Home / Romansa / Terjerat Cinta TKW Indonesia / 4. Lelaki di Lorong itu Lay Ka

Share

4. Lelaki di Lorong itu Lay Ka

Author: Roesaline
last update Last Updated: 2022-02-18 13:32:42

"Duduklah, Bobo!" pintanya setelah mereka berpelukan sebentar.

"Kamu sendirian, Lay Ka?" tanya Bobo.

"Iya, Bobo. Pacarku lagi sibuk," jawabnya.

"Siapa pacarmu sekarang? Masih Hanna kan?" tanya bobo memastikan.

"Ya iyalah, emang Lay Ka playboy gonta-ganti pacar?" sahut Lay Ka.

Akhirnya mereka tertawa bersama, aku memandang bobo tampak bahagia, demikian juga dengan Lay Ka.

"Duduklah, Alien!" pinta Bobo kepadaku. "Dia yang merawat aku selama ini, Lay Ka," lanjutnya.

"O, syukurlah, sekarang bobo ada yang merawat. Maaf saat bobo sakit aku tidak pulang karena persiapan wisuda, Bobo," kata Lay Ka menyesal.

"Tidak apa-apa yang penting sekarang kamu sudah kembali," kata bobo bahagia.

"Jaga boboku baik-baik, Alien!" pesan Lay Ka Sing.

Hah? Bersamaan aku dan bobo terperanjat, Lay Ka Sing dengan jelas memanggil namaku. Kok dia tahu sih?

"Kamu tahu nama dia darimana?" tanya bobo terkejut.

"Tadi kan bobo memanggil dia, bobo kan tahu aku tuh orangnya cerdas dan mudah menghafal," katanya membela diri.

Tak lama kemudian dua orang lelaki pelayan restoran menyiapkan pesanan Lay Ka. Aku  makan semeja dengan majikanku, ini jarang terjadi dimanapun. Tapi untuk TKW di Hong Kong bukan hal aneh makan semeja dengan majikan.

Dulu saat pertama kali aku datang dan belum pandai berbahasa Cantonis, dia belum bisa menerimaku. Rasanya serba salah, bobo sering marah-marah dan membenciku. Sebentar-sebentar mengancamku akan memulangkan ke Indonesia.

Tapi kini semua berubah manis, dengan bermodal ketulusan dan kejujuran serta bahasa itu penting. Dengan lancar berkomunikasi semua masalah mudah diselesaikan dengan baik. Bahkan kita bisa saling berbagi, majikan juga manusia banyak problem hidup sama dengan kita. Kini seutuhnya aku bisa diterima bahkan seperti cucu sendiri.

"Iya bobo tahu, kamu cucu bobo yang cerdas," gumamnya sambil berkaca-kaca, aku tahu bobo sudah lama memendam rindu kepada anak dan cucunya.

"Hei sudah, jangan terbawa perasaan bobo, ayo kita makan!" Lay Ka menenangkan sambil merangkul pundaknya.

Kini Lay Ka mulai melepas kacamata dan maskernya, kemudian menatap orang di sekelilingnya.

Hah! Wajahnya ternyata lebih tampan daripada di televisi maupun media sosial. Tanpa make-up dia jauh lebih tampan, semua mata menatapnya. Ada beberapa orang meringsek mendekat ingin minta foto. Tapi dua bodyguard yang tiba-tiba datang mengatakan dengan sopan,

"Biar Tuan kami selesai makan dulu, nanti ada waktu buat kalian berfoto!" ujarnya.

"Yey, terima kasih ...!" serentak mereka menjawab.

Suasana sudah kondusif, aku melayani nenek makan dengan mengambilkan tim ikan yang merupakan makanan kesukaannya. Tak sengaja saat aku memandang Lay Ka, ternyata dia sedang menatapku sambil tersenyum tipis. Aku jadi salah tingkah sambil mengangguk aku tersenyum ke arahnya. Biasa sifat ramah alamiku muncul begitu saja.

