Share

Mommy baru?

“Bibi, kenapa Mommy tidak pulang-pulang?” suara anak kecil yang sedang bermain robot memecah keheningan Shinta.

Wanita muda itu langsung mendekat, ia mengulurkan tangannya mengusap pucuk kepala anak itu dengan lembut.

“Den Rama sabar ya, pasti nanti Mommy segera pulang kok. Mommy kan lagi banyak pekerjaan sayang,” ucap Shinta tersenyum.

“Iya Bibi, Rama sangat merindukan Mommy,” ucapnya dengan sendu, tentu membuat Shinta merasa iba dengannya.

Anak kecil berumur 4 tahun seperti Rama

harusnya mendapatkan kasih sayang yang lebih dari kedua orang tua, namun kini malah sebaliknya. Nyonya Alin tak pernah sedikitpun peduli pada sang anak begitupun dengan Tuan Wilson yang selalu sibuk dengan pekerjaan, sehingga jarang menyempatkan waktu bermain dengan putra semata wayangnya itu.

Ceklek

Pintu terbuka membuat Shinta yang duduk langsung berdiri. Ia membungkuk dengan menangkupkan kedua tangan.

“Selamat Pagi, Tuan,” ucap Shinta menunduk.

Wilson hanya membalas dengan anggukan. Matanya kini tertuju pada anak kecil nan menggemaskan itu, siapa lagi kalau bukan Rama, putra kesayangannya.

“Daddy,” ucap Rama seraya langsung menghambur memeluk Wilson.

“Sayang,” ucap Wilson, kini ia berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Rama.

“Daddy kemana saja?” tanya Rama sembari mengerucutkan bibirnya dengan lucu, Wilson langsung mencubit hidungnya karena gemas.

“Daddy tidak kemana-mana sayang, hanya saja Daddy sudah membawakan Mommy yang baru untukmu,” ucap Wilson membuat Rama berpikir dengan keras.

“Mommy baru, Dad?”

“Iya sayang, mulai besok kau akan di jaga sama Mommy baru,” ucap Wilson membuat Shinta mendelik kaget.

“Ma-maaf, Tuan. Maksud Tuan saya di pecat?” ucap Shinta sedikit takut.

“Tidak, kau hanya di pindahkan ke bagian lain,” sahut Wilson tentu membuat Shinta merasa sedih, pasalnya ia sudah merawat Rama sejak bayi.

Rama menggelengkan kepala dengan cepat.

“Rama cuma mau di jagain Bibi Shinta,” ucapnya merajuk.

🌼🌼🌼🌼🌼

Sementara itu, Kasih yang yang sudah keluar dari kamar mandi langsung bergegas ganti baju. Ia hanya memoles wajahnya dengan bedak serta liptin berwarna pink yang di bawanya dari rumah.

Tidak lama setelahnya, seorang wanita paruh baya masuk dengan memberikan hormat.

“Selamat pagi, Nyonya,” ucap Mbok Sanih.

“Tuan sudah menunggu anda di ruang makan,” ucapnya seraya tersenyum.

“Oh begitu, bisa tolong antarkan tidak, Bi? rumah ini terlalu besar dan aku takut tersesat.”

“Baik, mari ikut saya!”

Mbok Sanih dan Kasih pun menuruni lantai satu dengan menggunakan lift, karena ruang makan berada di lantai paling bawah.

Setibanya di sana, tubuh Kasih kembali beku, jantungnya berdegup kencang setiap kali melihat tatapan mematikan dari laki-laki yang akan menjadi suaminya ini.

“Astaga kenapa dia begitu menyeramkam,” batin Kasih.

“Cepat duduk! kau sudah membuang waktu ku sebanyak lima menit hanya untuk menunggumu,” ucap Wilson geram. Kasih hanya menunduk sembari memainkan jari-jarinya.

“Ma-maaf, Tuan,” ucap Kasih, kemudian langsung menyeret kursi bersebelahan dengannya.

“Daddy, ayok makan,” ucap Rama yang sudah tak sabar sontak membuat Kasih menoleh ke sumber suara.

“Astaga jadi ini anaknya Tuan Wilson, kenapa aku baru melihatnya. Dia terlalu kecil dan imut jadi tidak kelihatan,” batin Kasih sembari tersenyum.

“Daddy, Kakak itu mentertawakan aku,” ucap Rama mengerucutkan bibirnya.

“Eh tidak begitu sayang, aku hanya merasa gemas denganmu,” ucap Kasih membela diri, apalagi Wilson sudah menatapnya dengan tajam.

