, Wilson benar-benar keterlaluan. Ia tidak memikirkan perasaan putrinya yang masih kecil. Kasih masih tak percaya dengan kabar gila ini. Ia terus menatap suaminya dengan tatapan tajam.Bukan karena ia membenci kandungannya, anak ini sama sekali tidak bersalah. Tapi sikap Wilson yang melakukan itu diam-diam membuat hati Kasih terasa sakit. Seakan suaminya ini menganggap dia adalah boneka, meniduri sesuka hati dan pergi begitu saja."Sayang, aku minta maaf," lirih Wilson mengambil tangan Istrinya, namun lagi-lagi Kasih menepis dengan kasar."Sudahlah, aku tidak ingin bicara denganmu!" Kasih langsung menarik selimut dan membelakangi suaminya."Apa kau tidak menginginkan anak itu, dia tidak bers

  • Terjerat Cinta Mafia Sexi   Aku benci dengan Sam!

    "Sayang, kau belum tidur?" ucap Wilson saat melihat Istrinya sedang asyik membaca buku. "Belum, aku menunggumu. Kenapa kau lama sekali?" Kasih menaruh buku itu ke tempatnya semula dan menghampiri suaminya yang sedang berganti pakaian. "Lepaskan dulu tanganmu, aku ingin memakai baju," ucap Wilson saat Kasih memeluk pinggangnya dari belakang. Wanita itu menduselkan kepalanya di belakang punggung. "Tidak, tidak usah pakai baju! Aku ingin kau menyentuhku malam ini," ucap Kasih lagi-lagi membuat Wilson terkekeh geli. Istrinya ini sekarang banyak perubahan. Entah karena pengaruh bayi apa gimana, tapi sekarang, Kasih lebih agresif dari biasanya. Wilson memutar tubuhnya ke belakang. Ia menangkup wajah Kasih dengan kedua tangan. Di tatapnya dalam-dalam mata indah itu. Ia sedikit tersenyum saat melihat pipi Kasih yang ternyata sedikit cabi. "Kenapa, apa sekarang wajahku sudah tidak cantik?" Kasih nampak mengernyit melihat ekspresi suaminya yang

  • Terjerat Cinta Mafia Sexi   Jangan sentuh saya!

    "Jadi selama ini kau membohongiku," ucap Kasih menatap nanar suaminya. "Kau sudah bebas sejak lama, tapi kenapa baru muncul sekarang, jawab aku?" Kasih menggertak Wilson hingga suaranya menggema di ruangan itu. Ya, akhirnya Wilson memilih untuk mengatakan yang sebenarnya bahwa ia sudah bebas sejak lama. Namun saat itu dia takut Kasih marah dan merasa kecewa kalau dirinya telah bebas. Wilson tak ingin Istrinya membenci dia. Wilson tahu kehilangan Ayahnya membuat Kasih pasti sakit hati dan terpukul. "Maafkan aku, aku sangat takut kamu..." belum selesai Wilson menjelaskan, namun Kasih langsung memeluknya sambil menangis. "Tidak apa-apa, sayang. Aku senang kau mau jujur. Tapi tolong katakan padaku, di mana selama ini kau tinggal? Apa kau tidak pernah merindukanku? Kenapa lebih memilih bersembunyi?" ucap Kasih tanpa melepas pelukannya. Ia semakin membenamkan wajahnya di dada Wilson. Wilson tersenyum, akhirnya Kasih memaafkan ia yang telah berbohong

  • Terjerat Cinta Mafia Sexi   Katakan, apa benar Istriku?

    Seorang dokter muda berkacamata yang merupakan teman lama Erland datang setelah 1 jam lalu Wilson mengabarinya “Siapa yang sakit, Tuan?” ucapnya. “Istriku,” sahut Wilson sedikit sinis. Karena Dokter ini terlihat tampan dan masih muda. Bisa-bisa Kasih terpana melihatnya. Ah, Wilson berusaha menepis pikiran buruk itu. Yang terpenting sekarang adalah memastikan Istrinya baik-baik saja. Ia langsung mengantar Dokter Galih menuju lantai tiga. Kasih yang lagi membaca novel sedikit terkejut melihat suaminya datang bersama dokter. Sudah di pastikan Wilson pasti merasa cemas, padahal ini hanya masuk angin biasa, pikir Kasih. “Sayang, Dokter Galih akan memeriksamu,” ucap Wilson membuat Kasih menatap Dokter tampan itu. Dokter Galih tersenyum, lalu mendekat. “Biar saya periksa, Nyonya.” “Kondisikan tatapanmu! Kau tahu, aku paling tidak suka caramu memandang Istriku!” Glek Dokter Galih menelan saliva dengan susah. Bar

  • Terjerat Cinta Mafia Sexi   Daddy

    Hingga pagi menjelang, Kasih terbangun karena mendengar suara yang tak asing di telinga. Tangisan baby kecil yang menggemaskan. Kasih menggeliat pelan sambil menguap lebar. Saat ingin membuka selimut, matanya langsung menoleh ke samping dan sedikit terkejut. Kasih menepuk kedua pipinya sendiri memastikan bahwa ini bukanlah mimpi. “Jadi semalem itu benar kamu, kamu udah bebas sayang.” Kasih mengecupi pipi Wilson berkali-kali, tak menghiraukan tangisan Wilka yang semakin menggema. Wilson yang merasa terganggu, akhirnya mengerjapkan matanya. Di lihat sang Istri tengah memandanginya dengan mata berkaca-kaca. “Sayang,” ucap Wilson sedikit serak. Ia meraih tangan Kasih dan mengecupnya. “Ada apa?” tanyanya sedikit bingung. “Aku masih tak percaya dengan kehadiranmu, sayang. Ini seperti mimpi,” ucap Kasih tersenyum bahagia. “Kau boleh merindukan-ku. Tapi urusi dulu anak kita. Sedari tadi Wilka menangis kau malah terus memandangi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status