Home / Romansa / Terjerat Cinta Majikan Seksi / Bab 5 Tangis yang tiba-tiba

Share

Bab 5 Tangis yang tiba-tiba

Author: VILNOCTE
last update Last Updated: 2024-10-24 03:41:42

“Mulus sekali…” Diego menelan ludah perlahan. Jantungnya berdetak tak karuan, insting lelakinya terbangun meski ia mati-matian menekannya. Ia menarik napas, berusaha mengatur suara agar terdengar normal.

“Kalau begitu... aku mulai, Nyonya,” ucapnya pelan, nyaris seperti bisikan.

Ariana mengangguk kecil. “Iya, silakan,” jawabnya hampir tak terdengar.

Suaranya lembut, tapi mengandung ketegangan yang sulit disembunyikan.

. “Ini hanya pijatan. Kenapa jantungku berdetak begini?” pikirnya, pipinya semaki memerah.

Di kepalanya, bayangan tubuh Diego yang tadi basah dan terbuka kembali muncul tanpa izin. Sekarang pria itu menyentuh punggungnya secara langsung dan ia tidak bisa mengabaikannya.

Diego mulai memijat dengan hati-hati. Sentuhannya pelan, seimbang antara tekanan dan kelembutan. Ia menjaga jarak emosi, tapi tak bisa membohongi diri sendiri.

“Sudah pas segini, Nyonya?” tanyanya, khawatir menyakiti sang majikan.

“Cukup nyaman,” jawab Ariana. Satu sisi dirinya ingin tetap tenang, sisi lain tak bisa menyangkal bahwa sentuhan itu membuat tubuhnya semakin nyaman.

Matanya terpejam, bukan karena menikmati, melainkan untuk menyembunyikan kekacauan di balik tatapannya.

Suasana di tepi kolam berubah hening. Hanya terdengar napas mereka yang sesekali terdengar dalam ritme pelan. Wajah keduanya merona.

Diego mengarahkan pijatannya dari bagian pinggang naik ke punggung atas, kemudian ke bahu Ariana. Telapak tangannya lebar, gerakannya lembut namun bertenaga. Tangannya menjelajahi kulit Ariana yang terasa hangat di bawah sentuhannya.

Ariana mengerang pelan. “Ah…” Desahannya nyaris tak terdengar, tapi cukup untuk membuat Diego kehilangan fokus sepersekian detik.

“Gawat… ini berbahaya,” batin Diego, matanya langsung terpejam, mencoba mengatur ulang pikirannya yang mulai berbelok.

Ia menggigit pelan bibirnya, menahan hasrat yang perlahan naik tanpa izin.

Namun tubuhnya tak bisa sepenuhnya berbohong. Ia merasakan celananya mulai menyempit di bawah sana. “Sial… sial… tahan,” batinnya.

Di depannya,  Ariana yang sempat melirik dengan sudut matanya, menangkap ekspresi Diego. Matanya terpejam rapat, dan wajahnya terlihat gugup.

Reaksi spontan Diego justru membuat Ariana tak bisa menahan senyum kecil dalam hati, ekspresi pria itu terlihat... menggemaskan.

Tapi senyum itu memudar seketika saat ia melihat sesuatu. Pandangannya secara tak sengaja turun ke bagian depan celana Diego, dan ia langsung membelalakkan mata.

Itu…? Ariana cepat-cepat mengalihkan pandangan. Wajahnya memerah lagi, kali ini lebih dalam. Bahkan telinganya ikut terbakar.

Ia menggigit bibir bawahnya, menahan gelombang panas yang menyerbu dari dalam.

Tanpa mereka sadari, di balik jendela rumah, empat pasang mata sedang mengintai mereka.

Sergio menyeringai sambil menyelip di balik tirai, Andrew berdiri kaku di sampingnya.

“Lihat itu, Andrew,” bisik Sergio sambil terkekeh. “Malu-malu kucing.”

Andrew menghela napas. “Tuan, saya tahu Anda merencanakan ini, tapi… itu istri Anda sendiri?”

Sergio hanya tertawa kecil. Tak menjawab.

Selama hampir lima belas menit, Diego terus memijat. Ketegangan perlahan larut menjadi kehangatan yang aneh, nyaris intim. Ketika akhirnya selesai, Diego mengambil handuk dan menutup punggung Ariana dengan penuh kehati-hatian, lalu memutar tubuh, membelakangi wanita itu, memberi ruang untuk bangkit.

