Share

5. Lelaki yang Kasar

Author: Roesaline
last update Last Updated: 2022-02-19 15:57:14

"Pasti kamu lelaki di lorong itu, kembalikan ponselku!" teriakku geram.

"Bobo tahu nggak, dia mencium fotoku untuk selfi, nih coba lihat! Nggak punya malu banget, narsis!" kata Lay Ka sambil menyekrol layar ponselku.

Kemudian menunjukkannya kepada bobo. Foto-fotoku saat aku dengan tidak punya malu mencium foto Lay Ka bahkan di depan matanya. Aku terkejut bagaimana dia bisa membuka sandinya. Banyak rahasia di ponsel itu apakah dia juga melihatnya.

"Lay Ka Koko, berikan ponselku!" pintaku geram sambil menggapai-gapai ponsel dari tangannya. Tapi Lay Ka terlalu gesit mainkankan tangannya. Karena posturrnya sangat tinggi sekalipun dia sambil duduk dan aku yang berdiri pun masih kewalahan. Tanpa sengaja aku tersandung sepatu Lay Ka. Akhirnya terjatuh menindih tubuh Lay Ka. Sesaat kami berpandangan, matanya tajam menatap mataku sontak jantungku berdebar kencang. Oh ada apa dengan diriku?

"Kamu mau memperkosa aku ya? Mereka semua jadi saksinya lo," bisik Lay Ka lirih.

Aku segera beranjak bangun, dan Lay Ka merapikan baju dan posisi duduknya. Semua mata memandang terpana. Aku dan Lay Ka segera menunduk malu.

Bobo memandang kami berdua dengan tersenyum heran. Perlahan dia mengangguk-angguk sambil tersenyum lega.

"Kamu licik!" hujatku.

"Enak saja bilang licik, ganti dulu ponselku baru kukembalikan ponsel kamu," hardiknya.

Aku tidak kuat menahan perasaanku air mataku menetes jatuh. Karena perasaan malu dan kesal yang tidak terbendung.

 "Bobo, tolong aku!" pintaku kepada bobo.

"Tidak bisa. Jangan memanfaatkan kebaikan boboku untuk menghapus tanggung jawabmu," kata Lay Ka tegas.

"Lay Ka!" bentak bobo. "Sudah jangan memojokkan dia terus!" lanjutnya.

"Bobo harus sportif, jangan gara-gara sesama wanita kong kali kong!" pesan Lay Ka.

"Dasar, pencitraan! Ternyata yang mereka omongin tentang kamu itu salah. Mereka bilang romantis, baik hati, ramah dan bla ... bla ... bla ... mana coba?" sahutku mengumpat.

"Kamu Roesaline kan? Kamu tidak muda lagi sudah punya suami dan anak, bisa-bisanya mencium anak muda dengan bangganya. Emang kamu mau memamerkannya ke siapa sih?  Kamu nggak kasihan sama anak dan suamimu?" Lay Ka masih menyerangku.

"Cukup, Lay Ka Koko!" bentakku kesal.

"Umurku baru 25 tahun, terus berapa umur kamu? Kamu sedang terobsesi dengan anak ingusan, Tante Alien!" hujatnya menohok dengan senyum mengolok.

Bukan saja malu, aku merasa dihakimi sedemikian kerasnya, juga terasa dikuliti habis-habisan. Wajahku terasa terbakar hebat, aku muak lelaki yang bertahun-tahun kukagumi ternyata kini membuatku antipati.

"Kamu benar-benar sakit jiwa! Tidak bisa menghargai wanita!" teriakku kembali mengumpat.

Kemudian aku berlari pergi meninggalkan mereka. Aku pasrah seandainya bobo akan memarahiku karena masalah ini bahkan kalau dia memecatku.

"Alien!" teriak bobo.

Aku tetap berlari pergi, untung aku membawa tas tangan. Sehingga aku bisa pulang dengan naik MTR. Tanpa berpikir panjang aku masuk ke stasiun Mongkok dan turun di Central untuk oper MTR. Tiba-tiba aku berubah pikiran dan memilih ke luar dari stasiun dan pergi ka Masjid Jamia. Di sini hatiku jauh lebih tenang karena suasana masjid tua ini sangat berbeda. Aku duduk bertafakur merenungi kehidupanku. Aku sadar apa yang dikatakan Lay Ka ada benarnya. Sebagai seorang ibu juga seorang istri aku tidak pantas melakukan ini. Harusnya aku malu mengingat umurku tidak muda lagi sudah bukan waktunya untuk bertingkah seperti itu. 

