Jam 11 malam Alisa baru sampai di rumahnya. Ia membuka pintu rumahnya yang sudah terkunci. Biasanya ibu Aminah yang mengunci pintu rumah tersebut.
Alisa masuk kedalam rumah nya setelah membuka pintu rumahnya. Ia masuk ke dalam kamar dan melihat mama nya yang sudah tertidur. Melihat mamanya seperti ini, Alisa merasa begitu tidak tega. Ia baru bisa pulang di Jam 11 malam untuk mengantarkan makanan malam mamanya.
Gadis itu berdiri tidak jauh dari tempat tidur mamanya. Dengan cepat Alisa mengusap air matanya.
"Isa berharap mama bisa bertahan sampai Isa dapat duit untuk pengobatan mama," ucapnya dalam hati. Alisa berjalan mendekati wanita yang saat ini berbaring di atas tempat tidur wajah putih Mamanya tampak begitu sangat pucat. Dalam Minggu ini Alisa harus bisa mencari uang untuk menebus obat-obat mamanya. Alisa mengambil tangan namanya dan mencium tangan mamanya.
Nur terbangun dan melihat putrinya yang sudah pulang.
"Ma maafin Isa yang baru pulang, ini bubur ayamnya tapi Isa gak bisa suapin Mama, Isa mau langsung ke pom bensin," ucap Alisa yang sudah terburu-buru.
"Nur tersenyum dan menganggukkan kepalanya tidak apa. Mama makan sendiri," ucapnya.
"Mama beneran bisa makan sendiri?" tanya Alisa.
"Iya bisa," jawab Nur yang tersenyum dan meyakinkan putrinya.
Alisa menyusun beberapa bantal untuk menyandarkan punggung mamanya. Ia kemudian mengangkat tubuh mamanya, agar posisi duduknya sedikit naik ke atas . Alisa mengambilkan bubur ayam yang sudah di bukanya dari box putih busa dan memberikannya kepada mamanya.
"Buburnya wajib dimakan ya ma," ucap Alisa.
Nur tersenyum dan kemudian menganggukkan kepalanya.
"Isa siap-siap sebentar ya ma," ucapnya.
"Iya nak," ucap Nur yang berusaha menahan air matanya yang serasa akan meluncur begitu saja, saat melihat putrinya hanya pulang sebentar untuk mengantarkan Ia bubur ayam dan mengganti baju.
Nur menganggukkan kepalanya sambil memejamkan matanya.
Alisa langsung bergegas masuk ke dalam kamarnya dan mengganti bajunya dengan seragam merah. Malam ini ia akan berjaga di pom bensin.
"Ma Isa berangkat dulu ya," pamit Alisa yang memegang tangan mamanya dan mencium tangan wanita itu.
Nur menganggukkan kepalanya. "Hati-hati ya nak," ucapnya yang akan melepaskan putrinya berangkat kerja. Nur melihat jam yang tertempel di dinding kamarnya yang sudah menunjukkan pukul 23:20 menit.
"Iya ma, mama jangan cemas, Isa jaga pom malam itu santai ma. Isa akan tidur bila kondisi sepi. Jadi Isa bisa beristirahat nanti," ucapnya yang mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh Mamanya itu.
Nur menganggukkan kepalanya. Ia sudah tidak dapat lagi berbicara, rasa sesak di dadanya begitu sangat membuatnya tidak mampu untuk mengeluarkan kata-kata dari mulutnya. Ia hanya memandang putrinya yang sudah memakai baju berwarna merah. Air matanya menetes ketika melihat senyum putrinya yang begitu sangat cantik saat menatapnya.
****
Gadis itu mengendarai motornya di jam yang sudah menunjukkan pukul 23.30. Disaat orang sudah mulai terlelap di atas tempat tidur, Ia masih harus bekerja hingga nanti subuh.
Alisa menerobos jalan yang sudah sunyi. Hal seperti ini sudah dilaluinya sekitar 4 bulan. Awal mulanya Ia cukup takut melakukan aktivitas seperti ini, ketika mengendarai motor di jalan yang sudah sepi, namun saat ini Alisa sudah terbiasa.
Alisa memarkirkan motornya di parkiran. Ia kemudian berjalan mendekati tangki minyak tempat dirinya bekerja. Alsis membawa satu kotak nasi goreng dan air minum di botol plastik yang di bawah nya dari rumah. Alisa membeli nasi goreng sebelum sampai di pom bensin.
