Share

Terjerat Cinta Pesepakbola Tampan
Terjerat Cinta Pesepakbola Tampan
Author: Aspasya

Aku Akan Menunggumu

Madrid, Mei 2003

"Hei haruskah kita melakukan ini?" Ale melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Diamlah! Ini demi masa depan dan karirmu di lapangan hijau!" Pria setengah baya di sebelahnya mengedipkan mata.

"Aku sudah bahagia di sini Al," gumamnya lirih.

"Ale, janganlah menjadi katak dalam tempurung. Kau memiliki bakat yang luar biasa dan biarkanlah dunia mengetahuinya. Kau harus mengawalinya dengan menemui orang ini." Alfredo, pria yang merupakan manager sekaligus agennya menjelaskan dengan lugas.

Ale menatap pria yang terlihat begitu bersemangat dan penuh antusias dengan pertemuan mereka dengan salah satu staf manajerial sebuah klub sepakbola dari negeri pizza.

Dia kembali mendesah pelan hingga tatapannya tertumbuk pada sosok yang baru saja memasuki salah satu restauran mewah di ibukota negeri matador itu. Sosok itu mendekati meja mereka diiringi seorang pria.

"Halo, selamat malam Senor Castillo dan Senor Alfredo," sapa wanita cantik itu begitu tiba di meja mereka.

"Selamat malam Senorita Sasmaya dan Senor Vialli," sahut Alfredo dengan ramah dan mempersilakan mereka untuk duduk.

Ale tertegun, terpesona menatap wanita cantik yang kini duduk di hadapannya. Tidak pernah ada yang memberitahunya staf talent dari klub ternama negeri pizza itu ternyata seorang wanita yang cantik.

"Saya memperhatikan beberapa pertandingan anda Senor Ale dan klub kami sangat tertarik dengan bakat anda." Wanita itu tersenyum dan berbicara dengan tegas.

Ale tersenyum canggung. Dia merasa sedikit gugup saat harus berhadapan dengan wanita seperti Sasmaya. Sesosok wanita yang bisa meruntuhkan rasa percaya dirinya.

"Terimakasih Senorita, saya tidak sehebat yang anda sanjungkan." Ale berbasa-basi dengan merendahkan diri.

"Bagaimana dengan tawaran kami?" Pria yang bersama wanita itu menatap Alfredo dengan serius.

"Kami akan memikirkannya. Saya rasa ini memerlukan waktu dan pembicaraan yang lebih serius." Alfredo menjawab diplomatis pertanyaan itu.

"Saya mengerti Senor Alfredo, tetapi pemilik klub menginginkan jawaban secepatnya. Bursa transfer akan dimulai bulan depan dan akan lebih baik jika kita mencapai kata sepakat lebih cepat." Wanita cantik itu kembali berbicara.

Ale menatapnya dan tanpa sadar terus menatapnya. Dia menyukai nada tegas dan berwibawanya. Begitupun dengan penampilannya yang menawan. Selintas dia dapat menerka Sasmaya bukanlah wanita eropa murni.

"Ale bagaimana?" Alfredo menegurnya pelan.

Ale mengerjapkan mata sejenak, terkejut mendengar pertanyaan manajernya. Dia kehilangan konsentrasi sejak wanita cantik itu muncul di pintu restauran.

"Saya memerlukan waktu untuk memikirkannya, Senorita," sahut Ale berusaha untuk bersikap santai.

"Tentu saja, saya mengerti. Percayalah anda akan mendapatkan yang terbaik dari kami. Bakat anda tidak akan tersia-siakan begitu saja." Sasmaya tersenyum dan kembali meyakinkannya.

Ale dan Alfredo hanya tersenyum. Mereka berempat kembali berbincang sembari menikmati hidangan makan malam yang baru saja disajikan para pramusaji di meja mereka.

Sesekali Ale melirik Sasmaya yang mengobrol akrab dengan Alfredo dan Vialli. Sepertinya wanita itu sangat memahami seluk beluk dunia olahraga terutama sepakbola.

Hingga perbincangan santai mereka berakhir, Ale tak lepas memandangi Sasmaya. Wanita itu sama sekali tidak bereaksi terhadap sikapnya yang jelas tersirat dari semua gerak-geriknya selama makan malam tadi.

"Senor Alfredo dan Senor Castillo, kami menunggu kabar baik dari kalian. Saya harap kita dapat bekerja sama secepatnya." Sasmaya dan Vialli bangkit dari kursinya dan berpamitan pada mereka berdua.

Setelah berbasa-basi sejenak, keduanya meninggalkan meja, di bawah tatapan Ale yang tak lepas dari Sasmaya. Alfredo mendesah kasar dan menepuk bahunya. Ale terkejut dan hanya meringis mendapat tatapan tajam sang agen.

"Ale ada apa denganmu? Sedari tadi kau menatap Sasmaya tidak berkedip." Tegurnya pada pesepakbola muda itu dengan kesal.

