Share

PERJANJIAN BERGAIRAH

Author: Anonara
last update Last Updated: 2025-11-05 15:06:18

Kamu bisa menolak jika ragu.” Damian menegakkan tubuhnya. Kemudian, kembali bersandar pada meja seperti tadi.

Jasmine menunduk. Tidak berani beradu tatap dengan Damian. Seketika ruangan besar yang didominasi warna gelap itu terasa mencekam. Aroma musk yang memenuhi rongga hidungnya membuat tubuh Jasmine merinding seketika. 

Tubuhku? Oh tidak, ini gila!

Dalam kekalutan tersebut, tiba-tiba bayangan saat Erick berhubungan intim dengan Clara kembali muncul. Hinaan Erick, tawa culas Clara dan ejekan orang-orang di sekitarnya. Semuanya berkumpul menjadi satu. 

“Baiklah! Aku mau,” jawab Jasmine tegas. 

Wajahnya terangkat, menatap lurus pada Damian.

Kali ini Damian yang terdiam. Matanya menyorot dingin sosok di depannya. 

Jasmine berjalan mendekat. Lalu wajahnya mendongak, menatap Damian dari jarak dekat. “Tapi rahasiakan ini dari Mas Renan, ya. Bisa mati aku kalau dia sampai tahu.” 

Sudut bibir Damian terangkat. Wajah dengan tatapan polos Jasmine begitu menggemaskan.  “Sure. Saya setuju.” 

Jasmine menghela napasnya lega. “Jadi kapan kita mau mulai?” 

Damian terkekeh. Tangannya terulur membelai pipi mulus Jasmine. “Kamu mau kita melakukannya sekarang? Di sini?” 

Kaki Jasmine spontan mundur beberapa langkah. Tiba-tiba rasa takut menyelimuti tubuhnya. Keberanian yang menggebu-gebu itu menguap tanpa sisa. Apalagi saat mata Damian mengamatinya dari ujung kaki hingga kepala. 

Astaga! Rasanya seperti ditelanjangi terang-terangan!

Keheningan menyergap mereka. Jasmine semakin waspada saat Damian melangkah mendekatinya. Pria bertubuh besar tinggi dengan setelan serba hitam itu membuatnya begitu kecil. Rasanya Jasmine ingin segera kabur. 

Tiba-tiba dengan gerakan cepat Damian melepaskan jasnya. Jasmine semakin cemas. 

“Mas, kamu mau ngapain?” Suaranya terdengar gemetar. 

Damian tidak menjawab. Lalu memakaikan jasnya ke tubuh Jasmine.

“Mas, nggak perlu. Nanti bisa membuat Mas Renan curiga,” cicit Jasmine. 

Kedua tangan Damian berada di bahu Jasmine. “Buang saja kalau sudah sampai rumah. Sekarang saya antar kamu pulang.” 

Jas mahal begini malah disuruh buang. Dasar orang kaya!

Kemudian tangan besar Damian menggenggam pergelangan tangan Jasmine. Gerakan itu terlalu cepat. Jasmine bahkan belum menjawab bersedia atau tidaknya diantar pulang oleh Damian.

“Kamu mau saya gendong?” Wajah tanpa ekspresi itu membuat Jasmine semakin gugup.

“Maksudnya?” Pertanyaan bodoh itu meluncur begitu saja dari mulut Jasmine.

Damian menghela napasnya. “Saya gendong atau kamu jalan sendiri? Kecuali jika kamu memang mau menginap di sini.” 

“Nggak! Aku mau pulang!” seru Jasmine cepat. 

Saat mereka baru sampai di pintu, langkah Damian tiba-tiba terhenti. 

“Kamu turun duluan. Tunggu saya di bawah. Saya baru ingat ada yang harus saya lakukan sebentar.” 

Jasmine mengangguk. Begitu ia keluar ruangan tersebut, Jasmine langsung menghembuskan napasnya kasar. Perasaan lega sekaligus deg-degan bercampur jadi satu.

Setelah lebih tenang, barulah ia mulai turun ke bawah. Saat kakinya baru sampai di anak tangga terakhir, tiba-tiba tangan Jasmine ditarik seseorang. 

Erick menariknya ke sudut ruangan. Wajahnya terlihat gusar.  “Kamu dari mana saja?”