"Baru datang Isa?" tanya nya Edo security pom bensin tersebut.
"Iya Bang, bang Edo sudah makan belum?" ucap Alisa yang menunjukkan nasi goreng yang sedang di yang dibawanya. Alisa mencacarkan pantat nya di atas kursi plastik berwarna merah.
Edo tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Sudah tadi," jawabnya.
"Kalau gitu Isa makan dulu ya Bang, mumpung lagi sepi," ucap Alisa sambil tersenyum.
"Iya makan yang banyak biar gemuk," kata Edo yang kemudian meninggalkannya. Pria yang bertubuh tinggi sedikit gemuk itu berkeliling-keliling di areal pom bensin sambil berjaga-jaga.
"Hai Alisa," ucap Alvin.
"Iya Bang Alvin," jawab Alisa yang mengunyah nasi goreng di mulut nya.
"Enak ya makan nasi goreng nya," ucap Alvin saat melihat Alisa yang sedang makan.
Alisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya. " Bang Alvin mau?" Tawar Alisa memberikan sendok yang ada di tangannya. Mulut gadis itu terisi penuh dengan nasi yang tadi di sendoknya cukup besar.
"Mau lah apalagi kalau disuapin," gurauan Alvin yang menggodanya.
Alisa hanya tersenyum. "Ini Bang makan," ucap Alisa. Ia berbicara dengan mulut yang berisi.
"Gak usah lah abang tadi udah makan, cuman bercanda aja. Ya udah lanjutin sa makannya, jangan buru-buru makannya nanti keselek", saran Alfin yang duduk di dekat pengisian minyak.
Alisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Hanya Alisa satu-satunya karyawan wanita di pom bensin yang bekerja di jam 12 malam keatas.
Setelah menghabiskan nasi goreng dan juga meminum air mineralnya, Alisa menyandarkan punggungnya di sandaran kursi plastik. Alisa merasakan matanya yang sudah mengantuk ditambah lagi suasana pom yang sepi.
"Bang Alvin, Isa tidur sebentar ya nanti kalau rame bangunin Isa," pinta Alisa.
Alvin menganggukkan kepalanya. "Iya boleh," ucapnya. Alvin tahu bahwa gadis itu akan bersekolah besok pagi.
Alisa menyandarkan kepalanya di tangki pengisian minyak. Ia kemudian memejamkan matanya dan tertidur dengan posisi duduk. Tidur Dalam posisi duduk seperti ini sudah sering dilakukannya. Alisa akan selalu memanfaatkan situasi seperti seperti ini. Bisa tidur 1 jam saja Alisa sudah sangat bersyukur.
Alisa terbangun ketika suara klakson mobil yang mengejutkannya. Di jam tengah malam seperti ini hampir rata-rata yang masuk ke pom bensin mobil-mobilnya Fuso yang besar.
Pada umumnya mobil-mobil Fuso itu memilih jam tengah malam untuk mengisi bahan bakar minyak mobilnya, guna menghindari antri panjang di siang hari.
Alisa bangun dan mengisi solar ke dalam mobil Fuso tersebut. Walaupun tidak antri panjang namun ada sekitar 2 hingga 3 mobil yang selalu antri di saat ia mengisi bahan bakar minyak mobil itu.
Alisa tersenyum ketika Ia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 04:50 subuh. Itu artinya jam kerjanya sudah selesai. Dengan penuh semangat Alisa mengemas barang-barangnya serta menyelesaikan laporan penjualannya dan menyerahkan uang hasil penjualan di kantor. Ia kemudian bersiap-siap untuk pulang.
"Bang Alvin Isa mau pulang dulu ya," ucap Alisa ketika sudah menyelesaikan pekerjaannya.
Alvin menganggukkan kepalanya. "Hati-hati ya pulangnya," ucapnya yang melambatkan tangan nya.
"Iya Bang Alvin sip," ucap Alisa yang berjalan menuju parkiran.
"Bang Edo, Isa pulang dulu," ucap Alisa ketika melihat pria yang bertubuh tinggi itu baru keluar dari kamar mandi.
Pria itu menganggukan kepalanya. "Hati-hati sa," ucap Edo yang melambangkan tangannya.
