Home / Romansa / Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO / Menatapnya dari Kejauhan

Share

Menatapnya dari Kejauhan

Author: Mommykai22
last update Last Updated: 2025-04-04 16:31:12

"Ceritakan padaku, Patra! Apa CEO-nya galak? Apa dia cerewet? Banyak permintaan? Kau tahu kan biasanya kebanyakan orang kaya begitu ribet? Mereka tidak bisa melihat sebutir debu pun!"

Selly terus mengomel saat mereka sudah duduk berdua di kantin perusahaan. Tapi Patra malah tersenyum mendengarnya.

Sungguh, di saat seperti ini, mendapat teman seperti Selly benar-benar keberuntungan baginya.

"Selly, terima kasih kau sudah sangat mempedulikanku, tapi aku baik-baik saja." Patra menangkup tangan Selly.

"Astaga, berterima kasih untuk apa? Kau temanku, Patra! Lagipula baik-baik saja bagaimana? Seharusnya tadi kau menolaknya saja, Patra! Kepintaranmu terlalu berharga kalau hanya untuk menjadi cleaning service di sini. Dasar perusahaan gila! Di mana lagi mereka bisa mendapatkan karyawan sepintar kau, Patra!"

Patra tetap tersenyum, namun ia terdiam sejenak. Sebenarnya pekerjaan cleaning servicenya masih bisa ia jalani, ia hanya keberatan bertemu dengan Nero lagi.

Tapi Nero sendiri sudah memastikan kalau di mana pun Patra melamar kerja, Patra akan tetap berakhir ditolak.

Sedangkan Patra rasanya sudah tidak mau menjadi pegawai kecil di toko lagi, jam kerjanya, pekerjaannya yang serabutan, dan gajinya yang lebih rendah, membuat Patra harus berpikir ribuan kali untuk kembali ke sana.

"Sudahlah, aku kan sudah pernah bercerita kalau aku ditolak di 18 perusahaan sebelumnya dan kali ini anggaplah kesempatan untukku. Walaupun hanya sebagai cleaning service, tapi aku bisa menjalaninya."

"Semua yang sudah kuhadapi dalam hidup benar-benar membuatku menghargai setiap kesempatan yang datang padaku. Dan aku adalah wanita kuat. Aku tahu mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah karena masalah itu untuk dihadapi dan diselesaikan, bukan untuk diratapi," imbuh Patra lebih bersemangat.

Selly yang mendengarnya langsung kagum dan memeluk Patra.

"Oh, Patra, kau sangat bijak dan dewasa! Aku senang sekali bisa mengenal wanita hebat sepertimu. Dan jangan mencemaskan apa pun karena aku akan selalu mendukungmu!" seru Selly penuh tekad dan ketulusan.

Patra pun tersenyum dan mengangguk. Mereka berpelukan cukup lama, sebelum seorang wanita bertubuh gemuk dan berpakaian chef keluar dari dapur lalu menghampiri mereka.

"Selly, apa orang yang mau kau kenalkan padaku sudah datang? Cepatlah, aku masih punya banyak pekerjaan!" seloroh wanita itu dengan cerewetnya.

Selly pun langsung melepaskan pelukannya dan memperkenalkan Patra.

"Ah, benar. Patra, perkenalkan ini temanku namanya Greedy! Dia yang memberitahuku ada lowongan di sini." Selly terkikik.

"Eh, Greedy?" tanya Patra tidak yakin pada pendengarannya.

"Haha, kau pasti bingung ya, namaku Greedy. Kau bisa bahasa Inggris kan? Apa artinya Greedy?" tanya wanita gemuk itu sambil menarik kursi dan duduk bersama mereka.

"Hmm, Greedy? Maksudmu ... rakus?" Patra nampak sungkan dan ragu.

"Haha, kau benar! Greedy itu artinya rakus. Kau lihat tubuhku yang sebesar truk gandeng ini kan?" Greedy sengaja menunjukkan dirinya.

"Astaga, tidak ...." Patra menunduk sungkan. Ia benar-benar tidak pernah menilai orang dari penampilan maupun bentuk fisiknya.