Kini sekalian aku menunggu sholat Ashar sambil membaca Alquran. Banyak ketenangan kudapatkan dengan datang ke sini. Setelah jamaah sholat Ashar, dengan hati yang mulai tenang aku bermaksud kembali pulang. Aku kembali masuk ke stasiun Central turun stasiun Kennedy Town. Untung apartemen bobo tidak jauh dari stasiun sehingga hanya dengan jalan kaki butuh waktu sepuluh menit.

"Aku datang!" teriakku setelah membuka pintu.

Bobo dan Lay Ka berdiri menyambutku, mereka tertegun tak percaya.

"Syukurlah, aku khawatir, Alien!" ujar bobo sedih.

Aku menatap Lay Ka yang menatapku dengan senyum tipis. Entah kenapa aku tidak marah lagi padanya, aku seperti terlahir kembali dengan kepribadianku sendiri tanpa terbawa Yuni dan Yuli.

"Kamu darimana saja, Alien?" tanya bobo.

"Aku dari Central, Bobo," jawabku sopan.

"Dari masjid untuk sembahyang ya?" tanya bobo lagi.

"Benar," jawabku.

"Maafkan Lay Ka, Alien! Dia memang jutek dan dingin, tapi percayalah dia baik kok!" kata bobo pelan.

"Tidak apa-apa, Bobo. Apa yang dikatakan Lay Ka Koko semua benar, aku tidak pantas berbuat seperti itu," jawabku sopan sambil menatap Lay Ka menahan kesal.

Kenapa harus bobo yang minta maaf sih, pasti kamu gengsi, dasar keras kepala!

Apa yang dilakukan Lay Ka untuk meminta maaf padaku?

Bersambung ... 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Cinta TKW Indonesia   31. Tersangka utama diracun

    Aku harus bisa menepis keinginanku yang melambung tinggi. Jangankan untuk memiliki, mendekati saja resikonya seperti ini. Aku berani bersu'udzon ini pasti ulah dari keluarga besar Hanna tunangan Lay Ka Shing. Tidak habis pikir bagaimana hanya demi menghancurkan aku yang hanya seorang babu dari Indonesia mereka melakukan pengorbanan yang begitu besar. Narkoba sebagai barang bukti itu bernilai milyaran harus hilang di sita pemerintah Hong Kong hanya untuk menjebakku. "Alien, aku berjanji akan membantumu, ini hanya jebakan belaka untuk menjauhkan kamu dari Bos Lay Ka," janji Devis. "Terima kasih, Devis, kamu melakukan banyak pengorbanan buat aku juga mama dan anakku. Bagaimana cara aku membalasmu, Devis?" gumamku pelan. "Jangan bilang kamu menerima cintaku karena ingin membalas budi, Zhee? Andai memang demikian tak apalah, aku akan membuatmu benar-benar mencintaiku tanpa syarat," kata Devis yakin. "Beri aku kesempatan untuk jatuh cinta lagi, aku butuh waktu, Devis. Apalagi mengingat a

  • Terjerat Cinta TKW Indonesia   30. Menerima Cinta Devis

    Sudah dua hari wanita penyebab aku mendekam di terali besi itu bungkam tanpa mengungkap pernyataan apapun. Ini membuat aku masih terkatung-katung di tahanan. Geram rasanya, ingin menghampiri nya dan menjambak rambutnya. "Kenapa sih sulit mengakuinya, takut hukuman mati menantimu ya? Tapi kenapa harus aku, coba? Apa salahku padamu?" monologku dengan geram. "Ada apa?" tanya polisi penjaga kepadaku. Aku mengoceh sendiri dalam bahasa Indonesia kayak orang gila. Sehingga membuat polisi Hong Kong merasa terganggu. "Pengacaramu ingin bertemu," kata seorang polisi yang lain yang tiba-tiba muncul. Apakah dia bersama Lay Ka? Kenapa aku merindukannya? Harusnya Devis yang kuharapkan, karena selain Lay Ka dia banyak membantuku juga. Bahkan dia dengan terus terang sudah menyampaikan perasaannya kepadaku. Polisi membuka gembok terali dan mengikutiku saat aku melangkah ke suatu ruangan. Telah duduk pengacara ku Andy Cheong sambil membuka-buka berlembar-lembar kertas fail. "Selamat siang, Tua

