Share

BAYAR DENGAN TUBUHMU

Author: Anonara
last update Last Updated: 2025-11-05 15:02:20

Senyum dong, Jasmine. Kalau kamu cemberut terus begini, orang-orang akan berpikiran kalau kita belum baikan,” ujar Erick menatap Jasmine sekilas, sebelum akhirnya kembali fokus menatap jalan.

Jasmine enggan menjawab. Dibandingkan menanggapi perkataan Erick, Jasmine lebih tertarik memandangi pemandangan di luar mobil. Sisa hujan tadi sore masih menyisakan genangan air di jalanan. Lampu-lampu jalanan tampak memantulkan kilauannya di genangan tersebut. 

“Are you okay, Sweetheart?” Erick bersuara kembali. Seperti biasa, begitu hangat dan penuh perhatian.

Baik-baik saja kepalamu! Mana ada yang baik-baik saja setelah diselingkuhi. 

Bodoh!

Kalau bukan karena ayahnya yang memaksa untuk ikut, Jasmine lebih memilih untuk bergelung dalam selimut menikmati dinginnya cuaca malam ini. Jangankan untuk menemani pria di sebelahnya ini ke pesta ulang tahun Giorgino-sahabat Erick, Jasmine bahkan enggan menemui Erick semenjak perselingkuhan itu.

“Kenapa harus aku yang kamu ajak? Bukannya biasanya kamu selalu mengajak Clara, ya?” sindir Jasmine. “Aaah… Aku tahu. Kamu sedang akting menjadi tunangan yang baik. Iya, kan?” 

Erick melirik Jasmine dari sudut matanya. Tangannya mencengkeram kemudi dengan erat. Ia harus mengontrol emosinya malam ini. 

“Clara hanya partner kerja, Jasmine. Aku membutuhkannya hanya untuk urusan pekerjaan.”

Tanpa bisa dicegah, Jasmine tertawa  keras. Kemudian menatap Erick dengan muak. “Tambahan, partner ranjang juga.” 

“Berhenti membahas itu, Jasmine. Jangan terus memasang wajah sinis seperti itu. Orang-orang bisa berspekulasi aneh nanti. Kamu juga harus mengingat reputasi baik Tuan Allan harus tetap dijaga demi pencalonannya,” sahut Erick pelan, penuh penekanan.

Jasmine berdecak. “Ayahku pasti tidak menyangka bahwa calon menantu idamannya ini tidak lebih dari sekedar penjilat.” 

Erick tidak lagi menyahut. Pria itu menganggap Jasmine hanya merajuk seperti biasa dan sebentar lagi akan kembali bersikap manis. 

Mobil Erick sudah memasuki area parkir Amartha’s bar. Tiba-tiba Jasmine teringat sesuatu. Tanpa sadar ia menyentuh bibirnya yang tadi siang mencium Damian. 

“Ayo turun,” suara Erick membuat Jasmine tersentak. 

Buru-buru ia menurunkan jemarinya. Jasmine lekas turun dari mobil. 

Erick yang sudah turun lebih dulu menatap wanita itu dengan kagum. Meski hanya dengan riasan tipis, Jasmine tetap terlihat cantik. Rambut panjangnya ia biarkan terurai setengah, gaun hitam berlengan puffy pendek itu terlihat kontras di kulitnya yang putih kemerahan. 

“Kamu cantik sekali,” puji Erick, jujur. Ia sudah memasang posisi siap untuk menyambut Jasmine yang melangkah mendekat.

Erick sebenarnya berharap, bibir mungil itu akan membentuk garis manis. Jujur, ia merindukan lesung pipi dengan semburat merah di pipi Jasmine. 

Jasmine memutar bola matanya malas. Alih-alih tersipu, ia justru sangat jijik mendengar pujian tersebut. Tangannya segera ia selipkan di antara lengan Erick.

“Lebih cantik selingkuhan kamu lah! ” sindir Jasmine. 

Erick menggeleng. “Clara cantik karena make up, Jasmine. Sedangkan kamu enggak. Cantiknya alami dan aku suka itu.”

“Kalau suka nggak mungkin selingkuh!” sindir Jasmine sengit.

Erick menghela napasnya. Kemudian berbisik pelan, “Senyum yang baik, Sweetheart. Jangan sampai hanya karena wajah masam kamu itu, akan timbul gosip baru.”

Jasmine mendengkus. Erick tidak peduli.

Mereka sampai di sebuah ruangan khusus. Suara musik beradu dengan gurauan para tamu yang hadir. Kilauan lampu itu tampak terpantul dari gelas-gelas minuman mewah di ruangan. 