Jasmine berusaha melepaskan genggaman Erick dari tangannya. “Lepaskan Erick!” 

“Kamu menghilang sejak tadi, Jasmine! Dan sekarang ….” 

Kalimat itu mengambang. Mata Erick mengamati jas yang dikenakan Jasmine. Dahinya berkerut. Kilatan kemarahan terlihat jelas di mata pria itu.

Wajah Jasmine memucat. Ia tidak peduli dengan kemarahan Erick. Namun, jika Erick tahu ini milik Damian, bisa-bisa pria ini mengadu pada ayahnya. Lebih parah jika ia mengadu pada Renan. 

“Jasmine!” 

Jasmine menoleh pada sumber suara. Begitu pula Erick. Clara dengan penuh percaya diri berjalan menghampiri mereka. Lalu tanpa malu, ia berdiri di samping Erick. 

Mata Jasmine memindai penampilan Clara malam ini. Jasmine tebak, mantan sahabatnya ini pasti keluar uang banyak demi bisa tampil sempurna malam ini. 

Rambut hitamnya dibiarkan terurai indah, gaun hitam bertali tipis dengan belahan hingga ke paha itu menonjolkan lekuk tubuhnya. Tak lupa sebuah kalung cantik menggantung di lehernya.

Jasmine menyunggingkan senyum miring. “Jadi udah mau go public sekarang?” 

“Jangan salah paham, Jasmine. Aku ke sini memang karena diundang Gio,” jawab Clara. 

Erick mengangguk samar. “Clara nggak salah apa-apa. Jadi berhenti menyalahkan dia atas apa yang terjadi dengan hubungan kita.”

Tawa keras Jasmine berderai. “Kalian memang cocok. Sama-sama nggak tau malu!”

“Jaga bicaramu, Jasmine!” seru Clara tidak terima. 

Jasmine berdecih. Kemudian, mendekatkan wajahnya ke arah Clara sembari berbisik rendah,  “Kamu yang harus jaga sikapmu, Jalang!”

Tangan Clara mengepal di kedua sisi tubuhnya. Namun, ia menahan itu agar bisa menarik simpati Erick.

Erick yang mendengar penghinaan Jasmine terhadap Clara menjadi emosi sekaligus terkejut. Selama ini Jasmine tidak pernah berkata seperti itu. Apalagi terhadap Clara, sahabatnya sendiri.

“Berhenti menghina Clara, Jasmine. Kamu tidak pantas berkata seperti itu padanya. Dia bukan jalang.” Erick menarik Jasmine agar tidak menyakiti Clara. 

“Lepaskan, Bajingan!” Jasmine menghempaskan tangan Erick dari bahunya. Matanya menatap tajam dua orang di hadapannya. 

Kemudian, Jasmine hendak pergi. Namun, Erick lagi-lagi menahannya. Muka pria itu sudah merah padam.

“Mau ke mana? Acara belum selesai. Jangan bertingkah kekanak-kanakan seperti ini.” 

Jasmine menepis tangan Erick dengan kasar. “Stop ngatur-ngatur! Kamu seharusnya nggak usah sok manis ngajak aku ikut. Toh di sini juga ada Jalang itu!” 

“Aku tunangan kamu!” desis Erick, penuh penekanan. 

“Bagi aku, kamu bukan siapa-siapa. Lagian aku juga nggak berminat untuk menjadi istri pria bekas si Jalang.” Jasmine menunjuk Clara dengan matanya. Bibirnya membentuk senyum sinis. 

Raut Clara berubah tegang. Erick pun demikian. Namun, Jasmine tidak peduli. Tanpa menghiraukan kedua orang tersebut, ia pun lekas meninggalkan tempat itu. 

Dua orang itu memang penghancur mood! 

Sesampainya di depan bar, tiba-tiba sebuah mobil hitam datang. Kaca mobil diturunkan dan menampakkan Damian sedang duduk tenang. Jasmine pun melangkah mendekat, lalu ikut duduk di barisan yang sama dengan Damian. Namun, ia sengaja duduk di dekat pintu mobil. 

“Lebih dekat, Jasmine. Saya bukan kuman sampai-sampai kamu harus duduk jauh begitu,” protes Damian. Matanya tajam menusuk Jasmine. 

Dia bahkan lebih bahaya dari kuman! 

