Share

[S2] Ingatan Samar

Penulis: CH. Blue Lilac
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-11 17:55:12

"Ughh..." Ia menutup kedua matanya dengan telapak tangan. Mencoba menghalau rasa sakit itu.

"Nilam, kamu kenapa?"

Perempuan itu tersentak kaget saat Jean tiba-tiba sudah berdiri di depannya. "P- Pak Jean."

"Kamu kenapa? Sakit?" Jean mengerutkan keningnya, wajahnya tampak khawatir.

Nilam menggeleng. "Enggak Pak. Saya gak apa-apa kok."

Tak puas dengan jawaban yang Nilam berikan, Jean justru memandangi perempuan itu dengan lamat, memastikan jika Nilam tidak sedang berbohong padanya. "Kamu yakin?"

"Iya Pak."

"Kamu kalau sakit mending pulang aja!"

Nilam kaget. "E— enggak usah Pak. Saya gak apa kok. Barusan itu cuman vertigo aja. Ehehehe."

Jean melipat kedua tangannya. Meskipun dia tidak yakin, namun Jean mencoba untuk mempercayai ucapan Nilam. Toh, kalau dia terlalu khawatir dia takut Nilam akan merasa canggung.

"Ya sudah kalau kamu baik-baik saja," kata Jean pada akhirnya. "Omong-omong, rangkuman rapat kemarin sudah siap kan?"

Nilam mengangguk. "Sudah Pak. Mau dicek sekarang?"

"Boleh. Lan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ninis Sugiyarti
ceritanya bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Kesenjangan Sosial

    Nilam reflek menampol lengan suaminya. "Emang pernah ya saldo kamu kosong?"Jean terkekeh menatap wajah polos istrinya. Mungkin ini yang dinamakan kesenjangan sosial. "Yah, yaah. Aku kan beda ama kamu yang kaya dari lahir."Nilam mencubit lengan Jean pelan, lalu bersungut-sungut. Tapi saat suara jeritan dari layar menggema keras, Nilam langsung melompat kecil dan bersembunyi di balik lengan suaminya, separuh wajahnya menempel di bahu pria itu.“Ish! Bikin kaget!” serunya pelan.Jean akhirnya menutup laptop setengah tertutup dan mengusap kepala istrinya."Mau ganti film aja?"“Tapi aku penasaran…” Nilam menjawab sambil masih menunduk. “Aku pengen tau kenapa hantunya punya dendam.”Jean tertawa pelan. "Kepala batu."Sepanjang film, Nilam terus menempel, kadang meringis, kadang memekik pelan. Sementara Jean akhirnya menutup laptopnya, menyerah pada suasana dan lebih memilih melindungi istri kecilnya yang ketakutan tapi keras kepala.Saat film selesai, Nilam langsung memeluk Jean erat. “A

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Peluk Dulu Sebentar

    Sore itu, sekitar pukul lima, Jean baru saja membuka pintu apartemennya. Suasana rumah tampak sepi, hanya terdengar dengungan lembut AC dan aroma harum dari diffuser di sudut ruang tamu. Tidak ada suara langkah kaki, tidak ada sapaan manja yang biasanya langsung menyambutnya setiap kali pulang kerja."Sayang..." panggilnya pelan sambil menaruh tas kerja di dekat rak sepatu. "Nilam sayang, aku pulang..."Tak ada jawaban.Jean menutup pintu perlahan dan hendak melepas sepatu, tapi—“Surpriiise!!”“Hn?!” Jean tersentak kaget saat seseorang langsung melompat dari belakang pintu dan memeluknya dari belakang. Kedua tangan itu melingkari lehernya erat, dan tubuh ramping itu bergelantung di punggungnya.“Sayang?!” serunya sambil tertawa, mencoba menyeimbangkan tubuhnya agar tidak jatuh. “Kamu ngapain sih?! Hampir aja aku jantungan?”Nilam menyandarkan dagunya di bahu Jean, terkikik geli. “Ngasih kamu kejutan” kelakarnya.Jean tertawa kecil sambil menahan punggung istrinya agar tetap aman di g

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Nafsu Banget (21+)