"Astaga, Patra! Jangan terlalu sungkan! Aku sudah biasa! Kalau kau bilang tidak, aku malah tersinggung! Dilihat dari posisi mana pun, tubuhku memang sebesar truk gandeng, aku sudah menerimanya, karena itulah, namaku Greedy yang berarti rakus!Bahkan aku selalu lapar, karena itu, aku memilih pekerjaan menjadi chef agar aku bisa memasak dan makan setiap saat! Hahaha!"

Greedy dan Selly tertawa terbahak-bahak seolah pembicaraan itu sudah biasa untuk mereka, sedangkan Patra masih merasa sungkan untuk tertawa. Patra belum terlalu dekat dengan Greedy sampai takut Greedy akan tersinggung kalau ia ikut tertawa.

"Hei, Patra! Kau tahu siapa nama asli Greedy?" celetuk Selly tiba-tiba.

"Astaga, Selly, kau melakukannya lagi! Kau selalu memberitahu semua orang nama asliku!" omel Greedy dengan suara cempreng dan nada cerewetnya.

"Hahaha! Tidak ke semua orang, hanya teman dekat saja. Jadi nama aslinya adalah Grinnietha."

"Wah, nama yang cantik!" puji Patra cepat.

"Tentu saja cantik namanya, tapi begitu sulit diucapkan," sahut Greedy cepat. "Lagipula ekspektasi Ibuku waktu memberiku nama itu terlalu tinggi. Grinnietha. Astaga, menyebutnya saja sudah melelahkan!"

"Itu terdengar seperti nama wanita yang imut-imut, berambut panjang, berpipi tirus, memakai rok mini dan berkulit putih. Sedangkan aku kebalikan dari semuanya! Potongan rambut seperti pria, wajah bulat seperti pentol bakso, tubuh melar seperti truk gandeng dan kulit gosong seperti arang. Karena itu, aku geli mendengar nama itu! Panggil aku Greedy saja! Greedy!" imbuh Greedy.

Selly tidak berhenti tertawa, sedangkan Patra pun mulai berani tertawa pelan, sebelum Greedy terus menggodanya dan akhirnya tawa Patra pun begitu lepas dan bahagia.

Tanpa mereka sadari, Nero yang sedang berkeliling bersama beberapa manager melihat mereka dan langsung menghentikan langkahnya.

Nero pun sama sekali tidak bisa mengalihkan tatapannya dari tawa Patra yang begitu lepas.

Mengapa? Mengapa Patra masih bisa tertawa walaupun ia sedang ditindas? Sementara Nero yang menindas malah sama sekali tidak bisa tertawa sekarang.

Dan mengapa Patra-nya masih terlihat begitu cantik? Bahkan semakin dewasa, wanita itu terlihat semakin cantik. Mengapa jantung Nero masih berdebar seperti dulu melihat Patra-nya?

Namun, secepat pikiran itu datang, secepat itu pula sebuah kesadaran menghantamnya keras.

"Sial! Mengapa aku harus terus menatapnya seperti ini? Dan sial! Dia bukan Patraku lagi!" geram Nero kesal yang langsung melangkah pergi meninggalkan para managernya begitu saja.

**

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Hati yang Kacau

    Patra berdiri di depan sebuah rumah sederhana malam itu, rumah kontrakan kecil yang sudah ia tinggali selama dua bulan ini bersama adik laki-lakinya dan ayahnya sejak ia pulang kembali ke kota ini.Sambil memasang senyum terbaiknya, Patra pun merapikan kemeja dan rok span yang ia pakai tadi sewaktu berangkat kerja. "Ya, biarkan seperti ini saja! Mereka tidak perlu tahu apa yang aku kerjakan, yang penting halal dan aku mampu menjalaninya."Senyuman Patra pun makin lebar, sebelum ia masuk ke rumahnya. "Aku pulang!" teriak Patra yang memang sudah biasa ia lakukan agar ayah dan adiknya mengetahui kalau ia sudah pulang. "Eh, Kak Patra sudah pulang, Ayah!" Patrick, adik Patra yang sedang menyiapkan makan malam langsung melongokkan kepalanya ke arah kamar dan berteriak pada ayahnya. "Hmm, makanan apa yang kau siapkan, Patrick? Mengapa baunya harum sekali?" Patra terlihat bersemangat dan langsung menghampiri meja makan yang malam ini begitu penuh dengan makanan. "Eh, cuci tanganmu dulu,