Damian yang gusar melihat Jasmine masih tanpa gerakan lekas menarik pinggang gadis itu hingga membuat mereka berdekatan tanpa jarak. Damian tahu tubuh Jasmine langsung kaku. Namun, perjanjian adalah perjanjian. Ia harus memperingatkan Jasmine agar tidak mendadak lupa. 

“Perjanjian kita mulai berlaku malam ini. Saya bisa saja melakukannya di sini sekarang. Jadi, bersikap manislah, Gadis Kecil!” bisik Damian. Kemudian, sengaja menyentuh daun telinga Jasmine dengan bibirnya. 

Oh God! Kenapa jantungku tiba-tiba menggila begini?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Gairah Sahabat Kakakku   GANGGUAN MANTAN BRENGSEK

    “Semalam kamu dari mana, Jasmine?” tanya Renan, tetap fokus pada sosis, telur dan beberapa potong kentang yang sedang ia goreng.Tidak seperti biasanya, pagi ini Jasmine terlambat bangun. Ia bisa bernapas lega karena ayahnya belum pulang sehingga tak perlu mendengarkan omelan ayahnya. Di rumah hanya ada ia dan Renan. Semalam ia memang pulang terlambat. Namun, bukan itu yang membuatnya terlambat bangun. Ini semua karena Jasmine tidak bisa tidur sebab terus terpikirkan ciumannya dan Damian.Tidak heran julukan playboy kelas kakap disematkan ke Damian. Nyatanya memang begitu. Ciumannya saja mampu membuat jantung Jasmine berdebar hingga sekarang.Jasmine melangkah pelan menuju meja dapur. Kemudian, menuangkan minuman ke gelas. Sebelum menjawab, ia butuh sesuatu yang segar untuk membasahi tenggorakannya. Saat ia baru selesai meneguk minumannya, barulah ia sadar bahwa Renan sedang menatapnya penuh curiga. “Kenapa, Mas? Ada yang aneh, ya?” Jasmine lalu mengamati penampilannya dari bawah.

  • Terjerat Gairah Sahabat Kakakku   HAMPIR KETAHUAN

    "Sembunyi di bawah, Jasmine!” perintah Damian tegas. Mata Jasmine langsung melotot. “Kenapa harus di situ? Aku bisa sembunyi di tempat lain. Atau langsung kabur pas Mas Renan masuk. Aku ahli soal itu, Mas.”Damian menyorot gadis di depannya ini dengan datar. Pelajaran mereka belum selesai. Mana bisa ia membiarkan Jasmine langsung pulang. “Lakukan itu tanpa banyak protes, Jasmine. Kecuali kalau kamu memang mau Renan tahu apa yang barusan kita lakukan,” bisik Damian penuh peringatan. Jasmine menghela napas tak rela. Ia memang lupa mempertimbangkan kemungkinan kakaknya masih di tempat ini. Sebenarnya Jasmine ingin protes kembali, tetapi raut Damian yang terlihat menahan kesal itu membuatnya urung melakukan itu.Kemudian, tanpa berkata apapun, ia lekas bergerak menuju kolong meja kerja Damian. Bersamaan dengan itu, suara pintu didorong terdengar. Derap langkah seseorang yang baru masuk ke ruangan juga terdengar.Sudut mata Damian melirik Jasmine yang terdengar menggerutu tanpa suara d

  • Terjerat Gairah Sahabat Kakakku   CIUMAN PENUH HASRAT

    Mas Damian: Di ruangan saya. Jam 7 malam.Sudah berulang kali Jasmine membaca pesan singkat yang Damian kirim tadi siang. Ia juga sudah beberapa kali mengatur ritme napasnya agar lebih tenang. Nyatanya berada di lantai paling atas Amartha’s bar membuatnya semakin gugup. Alih-alih tenang, cuaca dingin malam itu tidak lantas membuat tangannya berhenti berkeringat dingin. Tenang Jasmine! Ini demi harga dirimu!Satu tangan Jasmine mengepal dan terangkat ke arah pintu. Ia menarik napas dalam, masih berusaha menepis rasa gugup dan cemas dirinya. Lalu kepalan tersebut mengetuk pelan pintu.“Masuk!” sahutan dari dalam terdengar samar.Jasmine lalu membuka pintu besar tersebut perlahan, seiring dengan kakinya yang memasuki ruangan Damian. Segala sesuatu yang ada dalam ruangan itu terasa mengintimidasi dirinya. Sama seperti pemiliknya.Jendela besar yang dibiarkan tidak tertutup tirai, beberapa botol minuman yang Jasmine perkirakan adalah wine mahal pun tersusun rapi di rak kayu mewah, penca

