Share

Jangan Mendekatinya Lagi

Author: Mommykai22
last update Last Updated: 2025-05-12 23:24:16

"Apa Patra sudah hampir sampai, Patrick? Ayah sudah merindukannya."

"Ah, katanya sebentar lagi sampai, aku juga merindukannya. Ayah masuk saja ke kamar dulu, nanti akan kupanggil kalau Kakak pulang."

"Baiklah, jangan lupa memanggil Ayah ya!"

"Tentu, Ayah! Ayo kubantu!"

Patrick pun membantu ayahnya berbaring di ranjang lalu ia keluar lagi untuk membersihkan meja makannya.

Patrick baru saja selesai mencuci semua piring kotor saat ia mendengar suara mobil berhenti di depan pintu dan ia pun tersenyum.

"Itu pasti Kak Patra!" Patrick buru-buru mencuci bersih tangannya lalu menyambut Patra.

Namun, saat Patrick membuka pintunya, ia langsung mematung melihat Patra yang sedang berpelukan dengan seorang pria.

"Kak Patra?" panggil Patrick.

Patra pun segera menoleh dan mendorong tubuh Nero menjauh sedangkan Nero sendiri langsung menatap Patrick yang sudah berdiri berhadapan dengannya.

Sontak saja Patrick membelalak tak percaya dengan penglihatannya.

"Kau?"

Patrick terdiam dengan perasaan y
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Kebohongan Kecil yang Terungkap

    "Patra, kau baik-baik saja kan?" Selly masih begitu cemas melihat Patra. Namun, Patra memaksakan dirinya bicara. "Kita ... pergi saja, Selly ...." Patra langsung menarik Selly pergi dari sana. Di sisi lain, Brata yang sudah berdiri di depan lift pun menoleh dan mengedarkan pandangan ke sekeliling, namun ia tidak melihat apa pun yang mencurigakan. Karena itu, ia pun langsung naik ke atas untuk mengawasi Nero. Patra sendiri yang sejak tadi masih bersembunyi di posisi yang aman, mencoba memastikan bahwa pria itu adalah benar pria bengis yang dulu. Dan setelah memastikannya, kepala Patra pun makin berdenyut. "Patra, ada apa? Apa perlu kupanggil Pak Axel?""Tidak, Selly! Aku ... aku hanya tidak enak badan. Aku harus pulang..Nanti akan kutelepon Axel!"Tanpa menunggu lama lagi, Patra pun langsung berpamitan pulang dan Selly pun mengantarnya sampai naik ke dalam taksi dengan otak yang masih penuh dengan pertanyaan. Patra sendiri terus bernapas lega sambil memegangi dadanya saat ia suda

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Melihat sang Iblis

    Jantung Bik Asih masih berdebar begitu kencang mendengar pertanyaan Nero. Tidak pernah terpikirkan sama sekali bahwa Nero akan bertanya seperti ini, apalagi kejadian itu sudah berlalu enam tahun. Bik Asih sudah melakukan tugasnya dengan mengucapkan semua kebohongan, namun rasanya ia tidak sanggup untuk mengulanginya lagi. Bik Asih pun hanya bisa terus diam sambil menatap Nero dengan tatapan horor. "Mengapa Bibik diam? Apa Bibik masih mencoba mengingatnya? Umur Bibik tidak setua itu sampai Bibik bisa melupakan kejadian itu!" seru Nero sambil tetap menatap wajah Bik Asih yang terlihat mencurigakan. Juan sampai ikut menegang melihatnya. "Ah, Nero! Kau mengerikan! Kasihan Bik Asih! Lagipula itu sudah lama sekali ya kan?""Enam tahun tidak lama bagi pihak yang menang, Juan. Tapi bagi pihak yang kalah dan pihak yang dirugikan, enam tahun itu terasa seperti neraka ...."Bik Asih seketika menelan saliva mendengar suara lirih Nero. Entah apa yang sudah terjadi, namun ini sangat mendadak.