"Iya bang Edo," ucap Alisa yang sudah menjalankan motor nya.
****
'Mama sudah bangun?" Alisa berkata ketika masuk ke dalam kamar mamanya."Iya nak," jawab Nur."Ma, Isa ganti baju sementara ya." Alisa tersenyum dan mencium tangan mamanya. Seperti apapun lelah tubuhnya, Alisa akan tetap memperlihatkan kepada ibunya bahwa darinya baik-baik saja. Meskipun raut wajah penuh dengan kelelahan tidak bisa di sembunyikan nya."Iya nak," jawab Nur. Nur memandang wajah lelah putrinya yang baru pulang dari tempat kerjanya. Nur hanya diam duduk di atas tempat tidur. Hari demi hari akan dilaluinya seperti ini.Nur tersenyum ketika melihat putrinya yang sudah masuk ke dalam kamarnya."Kita mandinya pagi-pagi, nggak apa-apa ya ma?" Alisa membuka baju yang dipakai mamanya. Air matanya serasa ingin menetes saat melihat tubuh kurus wanita yang telah melahirkan serta membesarkannya itu. Saat ini, mamanya hidup bergantung dengan obat. "Ma, gak apa ya mandi nya kep
Ini sudah yang kedua kalinya Alisa dipanggil ke ruang bendahara sekolah. Ia berjalan menuju ruang bendahara yang berada di gedung paling depan. "Permisi buk," ucap Alisa yang berdiri di ambang pintu bendahara sekolahnya. "Iya Alisa, masuk," ucap bendahara sekolahnya yang bernama Dian. Alisa masuk ke dalam ruangan, Ia kemudian duduk di depan meja bu Dian. "Alisa," ucap bendahara sekolah itu memanggil namanya. Alisa tersenyum memandang bendahara sekolahnya. "Iya Bu Dian," jawab Alisa. Keluar masuk ruang bendahara baginya sudah biasa, setiap kali menunggak seperti ini. Bendahara sekolah pasti akan memanggilnya. "Alisa ini uang komite kamu sudah menunggak 4 bulan, kemudian uang kegiatan dan terobosan kalau nanti kamu mengikutinya. Namun terobosan ini memang wajib, jadi kamu juga wajib ikut terobosan, dan ditambah lagi uang kegiata
Ia mengangkat kepalanya dan melihat seorang pria tersenyum memandangnya."Makan dulu baru tidur," ucap Ferdi yang menyodorkan kotak putih kedepannya."Ini apa?" tanya Alisa."Nasi pakai ayam goreng, sambal terasi, mie hun goreng, sayur, sambal teri campur kacang," ucap Ferdian yang mengangkat bungkusan sambal yang berada di luar kotak putih plastik tersebut.Alisa tersenyum memandang sahabatnya itu."Kamu tahu dari mana kalau aku lapar," ucapnya yang tersenyum lebar."Ya tahulah," jawab Ferdi yang memandang gadis di depannya."Kamu udah makan belum?" tanya Alisa ketika Ia mulai memasukkan nasi kedalam mulutnya menggunakan sendok plastik dari kantin.Ferdi menggelengkan kepalanya. "Tapi aku bawa." Ferdi yang mengeluarkan nasi kotak yang sama seperti milik Alisa.Alisa tertawa saat melihat sikap teman
Alisa pulang ke rumahnya membawa kantong yang berisi sate madura kesukaan mamanya. Hari ini Alisa gajian sehingga bisa membelikan makanan favorit mamanya."Assalamu'alaikum, Mama Isa pulang," ucap yang menyalami tangan mamanya.“Wa'alaikumussalam," ucapnya yang tersenyum. Nur begitu sangat senang saat melihat putrinya itu sudah pulang, sejak tadi ia tidak mau tidur karena menunggu putrinya pulang ke rumah. Nur tahu jadwal kerja putrinya, Ia tahu bahwa hari ini putrinya tidak bekerja di pom bensin. Sehingga putrinya bisa pulang lebih cepat untuk beristirahat serta tidur di rumah bersama dengannya."Mama Isa bawain Mama sate madura," ucap Alisa yang mengangkat kantong plastik di tangannya.Nur begitu sangat senang saat melihat putrinya itu datang membawakan sate. "Mama sangat ingin sekali makan sate madura," ucap Nur yang terli