    Last Updated : 2025-04-05
  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Insiden Tidak Terduga

    "Aku berangkat dulu, Ayah!" Patra berpamitan pada ayahnya pagi itu, sebelum ia buru-buru berangkat karena takut ketinggalan bus. "Hati-hati, Nak!" sahut Herdi, ayah Patra. Herdi pun menatap Patra yang sudah mulai menjauh dari halaman rumahnya dengan perasaan yang tidak karuan. Andai saja ia tidak sakit-sakitan, mungkin ia yang bekerja keras untuk Patra dan Patrick, bukan membebankan tanggung jawab yang begitu besar pada anaknya itu. Herdi tidak pernah berhenti merasa bersalah karena sudah membawa banyak kesulitan dalam hidup Patra, terutama karena majikannya dulu. Sementara di perusahaan, Nero sudah berdiri di balkon lantai dua. Dari posisi ini, ia bisa melihat ke lobby, reseptionis, sekaligus ke pintu masuk. Dan Juan yang menemani Nero pun terus bertanya-tanya tentang keanehan sikap sahabatnya itu. "Kau datang begitu pagi hanya untuk berdiri di sini sejak tadi, Nero? Sebenarnya apa yang kau lihat? Apa kau mau memeriksa absensi juga? Melihat apakah semua karyawanmu datang tepat

    Last Updated : 2025-04-06
  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Kau Harus Dihukum

    Tiga orang wanita cantik berpenampilan seksi nampak duduk bersama di sebuah meja di sudut kantin karyawan. Dua di antaranya adalah karyawan baru yang juga diterima bekerja bersama Patra, tapi salah satunya adalah karyawan senior di sana. "Hei, itu dia wanita yang kemarin melamar kerja bersama kita kan?" tanya salah satu wanita saat ia melihat Patra duduk bersama Selly. "Ah, benar. Dia membuatku insecure karena katanya dia lulusan terbaik di kampusnya itu. Cih, kupikir dia akan diterima kerja setingkat manager, ternyata hanya cleaning service!" sahut wanita lain mencemooh. Karyawan senior bernama Maya pun langsung memicingkan matanya. "Siapa yang bilang lulusan terbaik bisa jadi manager? Kalau dia berakhir hanya menjadi cleaning service ya berarti memang sampai di sana saja kemampuannya!""Ah, bukan begitu, Bu, tapi kami hanya tidak tahan melihat tampang sok polosnya! Saat dia duduk menunggu bersama kami itu beberapa orang terus bergos

    Last Updated : 2025-04-07
  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Terjebak Perasaan

    Patra menahan napasnya saat akhirnya Nero menyentak kasar kemejanya hingga terbuka dan mempertontonkan tubuh bagian atas pria itu yang begitu sempurna. Tubuh kurus Nero yang dulu sudah berubah menjadi tubuh dewasa yang begitu kokoh dengan otot yang menyembul di bagian yang tepat. Bahkan, perut itu sudah membentuk kotak-kotak yang begitu sempurna, sampai Patra yang melihatnya pun mendadak memalingkan wajahnya malu. Sungguh, Patra tidak bisa berkata apa pun saat jantungnya sudah memacu begitu kencang seperti sekarang. Apalagi saat Nero melangkah perlahan mendekatinya hingga pria itu berdiri tepat di hadapan Patra dan begitu dekat. "Mengapa kau memalingkan wajahmu, Patra? Apa kau malu? Bukankah kau sudah pernah melihat tubuhku sebelumnya?"Suara Nero itu alih-alih seruan tajam seperti biasanya, malah terdengar seperti sebuah bisikan yang sebenarnya tidak terlalu lembut, namun juga tidak kasar. Dan bisikan itu membuat jantung Patra makin tidak karuan. Patra yang sangat tidak nyaman de

