Share

Terjerat Hasrat Anak Suamiku
Terjerat Hasrat Anak Suamiku
Author: Dita SY

Hasrat Edgar

"Edgar, apa yang kita lakukan ini salah! Tolong lepaskan aku!" ucap Bella mencoba mendorong tubuh Edgar yang tengah mengungkungnya.

Bukannya menyingkir Edgar justru semakin mencengkram kuat kedua tangan Bella, lalu ia berbisik dengan mesra, "Tapi kamu menikmatinya kan? Kita sama sama menginginkan ini, Bel. Aku tidak rela kamu tidur dengan Papaku. Kamu tahu kan dari dulu aku menyukaimu." Edgar terus memompa tubuh Bella setelah hampir satu jam berjuang memecah selaput dara wanita cantik itu.

"Aku takut Papamu tahu, dia bisa murka. Dia bisa membunuhmu." Bella masih berusaha memberontak, walau semua sia sia.

"Dia sudah tidur di dalam kamar, karena kelelahan setelah berdiri berjam-jam menyambut tamu undangan," kata Edgar. "Yang seharusnya berdiri di sebelahmu adalah aku, bukan Papaku," sambungnya dengan nada kesal.

"Tapi aku sudah menikah dengan Papamu. Aku ibu tirimu sekarang!" Bella masih berusaha menyadarkan Edgar.

Wajah Edgar berubah sendu, ia menghela napas panjang lalu mengatakan, "Bella. Please, jangan katakan itu, kamu tetap cinta pertamaku, tolong ceraikan Papaku dan menikahlah denganku!"

"Kamu gila Edgar! Cinta sudah membutakanmu!"

"Terserah apa katamu, yang jelas sekarang tubuhmu sudah kunikmati dan aku akan mengulang ini setiap malam. Kamu milikku Bella! Hanya milikku!"

Bella memasrahkan diri, keperawanannya hilang bukan diambil oleh suaminya, melainkan anak tirinya sendiri.

Edgar mendesah menikmati tubuh sintal wanita di bawah kungkungannya, memompa tubuh Bella dengan ritme cepat hingga membuat Bella menjerit, mendesah sangat kencang tidak lagi memperdulikan statusnya yang sudah menjadi ibu tiri dari Edgar.

Tiga jam yang lalu adalah pernikahan Bella dengan ayah kandung Edgar. Ya, Bella terpaksa menerima pinangan laki-laki yang usianya jauh lebih tua darinya, karena hutang kedua orang tuanya pada lelaki, yang bernama Barta Wijaya.

Namun, Barta tidak pernah tahu, anaknya--Edgar yang telah lama mengenal Bella, diam diam sudah lama menyukai Bella.

Tepat di malam ini, malam pertama antara Bella dan Barta. Edgar nekat membawa Bella ke kamar tamu saat melihat wanita cantik itu tengah berada di dapur.

"Edgar, a-aku. Aku ingin buang air kecil," desah Bella saat merasakan ada sesuatu yang akan keluar dari bagian intinya.

Edgar tersenyum lebar, tahu kalau Bella sudah mencapai puncak kenikmatan bercinta. Dia semakin memompa tubuhnya sangat kencang hingga membuat suara lenguhan Bella semakin keras.

"Edgar, emm. Edgar. Stop aku ... aku sudah tidak tahan, rasanya seperti ingin meledak."

"Nikmati Sayang. Ah, sssttthh! Uhg. Eumm, Bella nikmati, kita keluar sama sama," racau Edgar yang sedikit lagi mencapai puncak.

"Ini salah! Aku ... aku Ibumu. Aku sudah menikah dengan Papamu!"

"Jangan pikirkan soal itu, hubungan kita hanya kita yang tahu. Kamu bisa bersikap seperti biasa saat di depan Papaku."

"Bagaimana bisa?" gumam Bella.

"Aaaahhhh, Bell, datanglah ke kamarku setiap kali kamu ingin ... tolong jangan berikan tubuh ini pada Papaku. Berjanjilah Bell," racau Edgar.

Bella terdiam, dalam hati merasa serba salah. Satu sisi dia merasa bersalah pada suaminya. Sisi lain dia sangat menikmati permainan Edgar, yang pastinya tidak akan bisa dilakukan oleh laki laki Tua Bangka yang menikahinya beberapa jam lalu.

"Aaahhhhhh! Oh sial! Ini nikmat sekali, sssttthh!" raungan Edgar terdengar memenuhi kamar tamu tempat mereka memadu kasih di malam pertama Bella dengan Barta.

Bella menatap kosong ke atap langit langit kamar setelah tubuh Edgar ambruk di atas tubuhnya.

Kedua tangan perlahan melingkar di tubuh kekar Edgar, menikmati kehangatan yang diberikan laki laki tampan itu.

Walau ada rasa bersalah yang dirasakan dan ketakutan lebih mendominasi, tetapi tubuhnya bertolak belakang dengan pikirannya. Dia menikmati setiap sentuhan Edgar, dekapan hangat anak tirinya.

Edgar tersenyum puas setelah menyalurkan hasrat kelelakiannya. "Aku mencintaimu, Bella," ucap Edgar.