    "Ahh... Ahhh..."Tubuh seksi Nilam kembali mengejang hebat. Ia merangkul leher suaminya sembari melepaskan seluruh hasratnya entah yang keberapa kalinya malam itu. Jean yang duduk bersandar di kepala ranjang dengan Nilam di atasnya ikut mengeluarkan cairan semennya di liang sang istri."Haaa... Haaa... Malam ini kamu benar-benar hebat, Sayang." Jean berbisik di telinga Nilam, perempuan itu meletakkan kepalanya di bahu Jean sambil mengatur nafas sama sepertinya. "Kamu seperti kerasukan setan engas.""Mungkin karena seminggu kemarin kita gak ngelakuin ini, makanya aku jadi lebih bersemangat," balas Nilam lirih. Ia masih berusaha untuk bernafas dengan benar."Kamu mau mandi dulu atau langsung istirahat?" tanya Jean sambil mengusap punggung istrinya."Mandi. Tapi aku capek banget. Aku juga gak yakin kuat berdiri.""Mau ku gendong?" tawar Jean sambil menyeringai."Boleh aja ka— anghhh..." Dalam sekali sentak, Jean mengangkat tubuh ramping Nilam dan menggendongnya seperti Koala. Dan parahny

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Istri Yang Nakal 21+

    Sekitar dua jam setelah meninggalkan rumah Bu Mala, Jean dan Nilam akhirnya tiba di apartemen baru mereka yang terletak di lantai 10 sebuah gedung tinggi dengan pemandangan kota yang menakjubkan. Meski lelah, ada senyum puas di wajah keduanya. Ini adalah awal baru — rumah pertama mereka sebagai pasangan suami istri.Dibantu petugas apartemen, koper-koper dan kardus berhasil dipindahkan ke dalam. Jean mengucapkan terima kasih sebelum menutup pintu dan menghela napas panjang.“Finally…” ucap Nilam sambil menjatuhkan tubuhnya ke sofa empuk di ruang tengah. “Capek banget sumpah.”Jean tertawa kecil, lalu mulai mengangkat koper satu per satu ke kamar. Ia sesekali menyeka keringat di dahinya. “Kamu rebahan terus, minimal suaminya dibantuin sebentar dong,” godanya dari arah kamar.“Kalau aku angkat sendiri, terus fungsi suami apa dong?” sahut Nilam sambil nyengir, setengah membuka mata.Jean melongok keluar dari kamar dan menyipitkan mata. “Fungsi suami? Nih ya, suami itu juga bisa masak. Ma

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Sibuk Bikin Adik

    Sekitar dua jam kemudian, Nilam akhirnya turun dari kamar dengan rambut diikat seadanya dan wajah masih tanpa make-up. Ia mengenakan kaus longgar dan celana training, tampak santai tapi tetap manis. Di ruang makan, aroma nasi goreng buatan Bu Mala menyambutnya dengan hangat.“Pagi…” sapa Nilam setengah menguap sambil duduk di meja makan.Bu Mala yang sedang menemani Qila menyusun puzzle menoleh dan tersenyum lebar. “Pagi darimana? Ini udah hampir jam 11, Tuan Putri.""Ehehehe. Slow aja Ma," balas Nilam sambil mengangkat kedua tangannya.Qila melihat ke arah mereka berdua dan bertanya, "Mama ama Papa baru bangun?"Jean yang menyusul dari belakang Nilam pun menyahut, "Kita baru selesai beres-beres sayang."Bu Mala menyipitkan mata, lalu tertawa. “Ya ya, sibuk beres-beres atau sibuk nyetak adik baru buat Qila?"Nilam langsung tersedak air putih yang baru saja diminumnya. “Maa!”Jean spontan memegang perut karena menahan tawa, sementara Qila hanya senyam-senyum mendengar candaan sang Mama

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Persiapan Pindah

    Malam menjelang dengan hening. Hujan yang sejak sore menggantung di langit akhirnya turun perlahan, membasahi jendela kamar tidur Jean dan Nilam. Lampu kamar dinyalakan temaram, menyinari ruangan dengan cahaya keemasan yang lembut.Jean sedang duduk di ranjang, mengenakan kaus abu-abu dan celana panjang, matanya terpaku pada layar laptop yang diletakkan di pangkuan. Di sampingnya, Nilam menemani sambil nyemil snack yang tadi dia beli sepulang kerja.“Kamu belum selesai?" tanya Nilam yang sudah selesai dengan snacknya dan mulai rebahan di samping suaminya."Tinggal dikit lagi," balas Jean sambil tersenyum ke arah perempuan itu."Kenapa gak dilanjutkan besok aja?""Tanggung sayang, bentar lagi kan selesai."Nilam menganggukkan kepalanya. Susah sih kalau musuhnya si workaholic seperti Jean. "Kamu kenapa gak nulis buku lagi kayak dulu?""Pengennya. Tapi aku gak ada waktu."Nilam menatap suaminya yang masih fokus ke layar laptop. "Emang kamu mau buat cerita apa kalau ada waktu?""Cerita so

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Itu... Dikta...

