Jamuan makan sederhana digelar di Chateu D'Allegre fine dining restaurant untuk merayakan pernikahan James dan Laura.
Tamunya pun hanya keluarga inti dari kedua mempelai ditambah Philip, mantan kekasih Laura yang kini menjadi sahabat James. Dan Brandy, kekasih Michael, puteri tunggal Enrico Tanurie, sahabat papinya.
Leeray memilih tempat duduk di sebelah Deasy, dia memang sengaja melakukannya karena dia ingin berkenalan dengan gadis itu.
Aroma tubuh gadis itu benar-benar membuatnya penasaran, aroma dedaunan hijau di hutan yang mengingatkannya akan mimpi anehnya belakangan ini tentang rusa betina bertanduk cantik di dalam hutan.
Ternyata Deasy tinggal di Perth, Australia. Dia masih menyelesaikan studi S2-nya di University of Western Australia jurusan desain. Gadis itu sangat cerdas menurut Leeray karena usianya baru 20 tahun, artinya sepanjang pendidikan dasarnya dia telah menjalani banyak akselerasi pendidikan.
Leeray suka gadis yang cerdas karena membuatnya tidak bosan saat mengobrol.
"Deasy, apa kamu bisa memberikan desain kaca patri untukku? Aku sedang mengerjakan pembangunan rumah pribadiku di Jakarta," kata Leeray sambil menatap wajah Deasy tanpa ekspresi berlebihan.
Deasy seolah berpikir seraya menggigit bibir bawahnya lalu berkata, "Bisa sih. Tapi mungkin setelah aku kembali ke Australia. Semua alat kerjaku kutinggalkan di sana. Kepulanganku ke Indonesia sangat mendadak. Ketika Papa mengatakan padaku bahwa Kak Laura akan menikah minggu depan, aku segera melemparkan baju-bajuku ke koper dan memesan tiket Qantas untuk pulang ke Yogyakarta." Deasy tertawa berderai.
Leeray pun ikut tertawa. "Kenapa terburu-buru pulang, kan masih seminggu seharusnya?"
"Kami sudah berpisah hampir 10 tahun, Lee. Kakakku itu berpindah-pindah negara untuk bersekolah dari Indonesia ke Australia lalu ke Inggris. Aku sangat merindukannya," ujar Deasy dengan ekspresif yang membuat Leeray sulit untuk tidak memperhatikannya.
Mini orkestra di restoran itu memainkan lagu-lagu cinta yang indah mengiringi sepasang singer bersuara merdu.
Ketika intro lagu "Perfect" dimainkan, adik-adik Leeray mengajaknya berdansa. Semula James menyuruh Philip mengajak Deasy berdansa, tapi Philip menolaknya. Leeray pun menemani Deasy berdansa bersama adik-adiknya beserta pasangan mereka masing-masing.
Lirik lagu "Perfect" milik Ed Sheeran dan Beyonce itu memang sangat romantis. Iramanya pun lambat.
Tentu saja itu hal mudah bagi Leeray untuk berdansa. Dia sudah menjalani ribuan dansa di pesta jamuan bisnis dan acara sosial lainnya seumur hidupnya.
Bahkan, para gadis keluarga konglomerat di Jakarta selalu berebut untuk berdansa dengannya ketika Leeray hadir di pesta dansa. Bagi mereka, Leeray sangat mahir berdansa, dia membuat dansa itu menjadi sesuatu yang indah dan mendebarkan.
Leeray tertawa geli ketika tahu gadis yang disukainya tidak bisa berdansa. Deasy sudah dua kali menginjak kakinya dengan keras.
"Maafkan aku, Lee. Aku sudah menginjak kakimu 2 kali dengan keras," ucap Deasy dengan tersipu malu.
Leeray pun tersenyum menatap Deasy lalu berbisik di telinga Deasy, "Lemaskan tubuhmu, biarkan aku yang memimpin dansa kali ini, Deasy."