Ariana duduk pelan, menarik handuk ke depan tubuhnya, menutupi bagian yang terbuka.

“Terima kasih, Diego. Itu sangat... nyaman,” katanya dengan senyum yang lebih hangat dari biasanya.

Diego hanya menjawab dengan anggukan kecil. “I-Iya, Nyonya. Kalau begitu... saya pamit.”

Tanpa menunggu balasan, ia segera berjalan cepat menuju mes. Ariana menatap kepergiannya, dan untuk pertama kalinya dalam beberapa waktu... ia tertawa kecil dalam hati. Ia bisa menebak alasan Diego pergi tergesa-gesa, dan untuk alasan yang tak ingin ia akui, ia menyukainya.

**

Pukul 7.30 malam, setelah makan malam, Diego dipanggil untuk menghadap Sergio di kamar tidur. Ariana menunggu di depan pintu. Ketika mata mereka bertemu, keduanya reflek memalingkan wajah.

Bayangan dari sore tadi kembali muncul di kepala Diego. Sentuhan kulit. Desah ringan. Reaksi tubuh yang tak bisa ia kendalikan.

Sementara itu, Ariana juga menunduk. Ia masih mengingat jelas... lebih dari seharusnya. Khususnya di bagian celana Diego.

“Ayo masuk, Diego,” ucap Ariana akhirnya, mencoba terdengar normal.

Diego mengangguk dan masuk. Sergio sedang duduk santai di tepi ranjang, mengenakan piyama gelap.

“Diego! Ayo ke sini. Aku juga mau dipijat,” katanya bersemangat.

Diego tersenyum kecil dan mengambil botol minyak herbal yang sama. Sergio membuka jubah tidurnya, menyisakan celana pendek, lalu berbaring di tempat tidur.

Ariana duduk di sofa, memainkan ponsel meski tatapannya sesekali terarah pada tempat tidur.

Diego mulai memijat, tangannya mengalir tenang di punggung Sergio, seperti profesional yang paham betul letak-lekuk ketegangan.

“Burp,” Sergio bersendawa ringan. “Pantas saja istriku memuji kamu. Ini... nikmat.”

“Terima kasih, Tuan,” balas Diego.

“Siapa yang mengajari kamu?”

“Sahabat ayah saya. Henry Sulistyo. Setelah orang tua saya meninggal, beliau yang membesarkan saya.”

Sergio mengangguk pelan. “Sulistyo... dari mana asalnya?”

“Indonesia. Surabaya. Beliau menetap di Madrid.”

“Surabaya? Aku pernah ke sana. Beberapa kali untuk urusan bisnis,” cerita Sergio. “Orang-orangnya ramah.”

Diego tampak terkejut. “Serius, Tuan? Wah, saya sering lihat foto tempat-tempat di sana dari album foto pamanku!”

Obrolan mereka mengalir ringan. Tawa sesekali terdengar dari keduanya, menciptakan suasana yang jauh dari sekadar hubungan majikan dan karyawan.

Di sudut ruangan, Ariana menatap mereka lama. Matanya berkaca-kaca. Entah karena bahagia, haru, atau keduanya.

“Mungkin aku bisa mengajak kamu kalau aku ada urusan di Surabaya,” ucap Sergio.

“Benarkah, Tuan?” tanya Diego dengan mata berbinar.

“Haha, iya. Kenapa tidak?”

Keduanya tertawa, dan momen itu terasa hangat. Tapi... kehangatan itu tidak bertahan lama.

**

Keesokan paginya, Diego dipanggil oleh Andrew. Saat ia masuk ke kamar Sergio, tubuh pria itu sudah terbujur di atas ranjang, selimut menutupi dada.

Diego berdiri kaku. Wajahnya kosong, tak percaya.

“Tu... Tuan Andrew… apa maksudnya ini?” suaranya nyaris tercekat.

“Tadi malam aku dan Tuan masih bicara. Masih tertawa-”

Kakinya lemas. Ia jatuh berlutut di lantai, dan air matanya mulai mengalir deras. Isaknya terdengar lirih, tapi nyata.

Andrew berdiri di belakangnya. “Subuh tadi, Tuan Sergio meninggal karena serangan jantung.”