"Turun, aku ingin keluar dari kamar ini! Aku takut Papamu bangun dan melihatku tidak ada di kamar utama."

"Dia sedang tidur nyenyak, Sayang. Kemungkinan akan bangun besok siang," tawa Edgar.

Mendengar ucapan Edgar, Bella terhenyak kaget. "Dari mana kamu tahu? Memangnya kamu melakukan apa pada Papamu?"

Edgar tersenyum simpul. "Hanya memberinya sedikit obat tidur, tidak akan bahaya."

Bella terdiam mencoba mengingat kejadian sebelum dia berada di kamar tamu dengan Edgar.

Ternyata semua itu sudah direncanakan oleh Edgar, pantas saja saat ia masuk ke dalam kamar pengantin. Ia melihat Barta sudah tertidur nyenyak.

Selesai melampiaskan nafsunya. Edgar turun dari atas tubuh Bella lalu mengatakan, "Kita akan menikmati malam indah ini sampai pagi."

"Aku takut ada orang yang tahu kalau kita ada di sini."

"Tidak ada orang di rumah ini kecuali aku dan Papaku. Pembantu di sini hanya datang di pagi hari dan pulang sebelum matahari terbenam. Semua anak buah Papaku berjaga di luar rumah. Lalu apa yang kamu takutkan?" Edgar meyakinkan Bella yang terlihat ketakutan.

Bella menggelengkan kepalanya. "Apa yang kita lakukan ini tetap salah."

Edgar tersenyum lebar lalu kembali naik ke atas tubuh Bella, "Tapi kamu menikmatinya kan Sayang? Bagaimana rasanya saat milikku masuk ke dalam milikmu? Nikmat bukan? Kamu tahu ukurannya? Jauh lebih besar dari punya Papaku. Dan dia tidak akan bisa memuaskanmu di atas ranjang. Jadi, datanglah setiap kamu menginginkannya," bisik Edgar.

"Bagaimana mungkin aku melayani ayah dan anak sekaligus seperti ini?"

Edgar menghela napas panjang, ia tahu ketakutan yang dirasakan Bella. "Jangan takut, aku akan membuat Papaku tidak bisa memakai barangnya lagi."

DEG!

Bella menatap Edgar, "Memangnya bisa?"

"Tentu saja bisa. Aku sudah punya obatnya untuk membuat Papaku impoten dan tidak bisa melakukannya denganmu. Dan kamu akan menjadi milikku seutuhnya."

"Kalau Papamu tahu dia bisa membunuhmu!"

"Aku tidak perduli!" kata Edgar yang sudah dibutakan oleh cinta. Ia tidak lagi memperdulikan nyawanya yang berada di ujung tanduk.

Semua orang tahu siapa Barta--laki laki tidak berperasaan. Bahkan Edgar sering menjadi pelampiasan emosi lelaki tua itu.

Bekas luka di tubuh Edgar menjadi saksi kekejaman Barta pada anak semata wayangnya sendiri.

Bahkan banyak yang mengatakan kalau ibu dari Edgar meninggal karena disiksa oleh Barta dan Edgar tidak akan membiarkan Barta melakukan hal yang sama pada Bella.

Bella adalah istri ke sembilan lelaki tua Bangka itu. Beberapa dari istri Barta menggugat cerai setelah menikah dengan Barta selama lima bulan saja.

Namun, dari ke-sembilan istri Barta. Dia hanya memiliki satu orang anak, yaitu Edgar. Banyak kabar beredar kalau sebenarnya Barta mandul dan Edgar bukan anak kandungnya.

Edgar memilih mempercayai itu.

Barta adalah seorang lintah darat kejam yang selalu menyiksa orang orang tidak berdosa. Siapa yang sudi menjadi anak dari seorang Barta?

Suara desahan dan lenguhan kembali terdengar di dalam kamar tamu.

"Ahh, Bell, kamu menikmatinya bukan?"

"Iya, aku sangat menikmatinya. Ini pertama kalinya untukku."

"Aku beruntung karena belum terlambat, hampir saja kamu melewati malam pertama dengan Papaku." Edgar tersenyum puas.

"Eemmm! Edgar," racau Bella.

Edgar menggerakkan tubuhnya dengan ritme cepat, membuat suara desahan Bella semakin kencang.

"Edgar, eemmhhh."

"Nikmati Sayang, nikmati," ucap Edgar sambil melumat bulatan kecoklatan milik Bella. "Rasanya nikmat, aku ingin menikmati ini setiap malam."

Bella tersenyum lebar. Tanpa sadar tubuhnya menggeliat liar seperti cacing kepanasan karena kenikmatan yang diberikan Edgar.

Suara desahan Bella terdengar memenuhi ruang kamar. Kali ini Bella sudah mulai menunjukkan kalau dia juga sangat menikmati, tidak ada perasaan malu lagi seperti awal. Tidak memberontak dan tidak berteriak lagi.

Teriakannya justru adalah teriakan manja menginginkan agar Edgar mempercepat gerakannya.

TOK TOK TOK TOK

Suara ketukan pintu menghentikan kegiatan Edgar sekaligus membuat Bella terkejut setengah mati.

"Bella apa kamu di dalam?" teriak Barta. "Kenapa kamu mengunci pintu kamar ini?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status