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Saksi Kunci

    Sunyi...Sesaat setelah Nero memberikan jawaban tegasnya, suasana malah sunyi dan hening. Nero sudah berapi-api, sedangkan Juan sudah menahan napasnya, tapi Cintya malah tetap memasang ekspresi datarnya seolah sama sekali tidak terpengaruh dengan jawaban Nero. Tapi tangan wanita itu terkepal dan beberapa urat lehernya mencuat. "Baiklah, Ibu tidak akan mau bicara lagi dengan orang yang sudah kelelahan. Otak dan tubuhmu pasti sudah sangat lelah sampai kau tidak bisa berpikir jernih. Lebih baik pulang dan tidurlah, Nero!" seru Cintya sambil langsung beranjak bangkit dari sofanya. "Aku memang lelah, tapi aku masih sadar apa yang kukatakan, Ibu! Aku tidak mau menikah dengan Kania! Aku tidak mencintainya dan aku tidak mau menikahinya!" sela Nero cepat. Namun, alih-alih menanggapi jawaban Nero, Cintya malah mengatakan hal lainnya. "Ibu sudah membuat janji dengan keluarga Kania dan besok malam kita akan makan malam bersama. Walaupun mungkin Ibu akan sedikit terlambat, tapi kuharap kau t

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Tidak Mau Menikah

    Sebuah mobil berhenti di depan sebuah rumah mewah dan beberapa orang langsung bersiap di samping mobil. Brata yang menyetir mobil pun langsung keluar dari mobilnya dan membukakan pintu untuk sang Nyonya besar yang baru saja pulang ke rumahnya. "Silakan, Bu!" Brata menunduk mempersilakan sang pimpinan keluar.Seorang wanita paruh baya pun keluar dari mobilnya dengan begitu anggun. Wanita yang masih terlihat sangat cantik di umurnya yang sudah tidak muda lagi itu memasang ekspresi datar dengan sorot mata yang tajam seperti biasanya. Kulitnya masih begitu kencang dan terawat. Rambutnya pun disanggul rapi seperti para bangsawan dan wanita itu memakai setelan dress mahalnya. Ia melangkah ke dalam rumah dengan begitu anggun. Semua pelayan pun langsung menunduk memberi salam dan seketika atmosfer rumah menjadi berubah. Hawa yang dibawa oleh Cintya Hadiwijaya selalu mencekam dan membuat semua pelayan menunduk ketakutan, kecuali satu orang yang tetap berani menatap pimpinannya itu. "Sel

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Ibu Sudah Pulang

    "Apa kau benar-benar mencintai kakakku, Kak?" tanya Patrick pagi itu saat Axel menjenguk Patra di rumah. Axel dan Patrick memang dekat dan Patrick sudah berulang kali menggoda serta membantu mendekatkan keduanya. "Haha, kau ini bertanya apa? Bukankah aku sudah pernah memintamu untuk mendekatkan aku dengan Patra, tentu saja aku serius! Tapi mengapa wajahmu lebam? Kau berkelahi di mana, hah?" Axel nampak memperhatikan bekas lebam di wajah Patrick. "Ah, tidak penting! Hanya preman kampung yang memukulku karena aku melindungi Kak Patra.""Eh? Memangnya apa yang dilakukan preman itu pada Patra? Lain kali beritahu aku, Patrick! Aku akan membantumu menghajarnya. Berani sekali mengganggu Patra!" Mendadak Axel geram. Patrick yang melihat ketulusan Axel pun menatapnya dengan lebih serius sekarang. "Kau yang bilang ya, Kak! Kau harus berjanji untuk menjaga Kak Patra!" pinta Patrick dengan nada memohon. Axel pun mengernyit mendengarnya. "Patrick, kau aneh sekali hari ini! Dengarkan aku, aku

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Harus Mencari Tahu Tentangnya

    "Seharusnya kau biarkan saja aku memukulinya sampai babak belur, Kak! Aku kesal sekali melihat wajahnya yang tanpa rasa bersalah sama sekali!""Dia memang tidak bersalah, Patrick!""Kak, mengapa kau harus membelanya?""Memang ini bukan salahnya, Patrick! Aku juga sempat membencinya tapi sungguh ini bukan salahnya! Dia juga tidak tahu apa yang sudah Ibunya lakukan! Kalau dia tahu, dia tidak akan tinggal diam, Patrick!""Lalu mengapa kau mencegahku saat aku akan memberitahunya, Kak?""Karena itu tidak ada gunanya, Patrick! Tidak ada gunanya!" teriak Patra penuh emosi. "Kau mengharapkan apa setelah dia tahu, Patrick? Bahkan aku saja tidak berani berharap walaupun aku masih mencintainya ...."Patrick terdiam sejenak mendengarnya. "Sial! Apa itu benar, Kak? Kau masih mencintainya? Dia itu tidak pantas untukmu, Kak! Dia itu pria tidak bertanggung jawab yang hanya bisa bersembunyi di balik Ibunya! Dia hanya pria boneka yang brengsek! Bagaimana kau bisa masih mencintai pria seperti itu, Kak?

