Share

Terjerat Cinta Ponakan Kecil
Terjerat Cinta Ponakan Kecil
Penulis: Cymut❤️

Ledakan

1

Hotel Rose Star, hotel bintang lima yang ada di pusat negeri Sunmi malam ini sangat ramai. Hal itu dikarenakan malam ini adalah pertemuan titik kumpul para pebisnis di seluruh kota. Tentu saja, mereka hadir dalam acara besar tersebut dengan niat masing-masing. Entah, untuk mencari relasi, mitra, mengatur perjodohan, maupun untuk saling menjatuhkan.

Keluarga Butlene yang menggeluti bisnis perhiasan juga hadir dalam acara tersebut. Tuan Theo dan Nyonya Xera Butlene berusaha mencari relasi kerja sama untuk mengembangkan perusahaan mereka.

Dari keramaian yang sedikit menyesakkan di ballroom besar itu. Satu titik fokus tertuju pada gadis mungil yang sedang sibuk memakan permen lolipop. Kegiatan yang sangat berbeda dari orang lain. Dimana para pemuda dan pemudi yang hadir dalam acara itu sibuk untuk mendapatkan rekan bisnis atau pasangan hidup. Berbeda dengan gadis pemilik rambut hitam panjang sepinggang tersebut. Ia seakan tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekelilingnya. Seolah, hanyut dalam dunia yang ia ciptakan sendiri.

Dia adalah, Arabelle Butlene. Putri tunggal keluarga Butlene. Jantung hati dan kesayangan Tuan Theo dan Nyonya Xera. Tahun ini Arabelle berusia 19 tahun. Usia yang sangat kritis antara remaja menjadi dewasa. Arabelle menatap lurus ke arah kedua orang tuanya yang masih sibuk mengobrol dengan orang asing yang sama sekali tidak ia kenal. Sementara, mulutnya terus mengemut permen lolipop. Makanan manis yang paling ia sukai dalam hidup.

"Aku sudah memakan tiga permen, tapi mereka belum selesai bicara." Arabelle sedikit mendesah, lalu mengambil satu coklat di atas meja. Akan tetapi, saat coklat kecil itu hendak masuk ke dalam mulut Arabelle. Suara sirine yang begitu nyaring terdengar. Hal itu membuat tangan Arabelle kembali meletakkan coklat tersebut ke tempat asalnya.

"Tanda bahaya."

"Apa ada kebakaran, kenapa sirine hotel berbunyi?"

"Kompolotan perampok sudah menanam bom di hotel ini."

Suara riuh seketika memenuhi ruangan besar itu. Situasi yang sebelumnya tenang kini berubah menjadi lautan penuh kepanikan. Datang dengan niat untuk mencari kebutuhan masing-masing telah berubah menjadi ketakutan.

Semua orang berlarian untuk segera mencapai pintu utama. Satu kata dalam pikiran mereka, keluar dari tempat terkutuk itu. Suara sirine yang begitu kencang diiringi teriakan ketakutan dan kesakitan membuat situasi malam ini sungguh mencekam.

Beberapa orang tersungkur jatuh ke lantai dan menjadi bahan pijakan oleh orang lain. Beberapa sebagian saling menabrak memperebutkan jalan keluar. Arabelle yang masih belum bisa mencerna semuanya segera berdiri dengan tubuh gemetar. Rasa takut yang begitu besar kini menangkap dan mengendalikan dirinya. Apalagi, saat ia melihat tubuh manusia penuh darah tergeletak di lantai dan diinjak-injak, seperti keset kotor.

"Momy, Dady," lirih Arabelle bersamaan dengan air mata yang luruh. Wajah cantik dengan hidung mancung itu seketika berubah menjadi pucat. Ia benar-benar sangat takut, suara teriakan yang begitu memilukan bersamaan dengan pemandangan gaduh di depannya membuat ia merasa sangat ketakutan.

Tubuh Arabelle terdorong hampir jatuh, saat beberapa orang menabrak bahunya dengan keras. Arabelle benar-benar merasa ada di sebuah labirin. Ia tidak tahu harus melangkah kemana. Semuanya terlihat sangat mengerikan.

"Ara!" teriak suara yang begitu familiar di telinga Arabelle. Ia segera menoleh ke belakang dengan gurat senyum tipis. Suara itu adalah suara sang ibu. Seperti mendapatkan oase di tengah padang pasir saat melihat Nyonya Xera melambaikan tangan ke arahnya.