  • Terjerat Cinta TKW Indonesia   29. Menginap di Hotel Prodeo

    Aku berusaha menghubungi Lay Ka. Sepertinya dia masih di lokasi syuting karena saat dia mengangkat teleponnya suaranya sangat ramai. Lay Ka kesulitan mendengarkan suaraku. "Lay Ka, tolong aku ... sekarang aku di kantor polisi Central, aku tidak bersalah!" itu yang aku katakan. Tapi kiranya Lay Ka tidak mendengarnya. Dia berusaha untuk bertanya berkali-kali memperjelas, tapi tetap saja tidak bisa mendengar. "Alien ...halo?" Tidak jelas, Alien!" kata Lay Ka berteriak. "Kirimlah pesan!" lanjut Lay Ka meminta. Padahal aku bisa mendengar dengan jelas suara Lay Ka meskipun berisik. Akhirnya aku menulis pesan dalam bahasa Inggris. Karena aku tidak bisa menulis bahasa kantonis. Padahal aku juga tidak pandai berbahasa Inggris. "Help me, please!, I"m in trouble! Now, I am in police office in Central," itu yang aku tulis entah itu benar atau salah, aku yakin ini cukup dimengerti Lay Ka. Polisi Hongkong mempersilahkan aku duduk di suatu ruangan dan ponselku disita untuk diperiksa juga. Mer

  • Terjerat Cinta TKW Indonesia   28. Korban Skenario

    Setelah mendengar ungkapan Lay Ka aku tidak tahu harus senang ataukah bersedih. Sejenak aku tersanjung mendengar pengakuan Lay Ka tentang perasaannya. Apalagi di depan publik, juga di depan Hanna yang selama ini selalu merendahkanku. Tapi juga sedih karena aku terjebak dengan sandiwaraku sendiri. Lay Ka dan publik menganggap aku dan Devis benar-benar pacaran. Tapi Devis benar-benar mencintaiku, haruskah aku menyakitinya? Dia orang yang selama ini tulus mencintai dan begitu baik kepadaku dan mamaku. "Sejak kapan perasaan itu datang, Lay Ka?" tanya salah satu fansnya. "Saya tidak sadar kapan datangnya, yang jelas kebersamaan kami selama ini menumbuhkan perasaan itu yang aku sendiri tidak menyadarinya," ungkap Lay Ka. Aku melambankan langkahku demi mendengar lagi pengakuan Lay Ka. "Terus bagaimana dengan Nona Hanna? Kapan dia hadir dalam hidup anda, Lay Ka?" tanya yang lain. "Mereka hadir di waktu yang berbeda, juga di tempat yang berbeda di hatiku," jawab Lay Ka mengambang. "Alien

  • Terjerat Cinta TKW Indonesia   27. Talk show di Jourdan

    Rendy mengirim pesan yang intinya dia minta ganti rugi uang untuk biaya pengobatan Berlian. Seluruh biaya selama dia di rumah sakit dan biaya ini itu aku harus menggantinya. "Aku sudah mentransfernya sesuai dengan permintaanmu," kataku lewat telepon pagi harinya. "Benarkah? Oke nanti aku cek!" jawab Rendy singkat. "Ya sudah aku tutup dulu, satu pesanku, "jangan sia-siakan anakku Berlian!" "Ya tidak mungkinlah, dia adalah kartu As ku. Oh ya, kamu nggak jadi pulang ke Indonesia? Tidak ingin nih ketemu Berlian? Kayaknya dia sedang menahan rindu padamu, Alien," ujarnya sedikit merendah. "Kamu akan sangat menyesal bila pulang nanti dia tidak mengenali kamu sebagai ibunya," bisiknya mengancam dan mengolok. Aku jadi berpikir, aku sendiri juga sedang menahan rindu. Benar apa kata Rendy bagaimana kalau Berlian lebih mengenal Ika daripada aku? Betapa hancurnya hatiku. Apalagi Rendy tidak pernah memberi kesempatan kepadaku untuk video call.

  • Terjerat Cinta TKW Indonesia   26. Keputusan Lay Ka Berkencan

    Lay Ka tiba-tiba merasa canggung, dia belum siap dengan jawaban tanpa konsep. "Bukan begitu Om, ini terlalu tergesa-gesa. Saya masih ingin menikmati kebersamaan ini, toh usia kita juga masih muda," jawab Lay Ka sekenanya. "Jawab saya dengan jujur, Lay Ka! Apakah kamu mencintai anakku?" tanya papanya Hanna tegas. "Sebenarnya yang kita lakukan selama ini adalah tuntutan peran, Om. Kalau ada chemistry diantara kita itu karena profesional kita berdua. Untuk ke jenjang yang lebih serius saya belum kepikiran kesana sama sekali." "Oke, om mengerti apa maksud jawaban kamu. Maksudmu kamu menolak Hanna kan? Apa itu karena ada wanita lain?" tanya papanya Hanna dengan tegas karena kecewa. "Usia kita masih sama-sama muda, Om. Masih banyak yang bisa kita lakukan. Kemungkinan Hanna bisa menemukan pria yang jauh lebih baik dari saya" kata Lay Ka pelan. "Kamu sedang menolak saya, Lay Ka? Jangan bilang kamu sedang jatuh cinta pada pembantumu itu,"

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status