"Kamu mengenal boboku jauh lebih baik daripada aku yang cucunya," ucapnya pelan dan lembut kepadaku.

"Karena kami berdua saling berbicara, Lay Ka Koko," sahutku. "Banyak masalah bisa diselesaikan dengan saling bicara dan terbuka. Dengan membuka hati semua masalah bisa kita atasi," kataku sok menggurui. "Yah terkadang kita gengsi mendahului, kita hanya menunggu, padahal dengan sedikit menyingkirkan ego semua masalah selesai," lanjutku masih sok menasehati.

"Masih juga belagu, dasar bacot!" gerutunya lirih. "Ditanya apa, jawabnya apa?" gumamnya.

Aku terperanjat dia mengataiku dan mengolok dengan nada seperti itu. Aku jadi ingat, bukankah dia lelaki yang ponselnya kuinjak itu? Tapi ini kan Lay Ka, masak iya lelaki itu adalah dia? Pikiranku terus berkecambuk.

"Sudah, ayo makan!" pinta bobo.

Akupun menikmati aneka masakan yang belum pernah kucicipi dan kini ada di depan mataku. Bobo mengambilkan makanan dengan sumpitnya dengan penuh sayang. Aku melihat Lay Ka yang tertegun menatapku seolah cemburu.

"Bahkan aku tidak pernah diperlakukan seperti itu," gumam Lay Ka sedih.

"Hei, waktu kecil bobo yang menyuapi kamu makan," sahut bobo sambil tersenyum.

"Ini coba rasakan, di Indonesia pasti tidak ada. Ini kulit bebek panggang, cuma diambil kulitnya lo," kata bobo sambil mengambilkan dan  meletakkannya di atas nasiku di mangkok kecil.

Berbeda dengan Indonesia, di Hong Kong wadah nasinya bukan piring tapi mangkok kecil. Bukan menggunakan sendok, melainkan sumpit. Pertama TKW datang ke sini pasti dia akan tersiksa lapar. Apalagi yang terbiasa makan pakai tangan dengan piring isinya nasi segunung.

Kami menikmati makan dengan tenang dan santai sambil mendengarkan bobo bercerita kesana kemari. Tanpa sengaja aku dan Lay Ka sering beradu pandang. Saat mata indah itu menyorotku seakan menembus jantungku. Matanya indah, tidak sipit seperti pada umumnya orang Hongkong.

Rab Ne Bana Di Jodi lagu Bollywood, berkumandang keras karena ada telepon masuk. Aku terparanjat dan seketika mengedarkan pandanganku ke sekitarku.

"Ih berisik!" geramnya.

Lay Ka mematikan ponsel yang diambil dari saku jasnya, kemudian di masukkanya kembali.

Aku menatap tajam ke arahnya dan dia menghindar dengan menundukkan kepala. Aku semakin yakin bahwa itu ponselku. Apa ini  artinya lelaki di lorong stasiun itu adalah Lay Ka? Aduh mati aku, padahal saat itu aku berselfi mencium foto Lay Ka. Dengan hati-hati aku menggeser dudukku dan,

"Itu ponselku kan?" tanyaku menohok.

"Kamu ngomong apa sih?" jawabnya mengelak.

"Coba tunjukkan padaku, Koko!" kataku mendesak.

"Apaan?" Lay Ka masih mengelak.

"Bobo, itu ponselku, jangan-jangan lelaki di lorong itu ...," kataku ragu.

"Apa?" hardiknya menyergap.

"Mana ponselku!" pintaku dengan tangan menengadah. "Ternyata kamu lelaki di lorong itu kan?" lanjutku menebak.

"Bukan, asal saja!" ketusnya.

Bagaimana bobo melerai percekcokan kami? 