    “Dikta…” gumam Jean, hampir tak percaya dengan apa yang baru saja keluar dari mulutnya sendiri. Penyidik dan Arman sama-sama menoleh cepat. “Kamu kenal orang ini?” Jean menatap Nilam yang kini terlihat semakin pucat. “Aku gak yakin seratus persen,” katanya pelan. “Tapi dari posturnya, cara berdirinya, bentuk rahangnya… dia mirip banget sama Dikta.” “Apa benar dia? Bukannya dia masih di tahan?” tanya Arman cepat. “Itu dia. Aku juga tidak yakin kalau itu benar-benar dia," jawab Jean. “Tapi kalau itu benar dia, bagaimana mungkin bisa kenal dengan Talita. Dan apa hubungan mereka?" "Itu yang jadi misteri." Arman mengusap dagunya. "Tapi nanti aku akan coba cari info soal Dikta di lapas tempat dia di tahan." "Kalau disambung sama kejadian akhir-akhir ini sedikit masuk akal kalau seandainya itu memang Dikta," ucap Jean pada penyidik. "Sebelum meninggal Talita sempat ingin mengatakan hal penting padaku. Dan jika itu orang lain atau sekedar masalah percintaan biasa, mana mungkin Talita ma

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Memeriksa CCTV

    Pagi itu, mentari belum sepenuhnya naik. Embun masih menggantung di daun-daun, dan udara masih terasa dingin.Jean terbangun karena silau cahaya matahari. Ia mengerjapkan mata, mengusap wajah perlahan, lalu menoleh ke samping. Kosong. Tidak ada Nilam di sana.Keningnya berkerut. “Sayang?” panggilnya pelan, tapi tak ada jawaban.Ia duduk, menyibakkan selimut, dan melihat ke arah pintu kamar yang masih tertutup. Kamar mandi juga sepertinya kosong."Nilam sayang kamu di ma..." Ucapan Jean terputus ketika mendengar suara angin lembut mengayun gorden, dan sinar jingga tipis dari arah balkon terlihat menyelinap masuk ke dalam ruangan.Rasa penasaran membuatnya segera bangkit. Ia melangkah pelan, lalu berdiri di ambang pintu balkon. Di sana, berdiri sosok yang sangat ia kenal. Nilam.Tubuhnya dibalut piyama biru lembut yang sama seperti semalam, rambutnya diikat asal dan dibiarkan tergerai ke belakang, wajahnya tenang namun tatapannya kosong mengarah ke langit yang mulai cerah."Sayang..."

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Jangan Terlalu Dipikirkan

    Namun ketika Dikta membuka pintu kontrakan dan melangkah keluar menuju teras, langkahnya terhenti seketika.“Dikta?”Suara itu membuat jantungnya mencelos. Ia menoleh cepat. Di sana, berdiri Bu Sinta—ibunya—dengan daster bunga-bumga dan wajah penuh curiga. Rambutnya yang sebagian memutih digulung seadanya, dan mata tuanya menatap ke arah ransel besar yang tersampir di punggung anak satu-satunya itu.“Lho… kamu bawa-bawa tas segede itu, mau ke mana?” tanyanya dengan nada cemas.Dikta menghela napas dalam dan mencoba tersenyum, meski wajahnya masih terlihat tegang. “Aku… mau pergi, Ma. Temen ngajakin kerja di luar kota. Katanya ada lowongan di pabrik, gajinya lumayan…”“Lho! Kok mendadak banget?” Bu Sinta maju beberapa langkah. “Kamu enggak cerita apa-apa sebelumnya.""Kan aku udah bilang kalah ini dadakan, Ma.""Tapi ini udah malem loh Dikta," Bu Sinta mendekati Dikta. Ekspresi cemas tergambar di wajahnya. "Kamu mau kerja di mana?""Ma aku juga belum tau di mana pastinya. Tapi yang jel

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status