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Jangan Mendekatinya Lagi

    "Apa Patra sudah hampir sampai, Patrick? Ayah sudah merindukannya." "Ah, katanya sebentar lagi sampai, aku juga merindukannya. Ayah masuk saja ke kamar dulu, nanti akan kupanggil kalau Kakak pulang.""Baiklah, jangan lupa memanggil Ayah ya!""Tentu, Ayah! Ayo kubantu!"Patrick pun membantu ayahnya berbaring di ranjang lalu ia keluar lagi untuk membersihkan meja makannya. Patrick baru saja selesai mencuci semua piring kotor saat ia mendengar suara mobil berhenti di depan pintu dan ia pun tersenyum. "Itu pasti Kak Patra!" Patrick buru-buru mencuci bersih tangannya lalu menyambut Patra. Namun, saat Patrick membuka pintunya, ia langsung mematung melihat Patra yang sedang berpelukan dengan seorang pria. "Kak Patra?" panggil Patrick. Patra pun segera menoleh dan mendorong tubuh Nero menjauh sedangkan Nero sendiri langsung menatap Patrick yang sudah berdiri berhadapan dengannya. Sontak saja Patrick membelalak tak percaya dengan penglihatannya. "Kau?"Patrick terdiam dengan perasaan y

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Pertemuan Mengejutkan

    Dua hari berlalu sejak kejadian itu dan Patra seolah menghindar dari Nero. Patra tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Kebersamaan dengan Nero sudah membuatnya tidak rasional lagi dan kembali menginginkan pria itu. Namun, Patra risih mendengar Melin terus bercerita tentang napas buatan yang dilakukan CEO keren sampai membuat Patra benar-benar tidak nyaman sampai Patra tidak berani bertemu siapa pun. Apalagi malam itu, Patra tidur di pelukan Nero. Mengingat mereka melakukannya dalam posisi yang tidak tepat, membuat semuanya terasa janggal dan tidak benar, seperti melakukan perselingkuhan, dan Patra pun makin merasa galau. Kania dan Nero sendiri pun masih dalam mode diam walaupun tidur satu kamar. Sama sekali tidak banyak kata yang terucap saat mereka bersama. Mereka pun akhirnya memutuskan pulang lebih awal dari jadwal agar Patra bisa istirahat lebih nyaman. "Terima kasih untuk semuanya, Pak Barry!""Aku juga minta maaf sekali lagi, Pak Nero! Semuanya jadi berantakan karena anak-a

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Tidur di Pelukanmu

    "Apa yang kau lakukan pada Kania, Nero? Aku memintamu berdamai dengannya bukan bertengkar lagi!" "Siapa yang bertengkar, Juan?""Tapi dia menangis lagi! Kalau kalian sudah berdamai, dia tidak mungkin menangis kan?""Aku sudah minta maaf padanya karena membentaknya dan dia sudah memaafkanku. Tapi aku tidak bisa kembali padanya, Juan. Susah payah aku putus dengannya dan aku tidak mungkin kembali terikat dengan perasaan itu.""Kau memang tega, Nero!" "Kau yang tega, Juan! Kau mengaku sahabatku, tapi kau begitu ingin aku kembali tersiksa!" Nero mendengus kesal. Juan pun mengerjapkan mata mendengarnya. "Bukan begitu! Jangan terlalu sensitif, Nero! Percayalah, posisiku juga serba salah! Aku mau semua orang bahagia, katakan padaku bagaimana caranya? Kau, Patra, Kania, Axel! Katakan padaku bagaimana caranya?""Kania mencintaimu, Axel mencintai Patra, tapi kau dan Patra saling mencintai! Katakan bagaimana caranya semua orang bisa bahagia?" Juan mengembuskan napas panjang. "Aku ini sebenarn

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status