Gadis itu menuruti apa kata Leeray. Mereka pun berdansa dengan indah dan harmonis tanpa saling menginjak. Leeray memutar-mutarkan tubuh Deasy, menjauhkan tubuh Deasy dari tubuhnya lalu menyentakkannya kembali ke dekapannya
Jantung Deasy berdebar-debar tak karuan. Leeray sungguh jago berdansa. Pria itu sungguh mempesona dan membuatnya mendambakannya.
Dia ingin terus berada dalam dekapan Leeray yang hangat dan protektif. Namun, Deasy segera mengenyahkan pikiran gila itu dari benaknya. Lusa dia sudah harus kembali ke Perth. Tidak akan ada kesempatan bagi mereka untuk bertemu lagi dalam waktu yang tak terhingga.
"Deasy bolehkah aku meminta nomor ponselmu?" tanya Leeray tiba-tiba masih sambil berdansa dengannya.
Deasy pun menjawab sambil tersenyum. "Tentu saja boleh, Lee. Mungkin kita tak akan bertemu lagi karena aku akan kembali ke Perth besok lusa."
Leeray pun merutuk dalam hatinya. Dia paling skeptis pada hubungan LDR. Sepertinya dia harus berhenti menumbuhkan perasaan sukanya pada gadis ini.
Akhirnya lagu romantis itu pun usai. Ketiga pasangan dansa itu pun kembali ke kursi mereka masing-masing.
Leonard Indrajaya dari tadi memandangi putera sulungnya yang masih belum memiliki pasangan di usianya yang sudah 35 tahun sedang berdansa dengan puteri kedua Nicolas Carson.
Dia bertanya-tanya dalam hatinya, apakah Leeray menyukai Deasy? Namun, ketika Leeray kembali duduk di hadapannya, wajah putera sulungnya itu begitu masam. Dia tak mengerti apa penyebabnya.
Leonard pun mencoba berbincang dengan Deasy.
"Deasy masih kuliah ya? Kuliah di mana?""Saya kuliah di University of Western Australia, school of design di Perth. Sekarang sedang menjalani tahun pertama studi S2, Om," jawab Deasy seraya tersenyum pada Leonard.
Deasy pun membatin, pantas saja Leeray, Michael dan James begitu tampan. Ayah mereka di usia senja pun masih sangat tampan seolah penampilannya tidak dimakan usia. Genetik raut wajah Tuan Leonard paling mirip dengan Leeray. Itu adalah tipe wajah karismatik yang tidak mudah untuk dilupakan.
Tulang rahang dan tulang hidung mereka begitu lurus dan tampak kokoh, mata hitam yang tajam sekalipun sedikit sipit khas Asia dan bibir yang agak tebal. Rambutnya hitam tebal agak bergelombang terpotong rapi dengan model old fashion.
Deasy biasa melukis raut wajah model untuk pelajaran desain di kampusnya. Mungkin dia akan melukis wajah Leeray kapan-kapan. Dia sangat mudah mengingat detail wajah Leeray yang tampan. Deasy menyembunyikan senyumnya.
Papanya berbincang-bincang dengan papi Leeray tentang sekolah Deasy.
Kemudian Leonard mengatakan, "Tuan Nicolas memiliki anak-anak gadis yang luar biasa cerdas. Usia 20 tahun dan sudah mengambil studi S2, apa Deasy sudah memiliki calon suami?"
Nicolas Carson pun tertawa mendengar pertanyaan besannya. "Deasy tidak suka pacaran, dia masih ingin sekolah, Tuan Leo."
Leonard melirik ke arah Leeray yang tampak tersenyum sekilas. Lalu dia pun berkata lagi, "Mungkin Anda berminat menjodohkan Deasy dengan Leeray, Tuan Nicolas?"
Deasy dan Leeray pun sontak terkejut mendengar perkataan Leonard. Mereka saling berpandangan lalu mengerutkan alis seraya tersenyum berbalasan.