Tanpa pikir panjang, Arabelle berlari dengan sekuat tenaga menuju ke arah ke dua orang tuanya. Tubuhnya sempat terpental beberapa kali karena ditabrak. Namun, hal itu tidak membuat ia berhenti.

"Momy, Dad!" teriak Arabelle saat jarak mereka hanya tinggal sepuluh meter lagi.

Namun, ledakan besar seketika menghantam dan memporak-porandakan semuanya. Ledakan yang membuat sebagian bangunan besar itu roboh dan hancur. Tubuh Arabelle terpental lima belas meter dan berguling-guling karena ledakan itu, sebelum ia berhasil mencapai tempat Tuan Theo dan Nyonya Xera.

Suara dengingan yang begitu menyakitkan terdengar sangat jelas di telinga Arabelle, bersamaan dengan tubuhnya yang terasa remuk dan patah. Gaun berwarna putih dengan taburan manik-manik yang dikenakan oleh Arabelle telah berubah menjadi merah karena darah.

Arabelle meringgis kesakitan, ia menggigit ujung lidahnya sendiri untuk meredam rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya. Ia mendongak, menatap nanar tubuh-tubuh yang berserakan, dan lebih mengerikan lagi tepat di sampingnya terdapat potongan tangan selengan yang entah siapa pemiliknya.

Arabelle menggerakkan tanganya yang penuh dengan luka ke arah tempat keberadaan Tuan Theo dan Nyonya Xera beberapa detik yang lalu. Tempat yang kini sudah tertimbun oleh bangunan beton. Air mata seketika meluncur dengan deras, bersamaan dengan hati Arabelle yang hancur. Ingin sekali ia berlari ke tempat itu, menggali dan menyelamatkan kedua orang tuanya. Dua malaikat yang menjadi dunianya. Dua sosok yang sangat ia cintai, dua orang yang selalu mengayomi dan menghujani dirinya dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Kerongkongannya terasa begitu panas dan tercekat. Ia ingin berteriak memanggil kedua orangnya dengan harapan mereka keluar dari dalam reruntuhan. Namun, entah ganjalan apa yang membuat suaranya tak dapat keluar. Ia memejamkan mata rapat-rapat, berharap saat membuka mata waktu kembali berputar dan semuanya kembali seperti semula.

Arabelle membuka matanya perlahan. Akan tetapi, rasa sakit kembali melempar dirinya ke dasar jurang terdalam karena ia hanya melihat kehancuran dan mayat yang berserakan. Rasa sakit yang begitu besar berkumpul di dalam dada, membuat rasa sesak yang menyebabkan nafas Arabelle mulai tidak stabil. Bau anyir darah, asap, dan debu terhirup menembus setiap lapisan paru-paru miliknya.

"Aaaaa!" teriak Arabelle sekali lagi, saat sebuah tiang jatuh dan menindih tangan kanannya. Menghalangi jarak pandang kedua netranya yang kini semakin buram.

Rasa pusing juga tidak ingin tinggal untuk tidak mengambil bagian. Rasa pusing yang terasa membuat kepala Arabelle pecah dan lebur. Bersamaan dengan tatapan Arabelle yang semakin mengabur dan perlahan menghitam.

Kedua mata Arabelle tertutup sempurna dengan jiwa yang merasa tersedot cepat menembus dimensi lain. Rasa sakit, yang ia rasakan perlahan memudar dengan kesadarannya yang mulai menghilang.

Dad, Mom, aku datang menyusul kalian. Batin Arabelle mengira kalau kematian juga menjemput dirinya. Hotel berbintang penuh dengan kemegahan dan kemewahan itu hancur karena bom yang sengaja ditanam oleh para perampok.

Para pihak keamanan dan tenaga medis segera beraksi untuk merapikan kekacauan yang terjadi. Siapa yang menduga pertemuan besar itu menjadi pertemuan banyak jiwa dengan malaikat maut.

Malam cerah dengan bintang bertaburan menjadi saksi peristiwa berdarah nan mengerikan itu. Langit yang tak berpihak pada cuaca. Suara teriakan isak tangis yang memillukan masih terdengar menyayat relung hati

----------------

****************

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status