Masuk“Beneran, Sei, mau ikut?” Irina dan Benjamin serentak menghentikan langkah, mereka menatap heran pada Seira yang tiba-tiba ingin ikut. Seira mengangguk semangat. “Iya mah, tunggu sebentar aku siap-siap dulu. Jangan ditinggal!” Seira bergegas. Ia harus mengepak baju untuk beberapa hari. Benjamin dan Irina terpaksa menunggu Seira siap berkemas. Seharusnya mereka sudah jalan sedari tadi. Di dalam kamar, Seira mengambil beberapa pakaian. Memasukkan ke dalam koper dengan cepat. Beruntung tadi ia sudah mandi, jadi hanya perlu ganti baju saja.“Kebetulan yang menguntungkan aku.” Seira tidak menyangka saja kalau jalan pindah ke Vallas sepertinya tidak akan sulit. “Aku baru tau kalo mama papa punya Resto di sana,” gumam Seira sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.Semua sudah siap secepat kilat. Seira menyeret kopernya dengan langkah riang. Rencana berpindah haluan. Ia akan menerima tawaran Irina— membantu mengurus bisnis keluarga. Ya, bekerja di restoran sendiri akan meluang
“Aku dengar Andrew mau main ke apartemen Alex kalo libur. Dan aku mendengar alamat apartemen Alex,” Jessica tersenyum lebar. “Kemarin kamu nanya tempat tinggal Alex kan?” Seira tersenyum tak kalah lebar. Rupanya keberuntungan sedang berpihak padanya. Kedua orang tuanya sudah kembali, sekarang ia menemukan jalan untuk mendekati Alexander. “Terima kasih, Jes!” Seira memeluk Jessica. “Ingat, Sei. Jangan aneh-aneh ya, bujuk dia cuma jadi pacar bohongan, bukan jadi guru privat kamu!” ucap Jessica mengingatkan. Seira mengangguk. “Iya, Jes. Aku inget kok.” dalam hati, Seira tidak yakin kalau ia hanya meminta Alexander untuk menjadi pacar bohongan. Kepalang malu, sekalian saja meminta Alexander mengajarinya hal dewasa. Berbincang beberapa saat sampai tak terasa hari mulai sore. Jessica harus segera pergi. Seira mulai menyusun rencana. Tempat tinggal Alexander cukup jauh, berada di kota sebelah. Butuh waktu sekitar satu jam setengah dari rumahnya. Seira berniat mencari pekerjaan di kota
“tunggu waktu yang tepat, kita baru saja dituduh selingkuh, nggak mungkin langsung mengumumkan pernikahan kita. Itu sama saja membenarkan tuduhan Seira.” Jordy mengurai pelukan Luna.Jujur, Jordy memang mencintai Luna tapi belum ada niatan menikahi Luna dalam waktu dekat ini. Jordy masih nyaman dengan status lajangnya.Luna tersenyum getir. “Oke, aku bisa menunggu. Satu tahun, dua tahun, bahkan selama yang kamu mau. Aku siap menunggu asal aku masih tetap di sampingmu.”Mulutnya memang bisa berkata demikian tapi hatinya ingin berteriak marah. Namun ia pendam, tidak mau membuat Jordy marah lalu meninggalkannya.“Terima kasih atas pengertiannya,” ucap Jordy.“Aku akan terus mengingatkan janji kamu yang satu ini. Jangan bosan kalo aku terus meminta kepastian.” Luna membelai rahang Jordy. Memberikan sentuhan hangat yang berujung saling melampiaskan hasrat.Harapan yang tadinya muncul, sirna sudah ketika bukti yang Seira miliki telah dicuri. Seira duduk termenung di tepian kolam. Rumah ini
"akhirnya, HP aku bisa diperbaiki," ucap Seira bersyukur.Ponsel yang sebelumnya hancur lebur karena di banting Jordy, sekarang sudah kembali mulus, bahkan bisa dinyalakan lagi. "Coba di cek, Sei. Video yang kamu maksud masih ada apa enggak?" Jessica cukup penasaran, ingin melihat langsung video panas Jordy dan Luna.Senyuman di wajah Seira seketika hilang. Seira kembali mengingat pegulatan panas Jordy dan Luna. Sangat menyesakkan hati. "Aku nggak sanggup lihat lagi, Jes." Seira memberikan ponselnya pada Jessica. "Kamu bisa lihat sendiri deh, tapi aku nggak mau." "Maaf, Sei. Bukan maksud apa-apa, aku cuma—," ucap Jessica merasa bersalah.Seira menggeleng. "Nggak papa, sekalian tolong kirim bukti itu ke kak Andrew." Jessica menerima ponsel Seira. "Kita ke mobil dulu deh. Nggak enak liat begituan di sini." "Di silent ya, aku nggak mau denger suara mereka. Kamu bisa tonton sepuasnya kalo nggak ada aku." Seira berjalan lebih dulu menuju tempat mobilnya terparkir. "Aku kirim ke Andre
"arghh! Bisa-bisanya aku ngomong gitu sama Alex!"Setibanya di rumah, Seira menyesal sudah meminta bantuan pada Alexander. Mereka baru kenal, jelas saja Alexander menolak."Ini semua gara-gara Jordy!"Seira terbawa emosi, melihat kemesraan Jordy dan Luna hingga tidak berpikir dua kali saat mengatakan hal memalukan pada Alexander."Ah, sialan!"Malu bukan main. Seira harap tidak akan pernah bertemu lagi dengan Alexander. Tapi masalahnya, Seira sudah terlanjur memperkenalkan Alexander sebagai kekasihnya pada Jordy dan Luna."Gimana ini? Masa baru kenalin sebagai pacar, tiba-tiba ngaku putus? Ketahuan bohongnya nanti. Argh! Mereka pasti bakal ngetawain aku lagi!"Seira bingung sendiri dengan skenario yang ia buat. Tak ada jalan keluar kecuali ia nekat memaksa Alexander tanpa harus memikirkan rasa malu. Menjadikan Alexander kekasih sungguhan di depan Jordy dan Luna."Nanti aku pikirin lagi, mudah-mudahan Jessica bisa kasih solusi buat aku," gumam Seira sebelum terlelap karena kelelahan.S
"maaf." Alexander mengatupkan mulutnya. Ia baru sadar kalau telah lancang bertanya hal privasi Seira. Sebenarnya Alexander sedikit terkejut mendengar pengakuan Seira. Gadis dewasa seumuran Seira biasanya sudah berpengalaman. "Kamu nguping?" Seira menuduh dengan tatapan kesal. Malu, ketahuan kalau ia gadis cupu. "Aku nggak sengaja dengar," jawab Alexander. Pintu lift terbuka, berhenti di lantai empat. Seira keluar lebih dulu. "Kamar nomor berapa?" tanyanya. "4115," jawab Alexander sambil mengeluarkan kartu access. Keduanya masuk ke dalam kamar. Pintu terkunci otomatis setelah tertutup rapat. Alexander membuka sweater rajut, menyisakan kaos polos yang melekat di tubuh kekarnya. Seira berjalan menghampiri Alexander lalu duduk di sofa single dekat ranjang. "Boleh aku tanya sesuatu?" Seira sebenarnya ragu menanyakan hal ini, tapi ia penasaran, butuh jawaban dari pemikiran seorang laki-laki. "Apa?" Alexander duduk di tepian ranjang, menghadap Seira. Sambil menunggu Seira be