Bersambung ...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Galuh Arum
ceritanya oke teruskan kak.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terjerat Cinta TKW Indonesia   31. Tersangka utama diracun

    Aku harus bisa menepis keinginanku yang melambung tinggi. Jangankan untuk memiliki, mendekati saja resikonya seperti ini. Aku berani bersu'udzon ini pasti ulah dari keluarga besar Hanna tunangan Lay Ka Shing. Tidak habis pikir bagaimana hanya demi menghancurkan aku yang hanya seorang babu dari Indonesia mereka melakukan pengorbanan yang begitu besar. Narkoba sebagai barang bukti itu bernilai milyaran harus hilang di sita pemerintah Hong Kong hanya untuk menjebakku. "Alien, aku berjanji akan membantumu, ini hanya jebakan belaka untuk menjauhkan kamu dari Bos Lay Ka," janji Devis. "Terima kasih, Devis, kamu melakukan banyak pengorbanan buat aku juga mama dan anakku. Bagaimana cara aku membalasmu, Devis?" gumamku pelan. "Jangan bilang kamu menerima cintaku karena ingin membalas budi, Zhee? Andai memang demikian tak apalah, aku akan membuatmu benar-benar mencintaiku tanpa syarat," kata Devis yakin. "Beri aku kesempatan untuk jatuh cinta lagi, aku butuh waktu, Devis. Apalagi mengingat a

  • Terjerat Cinta TKW Indonesia   30. Menerima Cinta Devis

    Sudah dua hari wanita penyebab aku mendekam di terali besi itu bungkam tanpa mengungkap pernyataan apapun. Ini membuat aku masih terkatung-katung di tahanan. Geram rasanya, ingin menghampiri nya dan menjambak rambutnya. "Kenapa sih sulit mengakuinya, takut hukuman mati menantimu ya? Tapi kenapa harus aku, coba? Apa salahku padamu?" monologku dengan geram. "Ada apa?" tanya polisi penjaga kepadaku. Aku mengoceh sendiri dalam bahasa Indonesia kayak orang gila. Sehingga membuat polisi Hong Kong merasa terganggu. "Pengacaramu ingin bertemu," kata seorang polisi yang lain yang tiba-tiba muncul. Apakah dia bersama Lay Ka? Kenapa aku merindukannya? Harusnya Devis yang kuharapkan, karena selain Lay Ka dia banyak membantuku juga. Bahkan dia dengan terus terang sudah menyampaikan perasaannya kepadaku. Polisi membuka gembok terali dan mengikutiku saat aku melangkah ke suatu ruangan. Telah duduk pengacara ku Andy Cheong sambil membuka-buka berlembar-lembar kertas fail. "Selamat siang, Tua

  • Terjerat Cinta TKW Indonesia   29. Menginap di Hotel Prodeo

    Aku berusaha menghubungi Lay Ka. Sepertinya dia masih di lokasi syuting karena saat dia mengangkat teleponnya suaranya sangat ramai. Lay Ka kesulitan mendengarkan suaraku. "Lay Ka, tolong aku ... sekarang aku di kantor polisi Central, aku tidak bersalah!" itu yang aku katakan. Tapi kiranya Lay Ka tidak mendengarnya. Dia berusaha untuk bertanya berkali-kali memperjelas, tapi tetap saja tidak bisa mendengar. "Alien ...halo?" Tidak jelas, Alien!" kata Lay Ka berteriak. "Kirimlah pesan!" lanjut Lay Ka meminta. Padahal aku bisa mendengar dengan jelas suara Lay Ka meskipun berisik. Akhirnya aku menulis pesan dalam bahasa Inggris. Karena aku tidak bisa menulis bahasa kantonis. Padahal aku juga tidak pandai berbahasa Inggris. "Help me, please!, I"m in trouble! Now, I am in police office in Central," itu yang aku tulis entah itu benar atau salah, aku yakin ini cukup dimengerti Lay Ka. Polisi Hongkong mempersilahkan aku duduk di suatu ruangan dan ponselku disita untuk diperiksa juga. Mer