“Besok kita akan menikah, aku sudah mempersiapkan semuanya,” ucap Wilson setelah menghabiskan suapan terakhirnya.

“I-iya, Tuan,” ucap Kasih menunduk.

“Daddy, jadi Kakak cantik ini akan jadi Mommy aku?” ucap Rama. Wilson pun tersenyum sembari menganggukkan kepala.

“Iya sayang,” ucapnya dengan lembut.

“Hah, aku tidak salah liat kan? Tuan Wilson tersenyum dan bicara dengan nada lembut,” batin Kasih tersenyum.

Tenyata di balik sikap Wilson yang galak dan terkenal kejam ia memiliki sisi lembut yang tidak orang lain ketahui.

“Apa dia akan galak seperti Mommy Alin?” ucap Rama seketika membuat Wilson geram. Selama ini Wilson tahu Alin tak pernah memperlakukan putranya dengan baik, bahkan sering terpantau Cctv mendapati Alin tengah Memukuli Rama dengan gagang sapu. Untung saja Wilson melihat dan langsung membawa istri durjananya itu ke ruang bawah tanah. Namun wanita itu tidak ada kapoknya dan terus mengulangi perbuatannya.

“Jika dia bersikap kasar padamu adukan saja pada Daddy. Biar Daddy yang akan menghukumnya,” ucap Wilson membuat Kasih menelan salivanya dengan susah.

Wilson berdiri kemudian mengambil tissue lalu mengelapnya ke bibir bekas sisa-sisa makanan.

“Rama, hari ini kau boleh bermain dulu dengan Bibi Shinta, tapi besok orang ini yang akan menjagamu,” ucap Wilson tanpa menoleh ke arah Kasih.

“Orang ini? saya teh punya nama Tuan,” batin Kasih.

“Asyikk, ya sudah Rama ingin bermain dengan Bibi,” ucapnya seraya berlari mencari Shinta.

🌼🌼🌼🌼🌼

Wilson mengibaskan jasnya dengan gagah, lalu melirik ke jam tangan yang di pakainya. Waktu sudah menunjukkan pukul 06.30 Wib.

Itu berarti dirinya telah siap berangkat kerja.

Ya, walaupun ia seorang mafia dan memiliki harta yang tidak akan habis tujuh turunan, tetap saja bagi Wilson bekerja adalah hal utama. Ia memiliki rumah mewah beserta aset berharga bukan dari hasil kejahatan nya sebagai seorang mafia, melainkan dengan usaha dan kerja kerasnya selama ini, selain itu Wilson juga keturunan bangsawan. Dia anak pertama dari dua bersaudara, adiknya seorang laki-laki dan kini sedang menjalani praktek kedokteran di luar negri.

“Kau.” tunjuk Wilson tepat di wajah Kasih.

“Bawakan tas itu, antar aku sampai depan!”

“Baik, Tuan,” sahut Kasih, kemudian ia mengambil tas kerja yang sudah di siapkan Mbok Sanih di atas kursi sebelahnya.

“Ini tas anda, Tuan. Dan selamat bekerja,” ucap Kasih yang terus menunduk.

Wilson meraih tas itu dan melemparnya ke dalam mobil. Sesaat setelahnya ia malah menarik Kasih ke dalam pelukannya.

Deg

Deg

Deg

Jantung kasih sudah tidak bisa di kondisikan, tubuhnya gemetar hebat manakala Tuan Wilson mencium bibirnya dengan mesra.

“Eumpp.” Kasih hendak melepaskan diri, namun Wilson menahan pinggangnya.

“Lakukan tugasmu dan jangan membantah keinginanku,” bisik Wilson di telinga Kasih.

Merekapun berciuman sangat lama dan mesra di ruang terbuka itu. Sang sopir yang ingin mengantarnya segera menutup mata dan menarik nafasnya dalam-dalam.

Kasih pun di buat bingung dengan sikap Wilson yang seperti ini. Dia hampir saja kehabisan nafas jikalau tidak mencubit perut laki-laki itu, Wilson tidak akan melepaskan ciumannya.

Dan dari arah sana, sepasang mata memperhatikannya dari jarak jauh menatap tajam gadis itu dengan gigi yang mengerutuk.

“Awas kau anak kecil,” ucapnya seraya tersenyum licik.

Seulas senyum penuh kemenangan pun terbit di sudut bibir Wilson tatkala ia melihat siapa wanita yang berdiri dari arah sana.

“Ini belum seberapa, Alin. Kau akan terus tersiksa melihat kedekatanku dengan gadis jelek ini,” batin Wilson tersenyum smirk.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status