"Dia cantik," sahut Ale dengan santai.

"Kau tahu siapa dia?" Alfredo bertanya padanya.

"Tidak. Sepertinya aku harus mengejarnya!" Ale berdiri dan tanpa berpikir panjang bergegas setengah berlari menuju ke arah di mana Sasmaya dan Vialli menghilang tadi.

"Ale! Kau!" Alfredo hampir saja berteriak keras.

Dia melemparkan napkin ke atas meja, menyugar rambutnya dengan kasar. Alejandro Castillo, salah satu pesepakbola yang berbakat di bawah agensinya, sepertinya akan membuat ulah lagi.

Sementara itu Ale berlari mencari kemana Sasmaya menghilang. Wanita itu cukup cepat berjalan sehingga dia hilang dalam sekejap. Ale menendang pembatas jalan di depan restauran dan berkacak pinggang dengan kesal.

Hampir saja dia kembali ke restauran saat tanpa sengaja dia melihat sosok Sasmaya yang muncul dari sebuah gerai anjungan tunai mandiri yang ada di dekat restauran. Dia seorang diri tanpa pria yang tadi bersamanya.

Ale tersenyum gembira, segera berlari menghampirinya. Tepat saat sebuah mobil dari arah jalan hendak memasuki area parkir restauran, hampir menyerempet wanita yang masih berkonsentrasi dengan isi tasnya.

"Sasmaya!" Ale berteriak dan menyambar tubuh mungilnya membawanya menjauhi mobil yang melaju kencang.

"Astaga!" Sasmaya berseru kaget.

"Kau tidak apa-apa?" Ale menatap wanita di pelukannya dengan cemas.

"Iya, terima kasih Senor," sahutnya dengan canggung.

Mereka saling bertatapan sejenak, merasa canggung dengan situasi mereka saat ini. Sasmaya yang pertama kali menyadari dan melepaskan diri dari pelukannya.

"Soal yang tadi aku akan mempertimbangkannya asalkan kau bersedia berkencan denganku!" Entah dari mana datangnya keberanian Ale, dia mengucapkan itu dengan penuh rasa percaya diri.

Sasmaya membelalakkan matanya dan menatapnya dengan bingung. Sepertinya dia cukup kaget dengan ucapan Ale barusan.

"Maksudmu?" Sasmaya tersenyum tipis, sembari menyibakkan rambutnya yang tergerai di punggungnya.

"Aku ingin berkencan denganmu. Eh tidak, aku ingin kau menjadi ibu dari anak-anakku kelak." Ale berbicara dengan nada dan sikap yang serius.

Kembali Sasmaya menatapnya. Kali ini sepertinya dia syok mendengar ucapan Ale yang terakhir. Namun hanya sekejap saja, beberapa saat kemudian dia sudah dapat menguasai diri dan kembali bersikap seperti sebelumnya.

"Anda sungguh pandai bercanda Senor." Sasmaya terkekeh dan menepuk bahunya, kemudian melangkah hendak meninggalkan Ale.

Ale menyambar lengannya, menghentikannya. Menariknya agar lebih dekat padanya. Ditatapnya Sasmaya lekat-lekat.

"Aku serius, meski terdengar seperti sebuah rayuan, tetapi aku berbicara dengan sungguh-sungguh." Ale masih menatap Sasmaya.

"Senor Castillo, sayang kita terlambat berjumpa. Seandainya saya belum menikah, mungkin saya tidak akan keberatan dengan tawaran anda barusan." Sasmaya tersenyum dan menyingkirkan tangan Ale dari lengannya.

"Kau sudah menikah?" Ale memicingkan mata menatapnya seakan-akan tidak percaya.

Sasmaya tersenyum dan mengangkat tangannya menunjukkan cincin di jemari manisnya di depan Ale. Sebuah cincin yang cantik dengan sebuah berlian yang berkilau menghiasinya.

"Kalau begitu aku akan menunggumu melepaskan cincin itu." Ale tersenyum dan meraih tangan Sasmaya, mengecup jari jemarinya dengan lembut.

"Baiklah! Tunggulah aku hingga suatu saat nanti aku sendiri lagi."Sasmaya menarik tangannya.

"Alejandro Castillo, kau sangat berbakat dan aku yakin kelak kau akan menjadi superstar lapangan hijau di era mendatang. Di saat itu, percayalah, kau pasti akan melupakan aku," lanjutnya lagi, sembari tersenyum tipis.

Menatapnya sebentar dan melambaikan tangannya sebelum berlari meninggalkannya menuju sebuah mobil yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka berbincang tadi.

"Aku akan menunggumu bahkan sekalipun kelak aku menjadi seorang bintang aku akan tetap menunggumu," gumam Ale sembari tersenyum menatap kepergian Sasmaya.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rai Seika
Oh, Senorita Sasmaya 。◕‿◕。
goodnovel comment avatar
Anindya Alfarizi
Yeayy, udah baru lagiii .........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status