  • Terjerat Cinta TKW Indonesia   28. Korban Skenario

    Setelah mendengar ungkapan Lay Ka aku tidak tahu harus senang ataukah bersedih. Sejenak aku tersanjung mendengar pengakuan Lay Ka tentang perasaannya. Apalagi di depan publik, juga di depan Hanna yang selama ini selalu merendahkanku. Tapi juga sedih karena aku terjebak dengan sandiwaraku sendiri. Lay Ka dan publik menganggap aku dan Devis benar-benar pacaran. Tapi Devis benar-benar mencintaiku, haruskah aku menyakitinya? Dia orang yang selama ini tulus mencintai dan begitu baik kepadaku dan mamaku. "Sejak kapan perasaan itu datang, Lay Ka?" tanya salah satu fansnya. "Saya tidak sadar kapan datangnya, yang jelas kebersamaan kami selama ini menumbuhkan perasaan itu yang aku sendiri tidak menyadarinya," ungkap Lay Ka. Aku melambankan langkahku demi mendengar lagi pengakuan Lay Ka. "Terus bagaimana dengan Nona Hanna? Kapan dia hadir dalam hidup anda, Lay Ka?" tanya yang lain. "Mereka hadir di waktu yang berbeda, juga di tempat yang berbeda di hatiku," jawab Lay Ka mengambang. "Alien

  • Terjerat Cinta TKW Indonesia   27. Talk show di Jourdan

    Rendy mengirim pesan yang intinya dia minta ganti rugi uang untuk biaya pengobatan Berlian. Seluruh biaya selama dia di rumah sakit dan biaya ini itu aku harus menggantinya. "Aku sudah mentransfernya sesuai dengan permintaanmu," kataku lewat telepon pagi harinya. "Benarkah? Oke nanti aku cek!" jawab Rendy singkat. "Ya sudah aku tutup dulu, satu pesanku, "jangan sia-siakan anakku Berlian!" "Ya tidak mungkinlah, dia adalah kartu As ku. Oh ya, kamu nggak jadi pulang ke Indonesia? Tidak ingin nih ketemu Berlian? Kayaknya dia sedang menahan rindu padamu, Alien," ujarnya sedikit merendah. "Kamu akan sangat menyesal bila pulang nanti dia tidak mengenali kamu sebagai ibunya," bisiknya mengancam dan mengolok. Aku jadi berpikir, aku sendiri juga sedang menahan rindu. Benar apa kata Rendy bagaimana kalau Berlian lebih mengenal Ika daripada aku? Betapa hancurnya hatiku. Apalagi Rendy tidak pernah memberi kesempatan kepadaku untuk video call.

  • Terjerat Cinta TKW Indonesia   26. Keputusan Lay Ka Berkencan

    Lay Ka tiba-tiba merasa canggung, dia belum siap dengan jawaban tanpa konsep. "Bukan begitu Om, ini terlalu tergesa-gesa. Saya masih ingin menikmati kebersamaan ini, toh usia kita juga masih muda," jawab Lay Ka sekenanya. "Jawab saya dengan jujur, Lay Ka! Apakah kamu mencintai anakku?" tanya papanya Hanna tegas. "Sebenarnya yang kita lakukan selama ini adalah tuntutan peran, Om. Kalau ada chemistry diantara kita itu karena profesional kita berdua. Untuk ke jenjang yang lebih serius saya belum kepikiran kesana sama sekali." "Oke, om mengerti apa maksud jawaban kamu. Maksudmu kamu menolak Hanna kan? Apa itu karena ada wanita lain?" tanya papanya Hanna dengan tegas karena kecewa. "Usia kita masih sama-sama muda, Om. Masih banyak yang bisa kita lakukan. Kemungkinan Hanna bisa menemukan pria yang jauh lebih baik dari saya" kata Lay Ka pelan. "Kamu sedang menolak saya, Lay Ka? Jangan bilang kamu sedang jatuh cinta pada pembantumu itu,"

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status