Jasmine merasakan tangannya ditarik Erick. Meskipun kaget, ia tetap mengikuti langkah Erick. Kemudian, matanya menangkap Giorgino sedang bercengkrama dengan seorang gadis. 

“Erick!” Giorgino melambaikan tangan pada mereka. 

Erick melangkah lebih cepat. Senyumnya semakin lebar. “Happy birthday, Bro!” 

Giorgino balas tertawa. Pandangannya lalu tertuju pada Jasmine yang berada di belakang Erick. “Tumben. Aku kira Jasmine bukan tipikal gadis yang mau datang party.” 

Jasmine sempat terkejut saat mendengar Giorgino mengajaknya bicara. Tangannya kemudian terulur di depan Giorgino. “Happy birthday, Gio,” ucapnya ramah.

Satu sudut bibir Giorgino terangkat. Matanya menatap Jasmine dengan nakal. Pria itu tidak kunjung menerima uluran tangan Jasmine. 

“Jaman sekarang nggak pakai salaman aja, Jasmine. Cium dikit boleh, kan?” 

Rahang Jasmine mengetat. Ia jelas terganggu dengan sikap pria berambut ikal ini. Namun, tiba-tiba matanya menangkap sosok Damian sedang bersama seorang gadis. 

Tanpa memperdulikan Erick, Jasmine melangkah menuju Damian. Gadis itu berjalan cepat menyusuri keramaian. Langkahnya semakin terburu-buru saat Damian menaiki anak tangga. Ia khawatir kehilangan jejak pria itu.

Misinya adalah membuat Damian menyetujui permintaannya. 

Begitu Jasmine hendak naik, tiba-tiba langkahnya terhenti karena ditahan oleh satu penjaga berwajah datar. 

“Dilarang ke atas, Nona. Akses tamu hanya sampai di sini.” 

Jasmine ingat sesuatu. Tangannya mengambil sesuatu dari dompet. Sebuah kartu berwarna hitam dengan logo bar warna gold ia tunjukkan pada penjaga tersebut. 

“Saya adik Renan Dominic. Tadi kakak saya meminta saya mengambilkan berkasnya yang tertinggal.” 

Penjaga tersebut diam sejenak. Netra tajamnya memindai penampilan Jasmine. Wajahnya ragu.

“Anda bisa menghubungi kakak saya jika ragu,” kata Jasmine tenang.

Penjaga tersebut mengangguk. “Silakan.” 

Jasmine bersorak dalam hati. Kakinya mulai menaiki anak tangga. Sesampainya di atas, ia pun kebingungan karena tidak tahu yang mana ruangan Damian. Tak lama kemudian, dua pelayan keluar dari salah satu ruangan.

Jasmine beruntung karena pintu tersebut tidak tertutup rapat. Dengan perlahan ia pun masuk ke ruangan tersebut. 

“Aaah!” pekiknya terkejut dengan pemandangan yang tidak pernah ia duga sebelumnya. 

Damian sedang memangku seorang gadis dengan pakaian terbuka. Potongan dada rendah hingga belahan dadanya terlihat. Dressnya pun terangkat hingga ke paha dan membuat tangan Damian bebas menyentuh itu. 

Jasmine segera berbalik badan. Ia merutuki kecerobohannya hingga tertangkap basah oleh Damian dan gadis berpakaian minim itu.

“Kamu siapa?!” Suara melengking itu terdengar nyaring, seiring dengan derap heelsnya yang mendekat

Jasmine berbalik. Bibirnya membentuk cengiran untuk menenangkan suasana yang tegang. 

“Ada apa, Jasmine?” Damian merapikan kemejanya. 

Jasmine bingung bagaimana mengatakannya. Dua telunjuknya saling tertaut. “Yang tadi, Mas. Aku ….”

Damian yang mengerti maksud Jasmine berdehem sejenak. “Kamu keluar, Dis.” 

Gadis itu berbalik dan hendak protes. Namun, sorot datar Damian membuatnya urung. Kemudian ia langsung mengambil tasnya dan berjalan keluar ruangan. Tak lupa lirikan tajam ia layangkan pada Jasmine.

Pintu tertutup. Ruangan yang didominasi warna hitam itu menambah ketegangan di antara mereka berdua. 

“Apalagi, Gadis Kecil? Kenapa kamu ke sini?”

Jasmine melangkah mendekat ke arah Damian yang kini bersandar pada meja kerjanya. Rautnya begitu tenang. Namun, ketenangan itu membuat Jasmine semakin gugup. 