Ferdi tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Doakan aku menang jangan sampai aku kalah dengan cewek cantik seperti kamu," ucapnya yang mencubit pipi gadis itu. Alisa memajukan bibirnya."Kamu pandai sekarang ya, cubit-cubit pipi aku," protes Alisa yang mengusap pipinya. Ferdi hanya tersenyum saat mendengar ucapan Alisa. "Doain aku," pintanya. "Aku pasti doain kamu, semangat." Alisa kemudian berlari ke tepi saat bendera itu sudah mulai dikibarkan. Melihat sahabatnya itu berada di barisan paling depan, Alisa merasa sangat senang. Saat ini sahabatnya itu yang memimpin. Dalam kelompok putaran ketiga ini mereka yang masuk adalah kelas berat. Namun Walaupun begitu belum ada yang mampu mengalahkan Ferdi saat mereka melaju di jalan hitam tersebut. Alisa memandang motor yang melaju dengan kecepatan tinggi. Ia menutup matanya ketika dua motor terjatuh di bela
Nur tersenyum saat mendengar pertanyaan putrinya. "Nanti ya Mama bakalan bangunin Isa, kalau mama sudah bisa berjalan," ucapnya. Air mata Alisa menetes Saat mendengar ucapan mamanya tersebut. Mengapa dirinya sangat bodoh sekali memberikan pertanyaan yang seperti itu. Alisa membalikkan tubuhnya dan menghapus air matanya agar mamanya tidak melihat bahwa ia sedang menangis. "Kita siap-siap ya mau mandi nanti kita akan ke rumah sakit," ucap Alisa yang mendekati tempat tidur mamanya. Nur menggelengkan kepalanya. "Nggak usah dipaksakan Mama harus berobat kalau memang nggak ada uang," Nur berkata pasrah. Alisa tersenyum dan mencium punggung tangan mamanya. "Kebetulan Isa sudah gajian jadi ada uang. lagipula untuk berobat mama ditanggung Jamkesda. Kita hanya membayar obat yang diluar dari ini," jelas Alisa. Ia akan selalu berbohong kepada mamanya mengenai biaya pengobatan
Ferdi memberhentikan mobilnya di depan pintu masuk rumah sakit. "Sebentar ya ma," dengan cepat Ferdi turun dari dalam mobil.Nur menganggukan kepalanya.Ferdi turun dari dalam mobil, Ia sedikit berlari masuk ke dalam rumah sakit tersebut.Alisa dan nur memandang Ferdi yang masuk ke dalam rumah sakit dan menunggunya.Ferdi datang dengan mendorong kursi roda yang telah dimintanya dengan petugas rumah sakit. Ia membuka pintu penumpang "Kita turun ya Ma," ucapnya yang kemudian menggendong Nur. Ia menurunkan wanita yang bertubuh rapuh itu dengan sangat berhati-hati. Ia mendudukkan nya di atas kursi roda tersebut. ia"Kamu bawa Mama masuk, Aku mau parkir mobil. Langsung ambil no antrian ya" ucapnya yang memerintahkan Alisa.Alisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Fer makasih," ucapnya.Ferdi tersenyum dan mengusap kepalanya. Ia kemu
Ferdi berjalan menuju ruang bendahara sekolahnya. Pria berseragam putih abu-abu itu berdiri di depan pintu sambil mengetuk pintu ruangan yang terbuka tersebut.Dian mengangkat kepalanya dan memandang ke arah pintu. "Masuk." Dian tersenyum saat melihat Ferdi berdiri di ambang pintu tersebut. ."Assalamu'alaikum Bu Dian," sapa Ferdi dengan sangat sopan. Ia masuk dalam ruangan dan duduk di kursi yang berada di depan bendahara sekolahnya."Wa'alaikumussalam," Dian tersenyum Ramah. Dian memandang Ferdi yang duduk di depannya. Anak itu tidak memiliki tunggakan apapun. Dian sedikit mengerutkan keningnya.Ferdi tersenyum memandangnya. "Aku mau tahu masalah utang-piutang Alisa," ucapnya tanpa basa-basi. Dian kemudian tersenyum. "Ibu sudah menduga," ucapnya."Bu Dian bisa hitungkan berapa semua utang Alisa hingga nanti Alisa tamat dari sini. Termasuk u