  • Terjerat Gairah Sahabat Kakakku   PERJANJIAN BERGAIRAH

    Kamu bisa menolak jika ragu.” Damian menegakkan tubuhnya. Kemudian, kembali bersandar pada meja seperti tadi.Jasmine menunduk. Tidak berani beradu tatap dengan Damian. Seketika ruangan besar yang didominasi warna gelap itu terasa mencekam. Aroma musk yang memenuhi rongga hidungnya membuat tubuh Jasmine merinding seketika. Tubuhku? Oh tidak, ini gila!Dalam kekalutan tersebut, tiba-tiba bayangan saat Erick berhubungan intim dengan Clara kembali muncul. Hinaan Erick, tawa culas Clara dan ejekan orang-orang di sekitarnya. Semuanya berkumpul menjadi satu. “Baiklah! Aku mau,” jawab Jasmine tegas. Wajahnya terangkat, menatap lurus pada Damian.Kali ini Damian yang terdiam. Matanya menyorot dingin sosok di depannya. Jasmine berjalan mendekat. Lalu wajahnya mendongak, menatap Damian dari jarak dekat. “Tapi rahasiakan ini dari Mas Renan, ya. Bisa mati aku kalau dia sampai tahu.” Sudut bibir Damian terangkat. Wajah dengan tatapan polos Jasmine begitu menggemaskan. “Sure. Saya setuju.” J

  • Terjerat Gairah Sahabat Kakakku   BAYAR DENGAN TUBUHMU

    Senyum dong, Jasmine. Kalau kamu cemberut terus begini, orang-orang akan berpikiran kalau kita belum baikan,” ujar Erick menatap Jasmine sekilas, sebelum akhirnya kembali fokus menatap jalan.Jasmine enggan menjawab. Dibandingkan menanggapi perkataan Erick, Jasmine lebih tertarik memandangi pemandangan di luar mobil. Sisa hujan tadi sore masih menyisakan genangan air di jalanan. Lampu-lampu jalanan tampak memantulkan kilauannya di genangan tersebut. “Are you okay, Sweetheart?” Erick bersuara kembali. Seperti biasa, begitu hangat dan penuh perhatian.Baik-baik saja kepalamu! Mana ada yang baik-baik saja setelah diselingkuhi. Bodoh!Kalau bukan karena ayahnya yang memaksa untuk ikut, Jasmine lebih memilih untuk bergelung dalam selimut menikmati dinginnya cuaca malam ini. Jangankan untuk menemani pria di sebelahnya ini ke pesta ulang tahun Giorgino-sahabat Erick, Jasmine bahkan enggan menemui Erick semenjak perselingkuhan itu.“Kenapa harus aku yang kamu ajak? Bukannya biasanya kamu se

  • Terjerat Gairah Sahabat Kakakku   BUJUK RAYU

    Gimana, Mas? Bisa, kan? Please….” Tangan Jasmine berada di atas tangan Damian. Hening.Damian berdeham. Ia masih tidak percaya gadis polos di sampingnya ini akan meminta hal yang tidak masuk akal seperti itu. Apakah kepala adik sahabatnya ini baru saja terbentur dinding? Netra pekat Damian menatap lurus pada Jasmine. “Kamu sadar dengan permintaanmu itu?”Jasmine mengangguk. Wajahnya tampak pias. Apalagi, cara Damian menatapnya membuat Jasmine semakin diliputi rasa tidak nyaman. Ia tahu ini gila. Namun, Jasmine bisa apa? Harga dirinya sudah dihancurkan oleh mantan tunangan dan sahabatnya sendiri. “Saya nggak bisa,” jawab Damian datar. Jasmine melepaskan tangannya dari tangan Damian. Wajahnya langsung merengut kesal sembari ia beranjak dari duduknya.“Kenapa?”Damian mengamati Jasmine. Selang beberapa saat, kedua sudut bibir pria itu terangkat samar. Pria itu tidak langsung menjawab. Fokusnya justru terarah kepada laptop yang beberapa saat sempat ia abaikan.“Saya sibuk. Nggak ad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status