    Last Updated : 2025-04-08
  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Percayailah yang Mau Kau Percaya

    Debaran jantung Nero dan Patra masih saling berkejaran dengan tatapan yang saling terkunci satu sama lain. Tatapan itu saling bertaut begitu dalam tanpa ada yang berniat menyudahinya sama sekali. Perlahan kenangan demi kenangan indah saat mereka bersama pun terputar dengan sendirinya di otak mereka. Saat pertama kali mereka bertatapan waktu Ayah Patra memperkenalkan Patra pada Nero, anak dari majikannya. "Nero, perkenalkan ini anak pertama Pak Herdi namanya Patra, kakaknya Patrick. Umurnya masih 10 tahun, 3 tahun lebih muda daripada Nero," kata Herdi waktu itu."Halo, aku Nero!" Nero kecil mengulurkan tangannya pada Patra sambil tersenyum ramah. Patra kecil pun hanya tersenyum malu waktu itu sebelum ia menyambut uluran tangan Nero. "Patra," sahutnya singkat. Dan di sanalah semuanya berawal.Dari satu tatapan, satu senyuman, satu tautan tangan, lambat laun membentuk perasaan yang begitu kuat dalam diri Nero dan Patra. Bahkan, hubungan persahabatan itu terus terjalin sampai mere

    Last Updated : 2025-04-08
  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Benar-Benar Ingin Pergi

    Benar atau salah?Pertanyaan itu terus berputar di otak Patra saat ia sudah keluar dari ruang kerja Nero. Di satu sisi, ada keinginan yang sangat besar untuk menceritakan kejadian yang sebenarnya pada Nero. Bahwa Patra sama sekali tidak seperti yang Nero pikirkan atau yang Nero dengarkan dari siapa pun dan tadi adalah kesempatan bagus yang sudah Patra sia-siakan. Namun di sisi lain, keinginan untuk pergi dari hidup Nero juga sangat besar. Biarkan saja Nero dengan semua pikirannya. Itu tidak penting selama mereka bisa menjalani kehidupan mereka masing-masing. Susah payah Patra bangkit dari keterpurukannya enam tahun lalu dan Patra tidak sanggup kalau harus melaluinya lagi. Untung saja Nero tidak sempat menciumnya tadi atau mungkin pertahanan diri Patra juga akan runtuh.Patra pasti akan mengungkapkan perasaannya dan menceritakan kebenarannya agar Nero kembali padanya karena Patra juga masih menyimpan perasaan yang besar pada pria itu. Namun, Patra masih cukup waras untuk tidak ber

    Last Updated : 2025-04-09
  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Mendengar Rencana Jebakan

    Nero termenung dan berpikir keras di ruang kerjanya setelah Patra pergi meninggalkannya. Ia sudah memakai kemeja baru karena ia memang punya cadangan baju ganti di kantornya. Namun, bukan kemeja yang ia pikirkan, tapi ucapan Patra. Semua ucapan Patra begitu membekas di otak Nero. "Apa mungkin selama ini aku sudah salah sangka padanya? Apakah selama ini aku sudah membenci wanita yang salah?""Tapi tidak! Semua bukti sudah jelas! Uang itu memang sudah diterima oleh Patra bahkan bibik di rumah, teman baik dari ibu Patra pun sudah memberitahu kebenarannya bagaimana keluarga Patra yang gila harta.""Dan foto-foto itu ... orang yang kusuruh mencari tahu tentang Patra selalu memberikan foto Patra bersama para pria hidung belang.""Ya, tidak mungkin salah! Wanita itu hanyalah wanita murahan yang gila harta dan aku tidak boleh sampai tertipu oleh wajah polosnya."Nero mengepalkan tangannya geram. "Sial! Pasti semua ucapannya tadi hanya untuk membuatku menyesal dan bersikap lebih baik padany

    Last Updated : 2025-04-09
  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Pemandangan Menyesakkan