Nicolas tertawa berderai mendengar saran Leonard. Dia masih ingat tentang cara negosiasi besannya itu. Apakah besannya ini ingin Deasy menjadi istri putera sulungnya?
Leeray memang memiliki aura pengusaha sukses yang matang seperti papinya. Nicolas pun tidak keberatan sama sekali seandainya memang mereka berdua berjodoh.
"Tuan Leo, itu terserah mereka berdua. Saya tidak berani menjodohkan mereka. Biarkan takdir yang bicara," jawab Nicolas dengan diplomatis.
Leonard mengangguk-anggukkan kepalanya seraya tersenyum pada Nicolas. Dia tidak ingin mendesak lebih jauh. Dia hanya ingin membukakan jalan bagi Leeray. Selebihnya biar dia sendiri yang memutuskan kehendaknya.
Puteri-puteri keluarga Carson sungguh menarik, cantik dan cerdas. Leonard menyukai Laura maupun Deasy.
Michael mendekati papinya untuk mengingatkan tentang hadiah kejutan untuk James dan Laura.
Leonard bersama kedua abang James sudah menyiapkan sebuah reservasi kamar di Melia Resort, Nusa Dua, Bali dari Kamis sore ini hingga Minggu. Mereka juga menyiapkan sebuah helikopter yang sudah siap di helipad yang terletak di belakang restaurant Chateu D'Allegre ini untuk mengantar James dan Laura ke Bali.
James dan Laura tampak begitu terkejut menerima hadiah kejutan itu. Mereka tampak begitu bahagia. Sungguh sepadan dengan segala kerumitan yang telah Leeray dan papinya hadapi saat menyelesaikan proses lamaran Laura sejak 2 minggu lalu.
Leeray harus memenangkan lelang lahan di Jakarta Pusat yang menurut sumber terpercaya sedang diincar oleh Nicolas Carson. Papinya ingin menjadikan lahan itu sebagai mahar untuk mendesak calon besannya melepaskan puteri sulung yang sangat disayanginya kepada putera bungsunya.
Sebenarnya 26 milyar adalah harga yang reasonable untuk lahan sebagus itu di jantung kota Jakarta Pusat. Hanya saja menurut Leeray, papinya sangat murah hati memberikannya sebagai sebuah mahar pernikahan. Negosiasi yang sempurna ala Leonard Indrajaya, mungkin itu pelajaran yang bisa diambil Leeray dari peristiwa itu.
Seminggu setelah pernikahan James dan Laura, Leeray mengirim pesan WA kepada Deasy. Dia sedang rehat siang setelah menjalani rapat dengan tim bagian pemasaran perumahan Indrajaya Realty wilayah Jakarta Barat.Belakangan ini penjualan unit perumahan perusahaan mereka sangat bagus, Leeray puas melihat laporan pemesanan unit perumahan hingga akhir tahun lalu. Dia berharap di tahun yang baru ini, perusahaan Indrajaya Realty akan mencapai hasil yang lebih baik lagi.Dengan gelisah, Leeray menunggu balasan dari gadis itu. Seharusnya di Perth saat ini sudah sore, tentunya Deasy akan memiliki banyak waktu untuk membalas pesannya.Ponselnya berbunyi!Leeray segera mengecek WA nya. Ternyata benar itu pesan balasan dari Deasy. Dia pun membaca pesan itu lalu tersenyum sendiri. Segera dia membalas pesan itu lagi.Deasy ternyata mengiriminya email berisi beberapa desain kaca patri. Leeray pun membuka Macbook-nya. Ada cukup banyak foto contoh desain yang ba
