Share

7. Kau Milikku

Seorang pria berjas rapi masuk ke kamar Kanaya, Kanaya tersenyum senang.

"Samuel sudah berangkat bekerja?"

"Iya, kenapa baru datang? Aku merindukanmu, Daniel."

Daniel mengecup bibir Kanaya.

Cup!

"Ceraikan Samuel! Aku akan menikahimu apapun kondisimu saat ini."

Kanaya menggeleng, dia tidak bisa menceraikan Samuel begitu saja karena pria itu adalah prioritas utamanya.

Daniel nampaknya sangat kecewa tak dapat dipungkiri lagi mereka sama-sama saling merindukan.

Tangan Daniel mengelus kepala Kanaya lalu menyusup ke baju wanita itu.

Kanaya berusaha untuk duduk, dia mengecup leher Daniel begitu dalam.

Sesapan demi sesapan hingga menimbulkan bercak merah pada leher pria tampan itu.

De_sahan mulai terdengar satu sama lain, Daniel melancarkan ciumannya secara bergantian dari atas sampai bawah.

"Kanaya, love you," ucap Daniel.

"Uh... love you too," jawab Kanaya.

Di sisi lain.

Samuel tak menurunkan Alessia, mobilnya terus melaju membelah kota metropolitan ini.

Alessia tentunya semakin panik karena takut Kanaya atau Bibi Lashira mencarinya.

Alessia menulis sesuatu di ponselnya: Pak Samuel, saya harus kembali ke rumah.

"Hari ini aku harus mengantarmu ke Dokter Viktor. Kamu akan terapi di sana dan aku ingin melihatnya langsung."

Alessia menggeleng, dia tetap beralasan takut dengan Kanaya dan dirinya bisa meminta Dokter Viktor untuk datang saja ke rumah.

Alessia terus memaksa Samuel, kali ini Samuel membiarkannya dan dilain hari dia tidak ingin ada penolakan seperti ini.

Samuel menyuruh Richard untuk berputar balik ke rumahnya, Richard paham dan melajukan mobil mewah keluaran Eropa tersebut kembali ke rumah.

Sesampainya di rumah.

Alessia lekas turun tetapi Samuel mencegahnya.

"Please, give me a kiss or huge?"

Alessia hanya diam saja, dia tidak paham ucapan dari Samuel. Richard menahan tawanya, dia berpikir jika Alessia adalah bule KW.

"Kamu tidak bisa berbahasa Inggris? Why? Mata kamu seperti orang bule, warna rambutmu juga coklat tua serta berkulit putih. Oke, tak masalah. Selain butuh dokter untuk melakukan terapi kamu juga butuh guru bahasa Inggris. Aku akan mencarikannya. Wanitaku harus sempurna," ucap Samuel.

Pria gila! Batin Alessia kesal.

Alessia turun dari mobil, dia tidak menghiraukan Samuel dan berlari masuk ke dalam rumah.

Samuel tersenyum, Richard pun melajukan mobil untuk segera ke kantor.

Richard mengecek ponselnya yang berbunyi yang ternyata pemberitahuan dari rekaman CCTV.

"Pak Samuel, Daniel sudah kembali. Dia ada di rumah anda."

"Daniel?" Senyuman maut langsung terjiplak di bibir Samuel, dia menaikan satu kakinya dan hanya terus tersenyum.

"Apa kita harus kembali ke rumah lagi?"

Samuel menggeleng. "Tidak perlu. Biarkan mereka melakukan apa yang mereka mau."

Richard mengangguk paham, entah apa yang dipikirkan sang tuan tapi dia ikut heran.

Sudah sekali Samuel memergoki Daniel dan Kanaya pergi bersama tapi entah mengapa Samuel masih diam saja. Apa yang pria itu rencanakan?

Alessia masuk ke dalam rumah, dia naik ke lantai atas tapi saat sudah ada di depan pintu kamar sang nyonya dia kaget dengan seorang pria berjas keluar dari kamar majikannya. Pria itu melewati Alessia begitu saja tanpa memperhatikannya. Para pembantu yang lain nampaknya diam saja seolah tidak memperdulikan pria asing itu.

Alessia masuk ke dalam kamar walau masih ada banyak pertanyaan mengenai pria tersebut. Kanaya masih berbaring di sana dengan keringat yang membasahi dahinya.

"Alessia, bisa ambilkan air putih?"

Alessia mengangguk. Dia mengambilkan di dispenser yang sudah tersedia di dalam kamar.