    Patra membongkar sebuah kotak kecil di kamar tidurnya malam itu dan mengambil buku rekeningnya yang ada di sana. Dengan seksama, Patra menatap angka yang ada di bukunya dan mulai menghitung. "Biaya pengobatan Ayah dan uang yang sudah terkumpul untuk kuliah Patrick tiap semester. Walaupun Patrick sudah bisa mencari uang sendiri, tapi gaji paruh waktunya tidak akan cukup tanpa bantuanku.""Baiklah, aku tidak akan menyentuh uang itu. Tapi sisanya ...." Patra pun membuat coretan sederhana di kertas dan mendesah kecewa melihat sisa uang yang ia miliki. "Uangnya tidak akan cukup untuk membayar denda kalau aku mengundurkan diri ...."Patra mengembuskan napas panjangnya. "Ibu, apa yang harus aku lakukan sekarang?" gumam Patra frustasi. Patra pun menggenggam buku rekeningnya lalu menatap beberapa barang lain yang ada di kotak itu.Tidak ada barang yang bernilai secara materi, tapi semua barang itu begitu berharga untuk Patra. Patra melirik sekilas pada cincin kecil, cincin dari emas maina

    Last Updated : 2025-04-09

Latest chapter

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Akan Memutuskan Pertunangan Ini

    "Nero ... lepas ..." Patra masih mencoba bicara walau bibirnya saat ini sedang dikunci oleh Nero. "Mmphh ...." Beberapa kali Patra berusaha mendorong Nero namun semakin Patra mendorong, Nero semakin maju sampai Patra terhimpit dan tidak bisa bergerak lagi. Nero terus memagut bibir Patra begitu lama, mengabaikan Patra yang terus memberontak. Hingga akhirnya Patra pun menyerah, alih-alih mendorong, Patra malah mencengkeram kemeja pria itu. Tanpa disadari, Patra mulai membalas pagutan bibir pria itu. Nero yang merasakannya sempat tersenyum kecil, sebelum ia kembali melahap bibir Patra. Tubuh Patra pun mulai melemas, menandakan bahwa wanita itu sudah pasrah dan tangan Nero pun berhenti mengungkungnya. Tanpa melepas pagutan bibirnya, Nero pun mulai menangkup dan membelai kepala Patra dengan sayang. Dan untuk sesaat, mereka begitu menikmati tautan bibir mereka, sama seperti dulu saat mereka masih sepasang kekasih. Hanya saja, bedanya kalau dulu mereka hanyalah sepasang remaja yang m

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Ciuman Mengejutkan

    Nero memicingkan matanya mendengar pertanyaan Kania pada Patra.Walaupun Nero cukup kaget dengan pertanyaan kepo itu, namun Nero sendiri cukup penasaran apa jawaban Patra. Namun, Patra sama sekali tidak berniat menjawabnya. Patra pun melirik Axel, seolah meminta bantuan dan Axel yang pengertian pun lagi-lagi menyelamatkannya. "Haha, Bu Kania! Lagi-lagi Anda membuat Patra takut!" "Ya ampun, maaf ya, Patra! Aku tidak bermaksud membuatmu takut, aku hanya penasaran. Tapi kalau kau tidak mau bercerita juga tidak apa." Kania melirik Axel dan memberi kode tidak bisa membantu lagi. Patra tersenyum canggung, tapi Axel terus berusaha mencairkan suasana sampai pembicaraan mereka menjadi lebih santai, walaupun tatapan Nero tidak berhenti terpaku pada Patra. Sampai tidak lama kemudian, ponsel Kania dan Axel berbunyi pada saat yang hampir bersamaan. Mereka pun mendadak sibuk mengangkat teleponnya masing-masing. "Astaga, Nero! Maaf aku harus segera pulang. Ibuku baru saja dijambret dan dia san

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Ingin Tahu Kehidupan Pribadinya