Pagi itu Leonard mengadakan meeting dengan beberapa rekanan perusahaan. Dia ingin mewujudkan obsesinya untuk merambah bisnis ke luar negeri. Pasar dalam negeri sudah tidak menantang baginya.Meeting itu dihadiri oleh Alfred Harper dan Donovan Harper, putera tunggalnya,pengusaha dari Australia yang memiliki usaha di bidang properti juga seperti Indrajaya Realty.Selain itu, Leonard mengundang Enrico Tanurie sahabat dekatnya yang bisnisnya bergerak di bidang department store, perhotelan, dan transportasi taksi."Baik, Mr. Alfred. Besok putera saya, Leeray akan berangkat ke Perth untuk memulai kerjasama bisnis kita. Dia akan menetap sementara waktu di sana untuk mengurus jalannya proyek pembangunan superblock ini," ujar Leonard dalam bahasa Inggris yang fasih kepada Tuan Alfred Harper yang tampak di layar LCD besar ruang meeting.Tuan Alfred Harper pun menjawab, "Itu ide yang baik, Tuan Leonard. Kami akan menunggu kedatangan Mr. Leeray Indrajaya untuk
Leeray membeli sebuah gedung perkantoran di CBD (Central Business District) di kota Perth, Australia. Gedung itu berlantai 8 dan ruang kerjanya terletak di lantai 8. Dia tidak pernah mau menempati lantai selain lantai tertinggi di setiap gedung kantornya dari dulu.Suatu sifat egosentrik yang mendarah daging untuk selalu berada di puncak kekuasaan, doktrin papinya sejak Leeray kecil.Sore ini, dia memimpin meeting kantor cabang klan Indrajaya di kota Perth. Mereka akan memutuskan pilihan desain untuk superblock yang akan dibangun di tengah kota Perth.Ada banyak desain bangunan yang menarik yang ditampilkan di layar LCD di ruang meeting.Sekretaris pribadinya, Andy mengoperasikan LCD dengan laptopnya menampilkan desain bangunan yang telah dikirim oleh para desainer ke surel kantor."No. No. Yes. No. Yes. No. Yes. No. No ...," ucap Leeray ketika melihat tampilan desain yang muncul bergantian di layar LCD.Andy pu
Bagian perlengkapan gedung menempatkan meja kerja Deasy di dekat meja kerja Leeray sesuai permintaan bos mereka itu.Sebenarnya Deasy tidak menyangka dia akan bekerja seruangan dengan CEO perusahaan ini. Dengan jarak yang sangat dekat pula. Sungguh tidak nyaman tentunya, seolah dia berada dalam pengawasan khusus sepanjang hari. Namun, itu keinginan bos barunya, dia tidak boleh protes.Deasy duduk di meja kerjanya lalu bertanya pada Leeray, "Apa yang harus aku kerjakan hari ini, Tuan CEO?"Pria itu tersenyum geli mendengar panggilan baru Deasy untuknya. Dia pun menjawab, "Kau harus mulai mengerjakan detail desain bagian dalam gedung. Bukankah di dalam desainmu ada 12 lantai? Kita memiliki jadwal yang ketat untuk proyek ini.""Oohh baiklah, aku akan mulai mengerjakan desain bangunan mulai lantai 1 hari ini. Apakah aku bisa meminta kertas gambar untuk menggambar sketsa desain, Pak?" balas Deasy seraya menatap Leeray."Sebentar ...," tukas Leeray
Seusai mandi, Leeray segera memakai Polo shirt dan celana panjang kainnya. Bagaimana pun dia masih berada di kantor, tidak layak rasanya memakai baju yang terlalu santai.Gadis itu masih tertidur pulas ketika Leeray mengeceknya di ranjang. Sekalipun dia bisa saja melakukan hal yang tidak-tidak terhadap gadis itu. Namun, Leeray tidak ingin melakukannya. Baginya bercinta melibatkan 2 pihak yang sama-sama menginginkannya.Dia pun keluar dari ruang tidur CEO berjalan menuju ke sofa lalu membaringkan tubuhnya yang lelah di sana. Saat ini masih pukul 01.35, Leeray masih memiliki cukup waktu untuk beristirahat.Setelah tidur dengan nyaman selama berjam-jam, Deasy pun akhirnya terbangun. Dia terkejut karena sedang berada di atas ranjang entah di mana. Namun, dia melihat bajunya masih lengkap seperti sebelumnya, dia pun bernapas lega. Dia pun teringat tadi masih di ruangan CEO mengerjakan desain superblock lantai 1, sepertinya dia tadi ketiduran.Deasy pun b