“Aku mohon bantu aku, Mas,” pinta Jasmine penuh harap. 

Hening. Damian pun diam, mengamati gadis yang tadi berani menciumnya. Kekehan kecil terdengar dari mulut Damian.

Jemari Damian menyentuh rahang Jasmine. “Jika saya mengiyakan, bayarannya mahal, Jasmine.” 

Jasmine berusaha tidak menghiraukan sentuhan Damian di rahangnya. “Berapa dan dengan apapun itu, aku akan bayar.” 

Palingan disuruh kerja rodi di sini. Aman, Jasmine.

“Apapun itu? Kamu yakin?” tanya Damian memastikan. 

Jasmine mengangguk lagi. Kali ini lebih mantap. “Aku yakin. Sangat yakin bahkan 1000%.” 

Damian memajukan tubuhnya. Tinggi Jasmine yang hanya sebatas dagu membuatnya harus menunduk. 

Lalu dengan satu tarikan napas, Damian pun berkata dengan tenang, “Bayar itu dengan tubuhmu. Kapanpun dan dimanapun yang saya mau.”  

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Gairah Sahabat Kakakku   GANGGUAN MANTAN BRENGSEK

    “Semalam kamu dari mana, Jasmine?” tanya Renan, tetap fokus pada sosis, telur dan beberapa potong kentang yang sedang ia goreng.Tidak seperti biasanya, pagi ini Jasmine terlambat bangun. Ia bisa bernapas lega karena ayahnya belum pulang sehingga tak perlu mendengarkan omelan ayahnya. Di rumah hanya ada ia dan Renan. Semalam ia memang pulang terlambat. Namun, bukan itu yang membuatnya terlambat bangun. Ini semua karena Jasmine tidak bisa tidur sebab terus terpikirkan ciumannya dan Damian.Tidak heran julukan playboy kelas kakap disematkan ke Damian. Nyatanya memang begitu. Ciumannya saja mampu membuat jantung Jasmine berdebar hingga sekarang.Jasmine melangkah pelan menuju meja dapur. Kemudian, menuangkan minuman ke gelas. Sebelum menjawab, ia butuh sesuatu yang segar untuk membasahi tenggorakannya. Saat ia baru selesai meneguk minumannya, barulah ia sadar bahwa Renan sedang menatapnya penuh curiga. “Kenapa, Mas? Ada yang aneh, ya?” Jasmine lalu mengamati penampilannya dari bawah.

  • Terjerat Gairah Sahabat Kakakku   HAMPIR KETAHUAN

    "Sembunyi di bawah, Jasmine!” perintah Damian tegas. Mata Jasmine langsung melotot. “Kenapa harus di situ? Aku bisa sembunyi di tempat lain. Atau langsung kabur pas Mas Renan masuk. Aku ahli soal itu, Mas.”Damian menyorot gadis di depannya ini dengan datar. Pelajaran mereka belum selesai. Mana bisa ia membiarkan Jasmine langsung pulang. “Lakukan itu tanpa banyak protes, Jasmine. Kecuali kalau kamu memang mau Renan tahu apa yang barusan kita lakukan,” bisik Damian penuh peringatan. Jasmine menghela napas tak rela. Ia memang lupa mempertimbangkan kemungkinan kakaknya masih di tempat ini. Sebenarnya Jasmine ingin protes kembali, tetapi raut Damian yang terlihat menahan kesal itu membuatnya urung melakukan itu.Kemudian, tanpa berkata apapun, ia lekas bergerak menuju kolong meja kerja Damian. Bersamaan dengan itu, suara pintu didorong terdengar. Derap langkah seseorang yang baru masuk ke ruangan juga terdengar.Sudut mata Damian melirik Jasmine yang terdengar menggerutu tanpa suara d

  • Terjerat Gairah Sahabat Kakakku   CIUMAN PENUH HASRAT

    Mas Damian: Di ruangan saya. Jam 7 malam.Sudah berulang kali Jasmine membaca pesan singkat yang Damian kirim tadi siang. Ia juga sudah beberapa kali mengatur ritme napasnya agar lebih tenang. Nyatanya berada di lantai paling atas Amartha’s bar membuatnya semakin gugup. Alih-alih tenang, cuaca dingin malam itu tidak lantas membuat tangannya berhenti berkeringat dingin. Tenang Jasmine! Ini demi harga dirimu!Satu tangan Jasmine mengepal dan terangkat ke arah pintu. Ia menarik napas dalam, masih berusaha menepis rasa gugup dan cemas dirinya. Lalu kepalan tersebut mengetuk pelan pintu.“Masuk!” sahutan dari dalam terdengar samar.Jasmine lalu membuka pintu besar tersebut perlahan, seiring dengan kakinya yang memasuki ruangan Damian. Segala sesuatu yang ada dalam ruangan itu terasa mengintimidasi dirinya. Sama seperti pemiliknya.Jendela besar yang dibiarkan tidak tertutup tirai, beberapa botol minuman yang Jasmine perkirakan adalah wine mahal pun tersusun rapi di rak kayu mewah, penca