    Kania sadar pertanyaannya begitu absurd, rasanya tidak mungkin Patra ke apartemen Nero. Namun, entah mengapa rasa penasarannya seperti bom yang akan meledak. Semakin Kania mengingatnya, wanita itu memang mirip dengan Patra, walaupun baju wanita tadi tidak mirip dengan baju Patra sekarang. Nero dan Patra sendiri langsung menegang mendengar pertanyaan Kania sampai tidak ada yang bicara selain mematung. Untungnya, Axel menyahuti lebih cepat. "Bu Kania, Anda benar-benar absurd ya! Anda membuat asistenku takut."Axel terus tertawa seolah pertanyaan Kania adalah hal yang sangat lucu. "Tidak mungkin Patra ada di apartemen Pak Nero! Kurasa di mana apartemen Pak Nero saja dia tidak tahu, bukankah begitu, Patra? Anda pasti salah orang, Bu Kania."Kania yang melihat Axel tertawa pun akhirnya ikut tertawa. "Ah, aku sudah menduganya! Kalian pasti mengira aku absurd kan? Tadi aku sedang menelepon dan mendadak berpapasan dengan seorang wanita yang tampak belakangnya mirip sekali dengan Patra."

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Pertanyaan Mengejutkan

    Kania pulang lebih cepat pagi itu dari luar kota. Ia sudah merindukan Neronya dan ia pun membawa sarapan untuk dinikmati bersama dengan Nero. Namun, saat ia melangkah di lobby sambil menelepon, mendadak ia melihat seorang wanita familiar yang berjalan dengan cepat melewatinya. "Patra?" gumam Kania antara yakin dan tidak. Kania pun masih terdiam sampai lawan bicaranya memanggilnya dan ia pun tersentak kaget. "Ah, iya, maaf! Sampai di mana kita?" Kania mengerjapkan mata sambil tersenyum lalu meneruskan mengobrolnya sambil melangkah naik ke apartemen Nero. Nero sendiri yang ditinggalkan oleh Patra masih mematung di tempatnya dan sama sekali belum beranjak walaupun sudah cukup lama Patra pergi. Nero masih berharap Patra kembali, sampai saat bel pintu apartemen berbunyi, tawa sumringah pun mengembang di wajah Nero. Dengan bersemangat, Nero membuka pintu apartemennya, berharap melihat Patra di sana, namun seketika tawanya menghilang saat alih-alih Patra, ia malah melihat Kania, tuna

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Wanita yang Familiar

    Nero mengerut dalam tidurnya. Rasanya ia baru saja mengalami tidur panjang dan ia sangat lelap.Nero pun mulai menggerakkan tubuhnya sambil perlahan membuka matanya dan hal pertama yang dilihatnya adalah wajah cantik Patra yang sedang tertidur lelap di sampingnya. Entah bagaimana gerakan mereka saat tidur kemarin, namun saat ini Nero sedang memeluk lengan Patra yang sedang tertidur pulas tepat di sampingnya. Mereka sama-sama tidur menyamping dan saling berhadapan. Nero pun hanya bisa tertegun menatap wajah cantik itu dan ia baru ingat bagaimana wanita itu merawatnya kemarin malam. Entah jam berapa sekarang namun belum terlihat cahaya sama sekali dari jendela, mungkin masih subuh, tapi untungnya Nero sudah merasa lebih baik, jauh lebih baik. "Kau menepati janjimu, Patra. Tidak meninggalkanku saat aku tertidur."Dengan hati-hati, Nero membelai pipi Patra dengan punggung tangannya. Nero pun menyingkirkan helaian rambut di sisi wajah wanita itu dan terus tersenyum. Baru saja Nero mem

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Menemanimu Sepanjang Malam

    Patra langsung mematung mendengar ucapan Nero. Untuk sesaat, semua rasa dalam dirinya melonjak mendengar Nero mengatakan mencintainya. Siapa yang tidak senang mendengar pria yang masih dicintainya ternyata juga merasakan hal yang sama. Namun sedetik kemudian, kesadaran pun menyentak Patra. Tidak! Apa yang Nero katakan barusan? Nero masih mencintainya?Tidak! Semua ini salah. Tidak seharusnya Nero berkata begitu. Ya, ini salah dan yang namanya kesalahan harus segera dibenarkan atau Patra akan menjadi ikut-ikutan salah."Nero ... lepaskan! Kau sudah makin ngawur! Lepaskan aku, Nero! Lepaskan!""Tidak, Patra! Aku tidak ngawur! Aku masih sadar!"Patra mulai memberontak lagi dan Nero bertahan, namun rasa sakit di tubuhnya akhirnya membuatnya menyerah dan melepaskan Patra. Patra pun berlari menjauh dari Nero. "Kau sedang sakit, Nero! Otakmu tidak bisa berpikir dengan baik dan kau mengingau! Ingat itu, kau meracau! Kau hanya meracau!" ucap Patra berulang kali seolah berharap sugesti itu