"Ale, pria tadi adalah temanku. Mas Samuel juga mengenalnya tapi kamu tidak boleh memberitahu suamiku jika dia ke sini. Mas Samuel dan dia tidak akur."

Alessia mengangguk lalu menyerahkan air putih itu pada Kanaya. Kanaya menenggaknya seolah sangat kehausan.

"Ale, hari ini tugasmu memantau Mas Samuel lagi."

Alessia menggeleng tapi Kanaya malah menjambak rambutnya. Alessia sangat kesakitan dan memohon ampun.

"Jangan buat aku emosi! Cepat pantau Mas Samuel sampai pulang!"

Kanaya melepaskan rambut Alessia dengan cara mendorongnya. Alessia terjatuh ke lantai sembari memegangi rambutnya yang kesakitan.

"Pergi!" bentak Kanaya.

Alessia bangun, dia berlari keluar dari kamar. Para pembantu melihatnya dengan sinis, Alessia menghampiri bibinya. Dia menangis sedih karena tidak betah bekerja di sini.

Alessia menulis sesuatu di ponselnya: Bi, aku ingin pulang saja. Aku tidak betah bekerja di sini.

"Ale, tidak bisa seperti itu. Bibi yang tidak enak dengan Nyonya Kanaya karena untuk bekerja di sini sangat sulit. Apapun tekanan di sini lewati saja dengan sabar, pekerjaan baru memang tak selamanya indah tapi lambat laun kamu akan terbiasa. Sudahlah, Bibi mau menyetrika baju dulu."

Alessia pun kecewa dengan ucapan bibinya, air matanya terus saja tumpah karena saking tertekannya.

Alessia pun segera keluar meminta sopir mengantarnya ke kantor dan sesampainya di sana, Alessia hanya bisa memandangi gedung perkantoran yang menjulang tinggi. Dia tidak bisa menjadi mata-mata seperti ini tapi dia harus mempunyai bukti berupa foto dan jika tidak maka Kanaya akan memarahinya.

Satu jam..

Dua jam..

Tiga jam..

Alessia menunggu sendirian di depan kantor setelah sopir memutuskan untuk pulang. Perutnya pun keroncongan serta matahari yang menyorot panas di kulit putihnya.

"Alessia?"

Alessia menoleh tatkala seorang pria memanggil namanya. Ya, dia Samuel dengan Richard di belakangnya.

"Kenapa kamu di sini? Disuruh Kanaya lagi?" tanya Samuel.

Alessia hanya diam, Samuel menariknya untuk masuk ke dalam mobil. Samuel membawanya ke sebuah hotel tak jauh dari kantornya. Sesampainya di sana, Samuel langsung menuju ke kamar yang sudah dia pesan dan tidak lupa membawa Alessia. Mereka kini hanya berdua di dalam kamar hotel, wajah Alessia memelas seolah meminta pengampunan.

Samuel mendekatinya lalu mem_agut bibir manis wanita itu, mereka berciuman dengan panas sambil lidah mereka saling bergumul. Entah mengapa kali ini Alessia mengikuti arah permainan Samuel, otak liarnya mulai berpikir apakah dia harus merebut Samuel dari Kanaya yang semena-mena kepadanya? Baru bekerja beberapa hari saja dengan Kanaya dirinya sudah memiliki banyak lebam.

"Mmmhh..."

Hanya kata itulah yang bisa diucapkan Alessia saat berciuman. Samuel pun merasakan jika Alessia semakin jinak kepadanya. Lidah mereka saling beradu dalam kenikmatan tiada tara, tangan Samuel mulai merambat menyentuh bagian-bagian sensitif dari wanita itu.

"Pp--pak S---mu--el," ucap Alessia terbata-bata.

Samuel mengernyitkan dahinya.

"Kamu menyebut namaku? Coba bilang sekali lagi!"

Alessia mencobanya tapi dia sangat kesusahan, Samuel menuntunnya untuk perlahan saja.

"Pak Samuel." Alessia langsung menutup mulutnya, dia kaget bisa mengatakan dua patah kata setelah sekian lama pita suaranya seolah hilang.

Samuel tersenyum senang, nama yang disebut Alessia pertama kali adalah namanya. Samuel mencium bibirnya sekali lagi serta tangannya menyusuri lekuk tubuh wanita muda itu.

"Samuel, hhhhhh..." ucap Alessia sembari terengah-engah.

"Ucapkan namaku dalam setiap permainan kita. Nikmatilah dosa terbesar ini denganku! Kamu milikku, Alessia."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status