"Apa kamu akan minum obat kontrasepsi darurat? Semalam kita tak pakai pengaman. Bagaimana kalau kamu hamil?"
Ray berkata sangat hati-hati, tak ingin menyinggung Leticia. Namun, Leticia mengartikan lain, ekspresi wajahnya berubah kaku. Dia sadar bahwa Ray telah memiliki wanita, apa pria itu takut Leticia akan meminta pertanggung jawaban jika dia hamil?
Pandangan Leticia tertuju pada kalender yang terpasang di dinding di belakang tubuh Ray. Jadwal menstruasinya selalu teratur dan akan datang dalam dua minggu.
"Tenanglah, Tuan. Semalam aku yang memaksamu melakukan itu padamu, aku tahu diri. Aku tidak akan meminta pertanggung jawaban darimu jika aku hamil," kata Leticia tegas.
"Bukan begitu maksu
Ray tertegun, untuk kesekian kalinya dia kembali terguncang dengan penuturan Leticia. Ray menghela napas panjang mengendalikan diri, wanita di sampingnya ini benar-benar menghantam telak mental Ray sebagai laki-laki."Leticia …." Suara Ray lirih saat menyentuh bahu Leticia yang memunggunginya. Leticia bergeming, dia terisak pilu.Ray melepas sabuk pengaman lalu mendekatkan tubuhnya, dia meraih pinggang Leticia memeluknya dari belakang."Leticia, maaf … aku tak tahu kau sangat kesulitan," kata Ray.Leticia mengangguk menyeka air mata sebelum menjawab dengan suara bindeng. "Ya, aku memaafkanmu."Apa yang bisa dia lakukan
Keesokan harinya.Setelah selesai sarapan, Ray bersiap mengantar Leticia ke Bandara. Wajah Leticia tampak berseri-seri setelah mendapat perlakuan lembut dan dimanjakan oleh Ray.Sepanjang pagi, Ray tak henti-hentinya memeluk Leticia. Seolah tak rela membiarkan wanita itu pergi. Ingin sekali rasanya Ray membawa Leticia kemana pun dia pergi. Seperti saat ini, Ray masih saja tak melepaskan Leticia yang duduk di atas pangkuannya di atas sofa."Ray, ayo pergi. Aku akan terlambat tiba di Ragusa jika kamu terus menahanku," kata Leticia merajuk."Tetap menetap bersamaku, bisa tidak?" Ray menghidu leher Leticia. Menghirup dalam-dalam aroma parfume apel yang menyegarkan dari tubuh wanita itu.
Ketika Leticia tiba di kediamannya, dia mengernyit terheran. Kenapa mobil sang ayah terparkir di depan rumah saat siang hari? Apa ayahnya tak berangkat bekerja? Akhirnya dia melangkah cepat memasuki rumah.Tampak sang ayah sedang duduk bersandar di sofa one seater hitam. Wajahnya terlihat begitu tajam menatap Leticia yang menghampirinya."Bagaimana hasilnya?" David langsung bertanya saat Leticia mendaratkan bokong di sofa two seater, sebelah kanannya."Tuan Vanderson bersedia menangani proyek bulan depan," jawab Leticia jujur. Dia menatap lekat sosok pria tua berpakaian perlente hitam itu.David menyeringai sebelum menuduh, "Beraninya kau berbohong padaku? Katakan sebenarnya, kemana kau pergi?"
Tiga minggu berlalu, hari-hari yang Leticia lalui terasa begitu berat. Semakin hari, hubungan dia dan sang Ayah semakin parah. Tak ada sosok David yang penuh kasih sayang, Leticia tak lagi mengenali sisi lain dari sang Ayah semenjak dia kembali. Lelaki tua itu menjadi asing bagi Leticia. Tamparan, hardikan, dan makian tak jarang David lakukan ketika Leticia melakukan kesalahan meski hal kecil sekalipun. Resah. Itulah yang Leticia rasakan. Leticia tengah dilanda kegelisahan saat ini. Meskipun hari yang dilewati begitu berat, tetapi dia merasa waktu berlalu sangat cepat, dan dia telah melewati jadwal datang bulannya. Bukan hanya satu atau dua hari, tetapi sudah satu pekan. Leticia tak pernah terlambat datang bulan. Pikirannya benar-benar kacau saat ini, tak hanya itu. Kantung mata Letici
Ketika Leticia akan mulai membuat desain, tiba-tiba pintu terbuka. Seorang wanita paruh baya berpenampilan modis menghampiri Mereka. Mila bangkit dari duduknya. Baru saja dia akan melangkah, pelanggan itu menarik bangku kosong di samping Leticia, hingga membuat Leticia meletakkan buku dan pensil di atas pangkuan. "Selamat sore, Bibi Mila. Aku ingin mengubah brosku, teman kantorku bilang ini terlalu mewah jika hanya terbuat dari perak." Wanita yang baru saja mendudukkan bokong di atas kursi di samping Leticia itu melepas bros dari blazer krem. Kemudian memberikan bros pada Mila yang duduk di hadapannya. Leticia yang duduk tepat di samping kiri wanita itu tak bisa untuk tak melihat apa yang diberikan dia pada Mila. Mata Leticia seolah memerhatikan bros
Sementara jauh dari tempat Leticia berada di keesokan harinya. Sinar mentari pagi menembus jendela ruang makan, seolah menambah kehangatan suasana di kediaman Alex di Ragusa.Kehadiran Raymond semalam di rumah besar bercat putih, membuat keluarga Smith terasa lengkap.Ketika Marco pulih total, Arthur, sang Ayah memboyong putranya ke Ragusa sejak satu pekan lalu. Setelah meminta persetujuan Ray, Arthur dan Smith sepakat untuk menjadikan Alex dan Marco sebagai Direktur VR Group.Namun, Alex dan Marco menolak jika Ray belum benar-benar mengambil alih perusahaan. Sehingga kedua orangtua mereka tak berupaya lagi untuk membujuk.Hanya Maxwell yang mematuhi perintah Benito, Ayahnya. Beberapa hari la
"Aku akan menemuinya," kata Ray saat meraih sebungkus rokok dari hoodie hitam. Tak lama kemudian, sebatang rokok yang menyala Ray nikmati begitu santai.Suara Ray tidak tegas atau menekan. Justru sebaliknya, Ray berkata dengan jiwa yang penuh persahabatan.Hanya saja, entah hal apa yang membuat jantung David tiba-tiba berdetak hebat. Tuhan tahu apa yang tersembunyi di balik kegugupan lelaki tua yang penuh sandiwara."Tuan Vanders, sebenarnya Leticia baru saja pergi. Kemarin dia memutuskan melanjutkan pendidikan di Kanada."Untuk kedua kalinya David berbohong pada Ray.Ray tertegun hingga sebatang rokok yang diapit jemarinya terjatuh
"Ayo turun." Mila mencabut kunci mobil dan bergegas turun. Tak lama kemudian, Leticia menyusul.Kedua wanita itu tampak serius ketika bekerja, setelah Leticia menyusun aksesoris dalam etalase lebar. Mila memanggil wanita itu ke ruang rancangan."Bros milik nyonya Alin kapan akan dikerjakan, Cia?" tanya Mila ketika Leticia duduk di atas kursi di depan meja kerja."Akan ku coba sekarang, Bu," jawab Leticia saat meraih bros di depan Mila. Mila mengangguk.Ketika Mila serius memerhatikan Leticia, terdengar suara seorang pelanggan memanggil Mila. Akhirnya, dia pergi meninggalkan Leticia.Di bawah sinar lampu meja dalam ruangan yang