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Aku Mau Mencintaimu Saja

    Nero masih tersenyum menunggu Patra-nya yang sedang ada di ruang wardrobe, tapi wanitanya tidak kunjung kembali.Sambil meringis, ia pun melangkah ke arah ruang wardrobe dan sungguh lantai kamarnya terasa dingin di telapak kaki Nero. Nero pun terus meringis dan mempercepat langkahnya, namun mendadak ia berhenti saat ia sudah sampai di ruang wardrobe. Nero tertegun sejenak menatap punggung Patra. Wanita itu sedang berdiri di depan lemarinya sambil memegang kaos berwarna biru muda dan tentu saja Nero langsung mengenali kaos apa itu. Kaos kenangan mereka. Nero membelinya agar mereka bisa memakai kaos couple, tapi sayangnya mereka tidak pernah bisa memakainya karena tidak lama kemudian mereka berpisah. Nero pun akhirnya tidak pernah memakai kaos itu sampai sekarang dan hanya menyimpannya. Bagi Nero, kaos couple itu harus dipakai bersama Patra. Untuk sesaat, Nero hanya berdiri diam. Bahkan Nero tidak mempedulikan lagi telapak kakinya yang terasa dingin karena mendadak ia melow menging

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Kenangan Masa Lalu

    Suara Nero terdengar lirih dan penuh harap sampai Patra yang mendengarnya pun hanya bisa tetap diam di tempatnya sambil masih berdiri mematung memunggungi Nero. "Kumohon ... jangan tinggalkan aku ...," ulang Nero lagi. Patra pun menahan napasnya. Ada sebagian dari dirinya yang merasa ini salah, berdua saja dengan Nero. Namun, sebagian lagi merasa lega karena Nero memintanya tinggal. Setidaknya ia punya alasan untuk tinggal karena ia sendiri tidak tega melihat kondisi nero.Sambil berdehem, Patra pun membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah Nero."Jadi kau sakit kan? Mengapa kau tidak menelepon seseorang untuk membantumu daripada kau sendirian di sini sampai malam? Bagaimana kalau aku tidak ke sini? Bukankah tidak ada yang menolongmu?" Kata-kata Patra meluncur begitu saja dari mulutnya menyiratkan kepedulian."Bukankah akhirnya kau datang, Patra? Itu yang penting!" Nero tertawa lemas. Patra sendiri tidak menanggapinya lagi. Ia langsung melangkah mendekati Nero sambil menyambar gelas

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Jangan Tinggalkan Aku

    Ucapan Patra terus berputar di otak Juan sampai Juan begitu gelisah malam itu. "Aku yakin pasti ada yang Patra sembunyikan. Dia bukan wanita seperti itu, tapi bagaimana membuktikan hal yang sudah lama berlalu, apalagi saat itu semua bukti pencairan uang ke rekening Patra juga sudah jelas.""Ah, membuatku pusing saja! Ck, tapi kurasa benar, kenyataan tidak akan mengubah apa pun jadi tidak perlu ditanyakan lagi!""Kalau begitu lebih baik aku membantu Patra saja. Daripada harus kehilangan karyawan kompeten, lebih baik aku membantunya bekerja saja! Aku akan memberinya proyek agar dia makin bersinar!" Mendadak Juan pun menjadi bersemangat membantu Patra. Sementara itu, Nero juga masih gelisah di apartemennya sendiri.Semakin Kania memakluminya, Nero semakin galau. Kania selalu bersikap positif, memakluminya, memahaminya, bersabar padanya, tapi sikap itu membuat Nero makin berasa bersalah. "Sial! Mengapa Kania harus bersikap seperti itu? Mengapa seolah dia tidak mempunyai emosi sama seka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status