Ia menatap Diego dengan lembut.

“Terima kasih, Diego. Aku belum pernah melihatnya tertawa sebebas itu selama bertahun-tahun.”

Diego menunduk, mencengkeram lututnya sendiri. Isaknya terus pecah di udara pagi yang mendadak terasa dingin.

Hari itu, untuk pertama kalinya sejak lama, Diego menangisi kehilangan seseorang seperti keluarga sendiri.

Bersambung...

VILNOCTE

Terima kasih sudah membaca. ✌😊

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
hobi baca
lanjut kak
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Majikan Seksi   Bab 58 Benturan Perdana Di Meja Rapat

    Dua hari kemudian...Mobil hitam Andrew meluncur mulus ke depan hotel bintang lima. Ban berhenti tepat di bawah kanopi besar yang menahan cahaya matahari pagi.Dua petugas valet yang sigap segera bergegas, salah satunya membukakan pintu untuk Ariana, sementara yang lain menyambut Andrew dan Diego.Begitu kaki mereka menjejak lantai marmer yang licin, udara sejuk dari pendingin ruangan langsung menyapu kulit. Lobi hotel itu berkilau, marmer mengkilap di bawah lampu gantung kristal besar, musik piano lembut mengalun dari sudut lounge, dan aroma kopi mahal bercampur samar dengan wangi parfum para tamu.Diego mengangkat kepalanya, matanya menyapu sekeliling. Ada beberapa wajah asing yang ia tangkap, sebagian mengangguk tipis, sebagian lagi hanya memandangi dari jauh sambil berbisik.Ariana berjalan di sampingnya, bahunya tegak, blazer putih membingkai tubuhnya, dress biru tua jatuh rapi hingga lutut. Perpaduan keanggunan dan ketegasan seorang CEO.

  • Terjerat Cinta Majikan Seksi   Bab 57 Gerak Pertama Dua Kubu

    Ban mobil berdecit ringan saat Diego memutar kemudi, memasuki area parkir basement kantor pusat Grup Ortiz.Aroma khas beton lembap dan suara gema mesin pendingin mengisi ruang. Mereka bertiga keluar dari mobil tanpa banyak bicara, langkah kaki berpacu menuju lift pribadi di sudut ruangan.Begitu pintu lift tertutup, ruangan kecil itu hanya diisi suara dengung mesin dan napas yang berjarak. Diego berdiri di sisi kanan, sesekali melirik Ariana lewat pantulan kaca pintu lift.Perempuan itu memandang lurus ke depan, seperti sedang menimbang langkah berikutnya. Andrew berdiri di belakang mereka, matanya terpejam sebentar.Pintu terbuka di lantai eksekutif. Lorong di sini terasa berbeda, hening, bersih, dan berlapis karpet tebal yang meredam suara langkah. Lampu sorot memantulkan kilau di gagang pintu kaca besar bertuliskan nama Ariana.Begitu pintu ruang kerja dibuka, aroma kopi hitam pekat langsung menyambut. Andrew berjalan masuk duluan, meletakkan map hitam di meja tamu sebelum menjatuh

  • Terjerat Cinta Majikan Seksi   Bab 56 Saat Diego Menjadi Pemain

    Matahari pagi mulai menembus celah tirai, menarik garis tipis di permukaan ranjang. Udara kamar terasa hangat, bercampur aroma lembut yang tertinggal dari malam sebelumnya.Selimut sedikit tergeser, memperlihatkan kulit Ariana yang masih menyimpan sisa hangat sentuhan.Ia membuka mata perlahan. Kelopak matanya berat, senyum samar muncul begitu sadar sepasang mata kini tengah menatap dirinya. Diego sudah terjaga lebih dulu, bersandar di sisi ranjang, menatapnya tanpa berkedip.Ariana menghela napas pelan, menarik selimut hingga menutupi bahu sebelum beranjak dari tempat tidur. Ia lalu meraih gaun yang semalam tergeletak di kursi, lalu mengenakannya kembali dengan gerakan ringan.Diego menunduk sedikit, tatapannya tidak pernah lepas dari tubuh sang kekasih.“Tidurmu nyenyak?” tanyanya pelan.Ariana menoleh sebentar, lalu tersenyum tipis. “Cukup. Meskipun ranjang ini... sempit,” balasnya.Diego tertawa pendek. “Kalau tidak hati-hati, aku bisa jatuh tadi malam.”Ariana tertawa pelan, menun