Setelah bekerja beberapa hari di kantor Leeray, Deasy pun mulai terbiasa dengan ritme kerja bosnya itu. Dia harus mengerjakan segalanya dengan cekatan, semua daftar pekerjaan selalu memiliki deadline yang pendek. Dan satu hal yang kadang membuat Deasy merasa kesal, pria itu tidak bisa menerima kata 'tidak' dari mulut karyawannya.Mungkin semalam sudah kelima kalinya dalam 5 hari, tubuhnya kelelahan bekerja hingga tertidur di meja kerjanya lalu digendong oleh pria itu ke ruang tidur CEO. Untungnya pria itu tidak pernah macam-macam padanya. Deasy selalu merasa nyaman ketika berada di dekat Leeray.Leeray sedang memandangi kertas sketsa desain milik Deasy dengan serius.Tok tok tok."Ya, masuk," ucap Leeray.Seorang pria bule masuk ke ruangan CEO kemudian duduk di hadapan Leeray.(Dialog dalam bahasa Inggris yang langsung diterjemahkan oleh author.)"Selamat pagi, Tuan Ferdinand Kinston," sapa Leeray seraya mengulurkan
Sejak kemarin Leeray berusaha melarang Deasy untuk ikut terjun paralayang atau skydive istilah bule-nya. Di Australia memang banyak provider yang menyediakan fasilitas skydiving.Deasy kali ini memesan tempat di Rottness Island yang berada di Perth bersama provider Geronimo Skydive. Dia sudah beberapa kali melakukan skydiving bersama kru Geronimo Skydive dan segalanya berjalan dengan lancar tanpa ada kecelakaan. Bahkan, terakhir kali dia melakukan skydiving sendirian saja tanpa didampingi instruktur. Biasanya pemula terjun secara tandem bersama instruktur untuk mencegah kecelakaan yang tidak diharapkan."Deasy, batalkan saja rencanamu untuk terjun paralayang! Aku akan mengganti uang pemesanannya padamu. Ini sangat berbahaya!" sergah Leeray ketika mereka sampai di Rottness Island, dia mengantar Deasy ke tempat itu karena dia tidak dapat mengubah pendirian Deasy sejak kemarin siang ketika Deasy bercerita kepadanya.Gadis itu cemberut menatap Leeray. "Aku tid
Dengan wajah kebingungan, Deasy termangu-mangu mencerna perkataan bosnya itu. 'Apa aku tidak bermimpi? Leeray menembakku?' ucapnya dalam hati.Leeray menunggu jawaban Deasy dengan tak sabar. Dia kuatir gadis itu akan menolaknya mentah-mentah. Ego-nya tidak dapat dilawan oleh siapa pun selama ini. Tidak ada jawaban 'tidak' di kamusnya."Deasy?""Ehh ohhh iya, Lee? Ada apa?""Jawab pertanyaanku tadi? Apa kau mau jadi pacarku?" ulang Leeray dengan kata-kata yang jelas, dia memastikan Deasy mendengar setiap patah katanya dengan benar.Gadis itu menatap Leeray dengan sepasang bola mata birunya. Dia pun menjawab, "A--aa--aku bingung, Lee. Bolehkah aku memikirkannya dulu?"Leeray melepaskan pegangan tangannya di lengan Deasy lalu menyugar rambutnya. "Bingung kenapa, Deasy?" tanyanya."Kita baru bersama sekitar seminggu. Ini terlalu cepat, bukan?" balas Deasy seraya bersedekap menatap bosnya itu."Tidak, ini tidak cepat. Ak