  • Terjerat Gairah Sahabat Kakakku   PERJANJIAN BERGAIRAH

    Kamu bisa menolak jika ragu.” Damian menegakkan tubuhnya. Kemudian, kembali bersandar pada meja seperti tadi.Jasmine menunduk. Tidak berani beradu tatap dengan Damian. Seketika ruangan besar yang didominasi warna gelap itu terasa mencekam. Aroma musk yang memenuhi rongga hidungnya membuat tubuh Jasmine merinding seketika. Tubuhku? Oh tidak, ini gila!Dalam kekalutan tersebut, tiba-tiba bayangan saat Erick berhubungan intim dengan Clara kembali muncul. Hinaan Erick, tawa culas Clara dan ejekan orang-orang di sekitarnya. Semuanya berkumpul menjadi satu. “Baiklah! Aku mau,” jawab Jasmine tegas. Wajahnya terangkat, menatap lurus pada Damian.Kali ini Damian yang terdiam. Matanya menyorot dingin sosok di depannya. Jasmine berjalan mendekat. Lalu wajahnya mendongak, menatap Damian dari jarak dekat. “Tapi rahasiakan ini dari Mas Renan, ya. Bisa mati aku kalau dia sampai tahu.” Sudut bibir Damian terangkat. Wajah dengan tatapan polos Jasmine begitu menggemaskan. “Sure. Saya setuju.” J

  • Terjerat Gairah Sahabat Kakakku   BAYAR DENGAN TUBUHMU

    Senyum dong, Jasmine. Kalau kamu cemberut terus begini, orang-orang akan berpikiran kalau kita belum baikan,” ujar Erick menatap Jasmine sekilas, sebelum akhirnya kembali fokus menatap jalan.Jasmine enggan menjawab. Dibandingkan menanggapi perkataan Erick, Jasmine lebih tertarik memandangi pemandangan di luar mobil. Sisa hujan tadi sore masih menyisakan genangan air di jalanan. Lampu-lampu jalanan tampak memantulkan kilauannya di genangan tersebut. “Are you okay, Sweetheart?” Erick bersuara kembali. Seperti biasa, begitu hangat dan penuh perhatian.Baik-baik saja kepalamu! Mana ada yang baik-baik saja setelah diselingkuhi. Bodoh!Kalau bukan karena ayahnya yang memaksa untuk ikut, Jasmine lebih memilih untuk bergelung dalam selimut menikmati dinginnya cuaca malam ini. Jangankan untuk menemani pria di sebelahnya ini ke pesta ulang tahun Giorgino-sahabat Erick, Jasmine bahkan enggan menemui Erick semenjak perselingkuhan itu.“Kenapa harus aku yang kamu ajak? Bukannya biasanya kamu se

  • Terjerat Gairah Sahabat Kakakku   BUJUK RAYU

    Gimana, Mas? Bisa, kan? Please….” Tangan Jasmine berada di atas tangan Damian. Hening.Damian berdeham. Ia masih tidak percaya gadis polos di sampingnya ini akan meminta hal yang tidak masuk akal seperti itu. Apakah kepala adik sahabatnya ini baru saja terbentur dinding? Netra pekat Damian menatap lurus pada Jasmine. “Kamu sadar dengan permintaanmu itu?”Jasmine mengangguk. Wajahnya tampak pias. Apalagi, cara Damian menatapnya membuat Jasmine semakin diliputi rasa tidak nyaman. Ia tahu ini gila. Namun, Jasmine bisa apa? Harga dirinya sudah dihancurkan oleh mantan tunangan dan sahabatnya sendiri. “Saya nggak bisa,” jawab Damian datar. Jasmine melepaskan tangannya dari tangan Damian. Wajahnya langsung merengut kesal sembari ia beranjak dari duduknya.“Kenapa?”Damian mengamati Jasmine. Selang beberapa saat, kedua sudut bibir pria itu terangkat samar. Pria itu tidak langsung menjawab. Fokusnya justru terarah kepada laptop yang beberapa saat sempat ia abaikan.“Saya sibuk. Nggak ad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status