  • Terjerat Cinta Majikan Seksi   Bab 55 Menjadi Satu Tanpa Ragu (21+)

    Diego masih berada di atas tubuh Ariana. Napas mereka beradu, lambat dan hangat. Kamar sunyi, tapi atmosfernya pekat oleh rasa yang tak lagi bisa disembunyikan.Jari Diego menyentuh garis rahang Ariana, lembut, lalu turun menyusuri leher dan bahu yang kini terbuka penuh di hadapannya.Ia menunduk, mengecup bibir Ariana sekali lagi. Tangannya meluncur perlahan ke bawah. Menyusuri sisi perut Ariana, lalu ke paha bagian dalam, menyapu dengan gerakan ringan yang membuat tubuh Ariana sedikit gemetar.Diego menggeser tubuhnya sedikit, lalu membimbing bagian paling pribadi dari dirinya ke tempat paling pribadi Ariana.Tubuh Ariana menegang sesaat. Nafasnya tertahan. Matanya terbuka, tapi tak fokus.“Diego…” bisiknya, antara gugup dan yakin.Diego menatap langsung ke dalam matanya. “Aku di sini,” jawabnya, tenang.Dengan hati-hati, Diego mendorong dirinya masuk. Perlahan, sangat perlahan, seolah memastikan tubuh Ariana menerima sepenuhnya.Ariana menggigit bibirnya. Suara erangan kecil lolos d

  • Terjerat Cinta Majikan Seksi   Bab 54 Aku Disini Untukmu (+21)

    Suara napas masih memenuhi kamar itu. Lembut, beradu. Hangat.Ariana belum membuka mata. Ia hanya membiarkan dirinya larut dalam detik-detik setelah ciuman panjang mereka berhenti.“Diego…” bisiknya. Pelan.Diego diam. Tapi matanya tetap pada Ariana. Ia menyentuh pipi Ariana, lalu dengan satu gerakan lembut, ia menyelipkan helaian rambut Ariana ke belakang telinga. Pandangan mereka bertemu sejenak, lalu terlepas lagi.“Maaf,” gumam Ariana tiba-tiba.Diego mengernyit pelan. “Untuk apa?”Ariana menunduk. “Aku… tidak tahu harus merespon bagaimana.”Diego mengangguk sekali. Tidak memaksa. Tidak mendekat. Ia hanya membiarkan Ariana punya ruangnya sendiri.Lalu, Ariana bergerak. Pelan. Ia mendekat, dahi mereka bersentuhan. Satu tangan Ariana menyentuh dada Diego, merasakan denyut jantung pria itu.“Bolehkah aku… hanya menikmati ini dulu? Tanpa berpikir?”Diego mengusap tengkuk Ariana. “Apa pun yang kamu mau.”Detik berikutnya, bibir Diego menyentuh kening Ariana. Lalu turun ke pelipis. Arian

  • Terjerat Cinta Majikan Seksi   Bab 53 Ciuman Yang Menyembuhkan

    Ariana masih menunduk. Tangannya di pangkuan, saling menggenggam, dan pipinya merah nyaris sepenuhnya. Tapi perlahan, ia mengangkat wajah. Tatapannya bertemu dengan Diego… lalu berpaling lagi secepat itu.Namun ada yang berubah. Di balik rasa malu, ada keberanian kecil yang muncul.Pelan-pelan, tangannya terangkat. Ia menunjuk pipi kanannya sendiri. Gerakannya ragu, tapi jelas. Tidak berkata apa-apa. Hanya menunjuk, lalu menatap Diego dengan pandangan yang nyaris seperti... permintaan.Diego mengerjap pelan. Mengerti.Senyum tipis muncul di wajahnya. Ia maju sedikit, lalu mengecup pipi kanan Ariana dengan lembut. Hanya satu sentuhan ringan. Tapi cukup untuk membuat Ariana memejam sekejap, dan napasnya tertahan setengah detik.Belum sempat Diego menarik diri jauh, Ariana menunjuk pipi satunya lagi, lebih cepat kali ini. Bahkan ada senyum kecil yang muncul di ujung bibirnya, malu-malu, seperti anak kecil yang bermain diam-diam.Diego tertawa p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status